LAMA-LAMA AKU BISA MATI BOSAN karena perjalanan lintas benua ini. suara bising dari mesin helikopter dan kepala Abigail yang tersandar di bahuku sudah tidak terasa lagi.
“Apakah kita akan melewati Jerman?”
“Tidak sama sekali. Kita hanya akan melewati samudra atlantik” ucap Profesor Ludwig melalui pengeras suara.
“Payah. Berapa lama lagi?”
“Delapan jam.”
“ Jadi tidurlah sebelum aku melemparkanmu pada hiu kelaparan di bawah sana.” sambung Eames.
“Haha lucu sekali. Aku tidak akan tertipu dengan ancaman kekanak-kanakanmu itu.”
“Kemajuan pesat, Reyna.” ejek Eames.
“Aku baru ingat, kenapa kalian tidak mengguna-kan kemudi otomatis? Tidakkah kalian akan ambeien duduk seharian di belakang kemudi?”
“Helikopter ini ada kemudi otomatisnya?” kata Eames dan Profesor Ludwig serempak.
“Kurasa ya. Waktu aku dan ayah ibuku pergi ke Alaska, ayahku mengotak-atik panel di atas kepala kalian lalu dia bergabung dengan aku dan ibuku untuk makan marshmallow bakar.”
“Kenapa kau baru saja mengatakkannya?”
“Aku kan baru ingat. Jangan terlalu menjadikanku sebagai objek pelampiasan.” kataku santai.
“Kau makan marsmallow bakar di dalam helikopter?” tanya Perren yang dari tadi tidak kusadari keberadaannya.
Tepat sekali. Aku sudah tidak sabar untuk memakannya jadi aku membakarnya menggunakan korek api. Agak lama sih, tapi rasanya lumayan.”
Eames keluar dari ruang kemudi dengan muka masam. “Aku masih tidak percaya helikopter ini ada fitur kemudi otomatisnya.”
“Kukira kita tidak akan berdebat tentang ini. Aku ‘kan baru ingat.”
Eames duduk di samping Perren dan memasang sabuk pengamannya. Profesor Ludwig menyusul semenit kemudian. Suasana kembali hening setelah semua orang tertidur. Jadi hanya ada deru mesin, cahaya remang-remang, dan dengkuran Eames yang sudah sering kudengar. Dan aku kembali pada fantasi liarku.
“Bangunlah, Reyna. Kita sudah sampai. Bangun!” Abigail mengguncangkan tubuhku dengan liar untuk membangunkanku.
Aku masih menutup mataku. “Bisakah kita mampir dulu ke pantai? Brazil kan terkenal dengan pantainya yang eksotik.” kataku dengan suara bangun tidur.
“Aku lebih mengenal Brazil sebagai negara penghasil rokok nomor satu di dunia.” suara bariton Eames terdengar seksi jika di dengarkan sambil menutup mata.
Aku membuka mataku. “Oh Eames, rupamu tak seseksi suaramu.”
“Cepatlah, Reyna.” desak semua orang.
Aku merengek seperti anak kecil. “Ke pantai dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Resist
RandomPerren terbangun dari sebuah insiden yang seharusnya menewaskannya. Atau apakah dia memang sudah mati? Karena apa yang dia lihat sekarang sangatlah tidak nyata.