25

544 72 6
                                    

Beberapa minggu menjelang konser All Time Low

Aku terus terusan mengecek ponselku. Malam ini adalah malam Anniversary-ku dengan Luke yang ke 6 bulan. Namun, dari pagi sampai sekarang ia tidak ada mengabariku sama sekali.

Ngomong-ngomong, aku sudah membeli 2 tiket konser All Time Low untukku dan Luke. Jadi, aku berniat akan memberinya sekarang.

Aku terus menelfon ke nomornya namun yang menjawab selalu operator kalau ponselnya tidak aktif. Itu membuatku khawatir sekaligus pensaran kemana dan dimana Luke berada.

Aku mengambil ponselku dan menelpon Calum, siapa tahu ia mengetahui dimana Luke berada.

"Halo, Calum?". Sapaku.

"Halo, kenapa Ann?".

"Luke lagi dirumahmu ga? Atau kamu tau dia lagi dimana?".

"Loh, bukannya dia lagi sama kamu? Kan kalian lagi Anniversary".

"Engga, dia ga ada kabar dari tadi pagi".

"Dia bilang ke aku, kalo mau ngajakin dinner kamu buat ngerayain".

Aku mengernyitkan alis, "Dimana?".

"Di rooftop restoran Hawaii, kamu mau kesana?".

"Iya".

"Aku ikut, tunggu disana".

Aku langsung mematikan sambungan telponnya dan bersiap untuk mencari Luke. Aku khawatir dia kenapa-napa. Niatku kesana, kalo ia tidak ada disana, berarti sesuatu buruk menimpanya.

Beberapa menit kemudian, Calum datang dengan mobilnya. Aku langsung masuk dan memakai seatbelt, pikiranku sekarang sedikit bingung ditambah dengan perasaan aneh yang membuatku takut.

"Beneran dia ga ada kerumahmu?". Tanya Calum. Aku hanya mengangguk sambil meremas ponselku. Perasaanku sangat buruk sekarang, aku takut dia kecelakaan atau hal buruk lainnya.

Setelah sampai di restoran itu, aku dan Calum langsung menuju ke pintu dimana pintu itu untuk masuk ke rooftop.

"Maaf, rooftopnya sudah di booking". Ucap salah satu pegawai disana.

"Saya cuma ingin mencari pacar saya, Luke Hemmings. Apa dia ada disana?". Aku memasang tampang memelas agar aku bisa melihat keberadaan Luke disana.

"Luke Hemmings?". Tanya pegawai itu. "Oh kalian boleh naik". Aku langsung naik dengan cepat tak peduli dengan apapun lagi. Yang terpenting bagiku hanya keberadaan Luke.

Saat aku sampai rooftop, hatiku mencelos dan kakiku terasa lemas. Aku berusaha berdiri dan memastikan pandanganku sekarang adalah salah.

Itu mereka, duduk berdua dengan candle light dinner sempurna.

Luke dan Arzay.

Calum yang disampingku langsung terkejut dan ikut mematung. Aku langsung menghampiri mereka dan tanpa babibu menyiram wajah Luke dengan air putih diatas meja.

Aku menggebrak meja dan menatap Luke lekat-lekat. "Good job, Man". Ucapku sarkas.

Arzay menatapku dengan tatapan jijiknya, aku pun juga menatapnya dengan tatapan jijik, dan langsung melempar salad penuh mayonaise ke wajahnya.

"Ann, aku bisa jelasin". Luke berusaha meraih tanganku dan aku terus menolak. "Ann dengerin dulu".
"No, aku ga mau dengerin. Luke, kita selesai". Aku langsung berlari kearah pintu untuk segera pulang. Aku tidak peduli dengan Calum yang terus memanggilku.

Aku terus berlari dengan tetesan-tetesan air mata melewati pipiku.

Aku duduk di trotoar dan menangisi semuanya. Aku benci hari ini, aku telah menyelesaikan semuanya. Aku harus bisa melupakan Luke beserta kenangannya.

Aku menangkupkan wajahku dengan kedua telapak tanganku dan terus menangis. Aku berjalan gontai menuju halte bus.

"Ann stop nangis!!". Ucapku pada diriku sendiri, setiap aku berkedip pasti ada air mata yang turun. Aku benci itu.

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk ke kamar dan menangisi semuanya. Meluapkan semua amarahku dan melupakan semuanya.

Thanks for beautiful dreams, Luke.

***

Aku duduk di kursi dimana tempat ini adalah tempat yang kugunakan untuk bertemu Luke sekarang. Sudah dua hari dari kejadian itu dan dia memintaku untuk bertemu. Aku tidak akan kembali padanya, meskipun penglihatanku misalnya salah. Aku tidak akan kembali.

"Ann". Panggil seorang dan dia langsung duduk didepanku. "Aku bisa jelasin semuanya".

"No, aku ga mau dengerin". Ucapku lemah. "Kita udah selesai, kamu udah bebas dan aku juga. Kamu boleh ngapain aja sesukamu, Luke".

"Ann tolong, aku gamau". Ucap Luke.

Aku menggeleng, "Kita ga bisa, udahlah". Aku berdiri dan melangkah pergi. "Anggap aja yang kemarin-kemarin cuma mimpi, aku ga benci sama kamu kok. Tapi kalo kita ketemu lagi, maaf, aku bakal bilang kalo aku ga kenal sama kamu. Thanks for sweet and beautiful dream, Luke".

Aku melangkah pergi meninggalkan Luke. Cukup berat, namun aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama dan berulang kali.

Aku berusaha untuk tidak menyesali semuanya. Karna aku tahu, kalo jalan yang kupilih ini pasti baik untukku.

Sesampainya dirumah, aku membereskan barang-barang pemberian Luke. Aku tidak akan membuangnya, hanya menyimpannya ditempat lain. Karna aku menghargai semua pemberiannya.

Aku duduk dimeja belajar sambil menatap dua tiket konser band kesukaanku itu.

"Yaaa jangan nangis". Pekikku saat air mata turun lagi melewati pipi. Sakit. Ini sebenarnya sangat sakit. Melihat kertas persegi panjang yang kupesan untuk kami berdua itu.

Kuputuskan untuk mengeluarkan semuanya karena rasa sesaknya menjalar sampai ke kepalaku. Aku memeluk lututku sendiri dengan erat.

"Ya Tuhan Luke". Ucapku dengan bibir bergetar. "Kamu jahat". Kini aku tidak bisa menahan-nahan keinginanku untuk menangis. Aku benar-benar mengeluarkan seluruh air mataku.

"Thanks for everything, Lukey". Ucapku sekali lagi.

Thanks for being cutie and funny.
Thanks for all your love.
Thanks for this heartbreak and pain.
- Annalisse

To be continued

Satu part lagi, ini ff resmi tamat;)

The Junior Diary : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang