Epilog

68K 2.2K 213
                                    

GIBRAN melangkahkan kakinya menuju Lamborghini hitam miliknya yang terparkir di kawasan elit Jakarta Selatan. Tujuh tahun sudah berlalu begitu cepat, semua hal banyak berubah dari kehidupannya. Dia bukanlah seorang bujangan lagi. Dia adalah pria dewasa, yang memiliki keluarga.

"Daddy!",

Seorang anak kecil cantik gembul yang berjalan menuju parkiran dengan langkah kecilnya.

Pria itu tidak mampu menahan senyumnya melihat putri kecilnya yang sudah tumbuh semakin besar.

"Hey, Princess.", sapa Gibran pada putri kecil itu.

"Dad, where are you going?", tanya anak kecil bernama Clara itu diselingi dengan air mata yang menumpuk di kelopak mata indahnya.

Gibran tak mampu lagi menahan tawanya. Putri kecilnya itu memang selalu bersedih jika dia akan berangkat kerja, padahal Clara pasti ikut mengantarnya makan siang bersama istrinya atau hanya sekedar lunch diluar bersama.

"Daddy is not going anywhere. Daddy is going to work, sweetie.", ujar Gibran seraya menggendong Clara.

Clarabelle Serra Tantradinata.

Putri kecilnya yang sudah tumbuh dengan cepat.

"Clara!", panggil seorang wanita bertubuh tinggi itu seraya mendekati suaminya.

"Clara, Daddy is going to work, say bye!", ujar wanita itu seraya mengambil Clara dari gendongan suaminya.

Gibran terkekeh lalu mengusap rambut istrinya perlahan.

"Kamu nggak perlu parno aku mau telat gitu, baby. Aku kan yang punya kantornya.", ujar Gibran dengan pede selangit yang langsung dihadiahi cubitan maut Verra.

"E-e-eh, Ver! Tega bener sih sama suami sendiri juga ih.", ujar Gibran memasang raut muka pura-pura kesakitan yang semakin membuat Verra kesal setengah mati.

Verra kemudian memeluk Gibran pelan lalu berkata,

"Iya, iya. Goodbye, babe. Take care, gonna miss you so much.", ujar Verra lalu mencium pipi Gibran sekilas.

"Goodbye, sweetheart. Aku tak akan lama, hanya tiga hari, I promise!",

Gibran kemudian memutar kemudinya kearah padatnya jalanan kota metropolitan.

Papa benar, hidup itu indah, tinggal memilih jalannya masing-masing.

---

Sementara di belahan dunia yang lain, di kawasan perkantoran besar di sudut benua Eropa, Talitha melangkahkan kaki jenjangnya masuk dalam lobby perkantoran itu. Semua pegawai yang ada disana menatapnya segan dan hormat. Ya, dirinya yang sekarang bukanlah dirinya yang dulu. Dia adalah Talitha, bukan Sara.

Talitha memasuki perusahaan megah itu dengan bersenandung kecil. Lama rasanya dia tidak mengunjungi suaminya di hari kerja.

"Cari Freddy ya, mbak? Di kantornya ya.", ujar sekretaris itu dengan hormat.

Talitha kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu abu-abu gelap bertuliskan "Freddy Tanuhenjaya".

"Hey, baby!", sapa Talitha hangat pada suaminya.

"Hey, beautiful. Ada apa kau datang kemari, tumben sekali.", ujar Freddy seraya tertawa kecil.

Talitha kemudian mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban sarkasme suaminya itu.

"Ih, kamu mah gitu ya! Gak kangen aku apa? Aku kangen banget padahal.", ujar Talitha pura-pura ngambek.

"Eh, kamu nggak ngabarin kalo mau main kesini?", tanya Freddy seraya membuka dokumen-dokumen diatas mejanya itu.

"What? Kenapa pula aku harus laporan kamu dulu? Punya istri lain, huh?", jawab Talitha asal. Isak tangis kecil mulai terdengar.

Hormone kehamilan-nya yang masih muda yang baru memasuki usia tiga minggu itu membuatnya sangat sensitif. Freddy kemudian menarik Talitha duduk dipangkuannya.

"Apa aku terlihat seperti lelaki hidung belang di matamu? I have you, baby. You're more than enough.", tanya Freddy tepat dihadapan istrinya. Seraya mengusap air mata yang mulai menetes itu.

Talitha kemudian menggeleng pelan seraya menyenderkan kepalanya pada dada bidang milik suaminya itu.

Nyaman.

Itu satu kata yang bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.

"Pak Freddy, anda telah ditunggu oleh tamu kita dari Indonesia.", ujar Herry, sekretaris Freddy.

"Suruh dia masuk! Babe kamu mau dimana ini? Aku ada tamu nih.", ujar Freddy seraya menggendong Talitha.

"Aku mau disini, ih! Orang aku udah disini juga! Siapa pula tamu kamu? Cewek? Seksi? Ha?",

Freddy hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar respon cemburuan istrinya ini mau tak mau membuatnya tersenyum geli.

"Yaudah oke, oke. Kalo bosen masuk ke kamar aja nggak papa.",

TOK.. TOK..

"Masuk!",

"Mr. Gibran, this is Mr. Freddy.", ujar Herry kemudian menutup pintu ruangan tu.

Bak tersambar petir Talitha menengok kearah daun pintu itu.

"Selamat siang, Mr. Freddy, and Miss... Sara?", ujar Gibran dengan tidak percaya.

Setelah sekian lama mereka tidak bertemu, Gibran nampak kaget melihat keberadaan gadis bergaun merah selutut itu.

"Selamat siang, Pak Gibran. Saya
Talitha, isteri dari Freddy Tanuhenjaya.",

---

A/N:

Aku tahu kalian pasti bingung baca cerita ini. Aku tahu ada diantara kalian yang nggak seneng kalo endingnya kaya gini, tapi.. This is my choice hehehe. Jadi, ini end Miss Bombshell! As I said, no sequel, cuma aku bikin kaya one shoot story cerita tentang Sara ketemu sama Freddy, okay? Much love!

Merry

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang