22. Gone

58.4K 2.1K 104
                                    

GIBRAN yang sudah memutuskan untuk masuk dalam dunia bisnis dan menyibukan diri, baru saja mendapat kabar bahwa dia harus menggantikan ayahnya pergi ke Surabaya untuk menemui kolega bisnisnya dari Russia. Dia tidak sempat memikirkan apapun. Lelaki itu panik bukan kepalang langsung mengambil penerbangan pukul dua dini hari.

Ia kalut.

Langkah kaki laki-laki itu semakin cepat mendengar suara intercom dari petugas bandara itu.

"Penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya akan segera berangkat. Para penumpang harap menduduki kursi sesuai dengan tiket pesanan. Perhatian, perhatian, kepada seluruh penumpang penerbangan pesawat Garuda Indonesia GA-0931 menuju Surabaya, harap menempatkan diri.",

Bahkan notifikasi handphone-nya tak dilihatnya satupun. Handphone-nya tertinggal di apartmen-nya, semasa bodoh. Dia tidak sempat lagi memikirkan apapun yang lain karena tender besar milyaran bisa saja lepas kontrak jika dia tidak datang tepat waktu dan meyakinkan sang penanam modal bahwa proyek besar ini akan berhasil.

---

Gibran melangkahkan langkahnya menuju ruang Cenderawasih di salah satu hotel ternama di Surabaya. Dia nyaris terlambat.

"Maaf, apakah saya terlambat?", tanya Gibran saat dia masuk ke dalam ruangan itu.

Pandangannya bertemu dengan manik mata hitam legam gadis berambut pendek dengan poni panjang menutupi mata sebelah kirinya.

"Tidak, saya juga baru sampai.", ujar gadis tinggi dengan rok span hitam dan kemeja putih serta sepatu pantofel hitam Christian Louboutin itu seraya berdiri.

"Miss...",

"Alverra Jessee.", ujar wanita itu seraya tersenyum dibalik lipstick merah itu.

Ah, Alverra rupanya.

"Gibran Tantradinata. Senang berkenalan dengan anda, Miss Alverra.",

"Verra saja. Senang berkenalan dengan anda juga, Bapak Gibran.", ujar gadis cantik itu seraya menjabat tangan Gibran dengan profesional.

Tidak ada aura menggoda atau terpesona. Gadis ini memang benar-benar bukan gadis biasa. Berbeda dengan gadis-gadis muda yang lain yang lebih suka berbelanja barang mewah, Alverra lebih suka memimpin perusahaan-nya sendiri. Itu cukup membuat Gibran terpesona.

Interesting.

"Dimana kolega bisnis yang lain, Miss Verra?", tanya Gibran melihat betapa sepinya ruangan itu.

Lebih tepatnya, dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Maksud anda? Ini hanya kongsi bisnis antara Donnovan dan Tantradinata.", ujar Verra lagi seraya membenarkan posisi kacamata berframe hitam legam itu.

"Katanya akan ada pertemuan kongsi pebisnis Russia-Indonesia?", tanya Gibran lagi dengan polos.

Gadis berusia dua puluh empat tahun itu kemudian menggeleng perlahan.

"Iya. Kolega bisnis Russia itu saya, dan kolega bisnis Indonesia itu kamu, bukan? Ini perjanjian kontrak antara Donnovan dan Tantradinata, bukan?", jelas Verra seraya menghela nafas dengan pasrah. Lelaki ini amnesia?

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang