8

299 15 0
                                    

"AKU MASIH TIDAK PAHAM DENGAN labirin yang dia maksud." kataku frustasi. Kami semua berdebat di ruang makan.


Sehabis aku bertanya tadi Liz tiba-tiba error seperti kaset rusak. Dia terlihat kesakitan dan menjelaskan tugas kami dengan buru-buru seperti dikejar setan. Kemudian dia berlari ke arah dia datang dan meninggalkan kami dengan sejuta pertanyaan. Lalu Perren menceritakan kejadian tentang kenapa dia seharusnya sedang sekarat karena tertabrak bus sekolah. Semuanya tampak terkejut kecuali Eames yang hanya berkomentar "Sudah kuduga bocah ini tidak normal."


"Alam bawah sadarnya membentuk suatu labirin sebagai benteng pertahanan diri agar tidak dijebol oleh objek asing seperti kalian. Labirin itu mengenai darah. Darah dari Perren. Empat tingkatan diatas Perren. Kalian harus berhati-hati. Jika kalian berhasil memasuki labirin itu kalian tidak akan bisa keluar sampai kalian mengalahkan labirin itu sendiri. Kalian mungkin akan berkeliling dunia. Kusarankan kalian juga membawa senjata."


"Satu-satunya hal yang kupahami adalah bagian dimana kita harus membawa senjata." keluhku.


"Kita harus memecahkan misteri darah terlebih dahulu. Ada yang punya ide?" Perren menyenderkan kepalanya di tangannya. Dia terlihat sama bingungnya dengan diriku.


"Perren, apa golongan darahmu?" tanyaku.


"Itu tidak membantu, Reyna. Menurutku maksud-nya akan lebih tersirat." Tungkas Profesor Ludwig.


Aku memutar bola mata "Aku hanya mencoba membantu."


"Tunggu dulu! Tadi Liz ada mengatakan tentang berkeliling dunia 'kan?" Abigail bertanya dengan antusias. Mungkin dia mendapatkan ide yang jauh lebih berguna daripada milikku.


"Ya!" kata Perren.


"Jadi apa yang bagus dari hal itu?" Tanya Eames sambil menghisap rokoknya.


"Aku memiliki darah Rusia, Reyna memiliki darah Spanyol, dan Eames berdarah Meksiko. Bagaimana denganmu Perren? Kau berdarah apa? Kemudian tadi Liz ada bilang mengenai empat tingkatan di atasmu Perren. Mungkin itu maksudnya seperti ayahmu, kakekmu, ayah dari kakekmu, lalu kakek dari kakekmu. Bukankah itu masuk akal? Lalu kita akan pergi ke negara mereka untuk mencari labirin itu."


"Mudah saja untukmu mengatakannya. Aku saja tidak mengetahui siapa ayahku." kata Perren geram.


"Kita bisa mencari datamu di Pentagon." usul Abigail.


"Ya, itu sangat mudah." timpal Profesor.


"Pentagon?! Maksud kalian kita akan menyusup ke markas keamanan Amerika?" mata Perren terbelalak saking kagetnya.


Aku, Eames, Abigail, dan Profesor Ludwig saling bertukar pandang. Kami semua berusaha menahan tawa. Aku yang sudah tidak tahan lagi langsung tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja. Yang lain pun ikut tertawa bersamaku.


"Mengapa kalian semua tertawa? Bunuh diri dengan cara menyusup ke Pentogon bukanlah candaan yang lucu!" Perren menjadi tambah bingung.

ResistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang