21

645 79 4
                                    

Aku naik diboncengan Luke. Hari ini ia tidak pergi ke kampus jadi satu harian ini aku akan diajak jalan-jalan dengannya.

"Mau kemana kak?". Tanyaku saat menyamai kepala kami berdua.

"Jangan manggil kak ih, Luke aja atau Sayang". Ia terkekeh dan aku mencubit pinggulnya pelan. Aku suka suasana berdua seperti ini dengan Luke. "Nanti juga tahu".

Aku lebih memilih mengalah, daripada debat menanyakan akan dibawa kemana aku. Kuperhatikan Luke dari belakang, dari awal aku dibonceng motornya aku sama sekali tidak pernah berani memeluknya. Menggandeng tangannya aja masih malu.

"Udah sampe dek". Aku langsung menoleh ke samping kiriku. Disanalah berdiri toko game. Semacam dunia fantasi seperti anime ataupun kartun. "Karna untungnya kita sama-sama suka naruto, aku ngajak kamu kesini". Luke menggandeng tanganku dan berjalan ke pintu masuk.

Amazing.

Satu kata itulah yang langsung dipikiranku sekarang. Disebelah kananku sudah ada boneka dragonball. Dan toko-toko kaset PS dan macam-macam peralatan game di sebelah kananku.

"Mirip surga". Ucapku kegirangan dan reflek memeluk Luke. Ia langsung membalas pelukanku.

"Suka?".

"Banget, makasi luke". Kami pun berpelukan lagi.

***

Setelah puas mengelilingi pusat game anak-anak ini kami berdua duduk di cafetaria. Aku membeli 5 kaset PS 2 serta dua memory cardnya. Sedangkan Luke, ia membeli 1 buah PSP yang memang ia inginkan katanya. Awalnya, Luke meminta untuk membayar belanjaanku namun aku menolak. Lagian dia juga membeli PSP, dan itu mahal. Jadi kami membayar sendiri-sendiri.

"Kamu tau dek? Ini pertama kalinya ada cewe yang nemenin aku ke sini. Dulu cuma Calum doang". Ucapnya sambil meneguk air mineral di genggamannya.

"Serius?".

"Iya, itu dia kenapa aku cinta sama kamu. Kita itu nyambung dalam segala hal. Aku suka the script, kamu juga. Aku suka naruto, kamu juga. Aku suka game, kamu juga. Kamu itu sempurna". Jangan tanyakan bagaimana ekspresiku sekarang. Mungkin pipiku sudah seperti kepiting rebus. Kata-katanya terlalu manis:)

"Suatu kebetulan, Luke".

"Tetap sama aku ya? Please jangan pergi kemana-mana". Ia memanyunkan bibir bawahnya. Ugh, jangan berpikiran sesuatu.

"Engga. Ga mungkin". Akh tersenyum pada Luke. "Oh iya kak, The script mau adain konser disini". Ucapku antusias pada Luke. Luke pun begitu

"Serius?". Aku mengangguk. "Kita harus nonton. Ya tuhaaan". Ucapnya.

"Ehm, tapi kayanya ga boleh sama Mama. Apalagi aku ga punya duit tabungan sama sekali". Mama pasti akan melarangku menonton konser. Apalagi itu konser band. Katanya konser band, bahaya buat ditonton. Takutnya aku diinjek-injek karna badanku kecil.

"Yah, jangan sedih deh ya". Ia mengusap rambutku pelan. "Kamu ga nonton, aku juga ga nonton. Kita itu couple".

"Eh eh, kalo kamu mau nonton, nonton aja deh ya. Kan lumayan kirimin aku video". Kataku.

"Oke kalau gitu. Yuk pulang".

***

Aku melepas helm half face-ku. Menatap mata biru Luke dibalik helm full facenya. "Cepetan gih pulang, keburu malem. Entar ngantuk". Ucapku.

"Bentaran, aku masih kurang sama kamu dek". Dia selalu berhasil membuat kupu-kupu diperutku terbang. Aku suka itu.

"Tadi udah seharian kali, aku sampe belum ganti baju". Ia terkekeh. "Kenapa ketawa?".

The Junior Diary : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang