Duduk diberanda sebuah resort yang jauh dari keramaian. Memandangi ombak yang berlarian dibibir pantai dari kejauhan harusnya membuat hatiku tenang dan gembira karna sudah mendapatkan tempat untuk menenangkan diri. Tetapi kenapa rasanya masih terasa beban. Apa yang kurang?
Yang kurang adalah jiwa yang tak tenang. Tak bisa melupakan hal-hal yang ditinggalkan. Tak bisa melupakan masalah yang membelit. Tak bisa berdamai dengan hatiku yang gundah gulana dilanda beban persoalan hidup yang sepertinya tak berkesudahan.
"Disini ternyata...?!" Sebuah suara memutuskan lamunanku. Dari arah pintu pria itu tersenyum berjalan kearah kursi panjang tempat dimana aku duduk, dan lengannya yang kokoh menggeser tubuhku sedikit. Pria dengan tatapan mata mematikan, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung menantang, bibir yang penuh memerah seperti memakai lipstik. Dia sempurna. Ali Mahatir Azzikri. Pria keturunan arab padang yang saat ini memenuhi seluruh ruang hatiku.
"Melamunkan apa?" Suaranya lembut menyapu telingaku. Aku menggelengkan kepala, membuang pandangan kepantai, duduk membelakanginya, menghindari mata yang membuatku menyerah jika sudah terbelenggu tatapannya. Tatapan yang telah setahun lebih hanya bisa aku bayangkan saja tanpa bisa aku sentuh dan rasakan lagi.
Mungkin karna melihat aku hanya diam tanpa suara, asik berkelana dengan pikiranku sendiri akhirnya dia ikut diam tanpa suara. Kini hanya suara ombak yang terdengar berkejaran dibibir pantai.
Kunaikkan kaki diatas bangku panjang, menyilangkan dan meletakkan tangan diatas lututku. Kurasakan Ali meraih bahuku dan menyandarkan tubuhku yang membelakanginya didadanya. Ali menghela nafas. Berada dalam dekapan orang yang kucinta terasa begitu nyaman. Aku ingin dunia berhenti berputar dan waktu berhenti berjalan. Tapi itu tak mungkin. Waktu terus berputar dan hidup terus berjalan.
"Ungkapkan saja apa yang kamu rasakan Pril, aku ikhlas menjadi tempatmu menumpahkan semua yang kamu rasakan..." Suara Ali pelan terdengar menyapu telingaku. Bibirnya menyentuh daun telingaku. Darahku berdesir. Tuhan, ampuni hamba. Begitupun ketika Ali melingkarkan tangannya memelukku dari belakang. Aku hanya bisa menyentuh tangannya yang berada didepan dadaku. Tanganku gemetar dengan jantung yang hampir jatuh keperutku rasanya.
"Akuuu...."
Terbata aku ingin mengungkapkan isi otakku tapi bibirku kelu."Gak papa, aku temani kamu diam deh.." Ali menundukkan wajah meletakkan dagunya diatas kepalaku. Kami sama memandangi ombak yang masih saja berkejaran seperti tak pernah lelah. Ali mempererat dekapannya.
Satu menit
Lima menit
Sepuluh menit
Kami terdiam masih menikmati suara ombak yang bermain dibibir pantai berjarak sepuluh meter dari tempat kami duduk. Hembusan nafasnya memainkan rambutku. Kupejamkan mata. Menikmatikah? Atau aku larut dalam pikiran yang tak menentu. Sesekali dia mencium rambutku. Menempelkan pipinya dikepalaku. Kusentuh pipi kanannya dengan tangan kananku. Aku menoleh padanya yang sedetik kemudian menatap mataku dan menundukkan wajahnya mencium bibirku. Bibir Ali lembut menyentuh bibirku yang basah karna lipgloss yang kupakai. Aku hanya membuka bibirku sedikit dan Ali dengan lembut menekan bibirnya melumat bibirku yang kubalas dengan kelembutan yang sama. Ketika Ali melepaskan ciumannya aku mengembalikan arah pandangku yang tadi mendongak kebelakang kearahnya.
"Leherku sakit..." Aku bergerak menggeser tubuhku dan dia semakin erat mendekap.
"Mana lehernya?" Sambil berkata begitu bibirnya menyentuh leherku.
"Ihh, geli, Aliii..." Aku menggelinjang manja sambil menggigit bibirku.
"Tapi sekarang gimana? Enggak sakit lagi?" Suaranya terdengar pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
RomanceDisini Berisi kumpulan Cerita Pendek. Setiap Part berisi cerita yang berbeda. Tidak menggantung, tidak bersambung dan langsung tamat. Sengaja digabung di sini supaya readers tidak perlu mencari dan menyimpan lagi Tinggal tunggu update One Short Sto...