The Promise

8.3K 751 103
                                    

Ketika sebuah janji cinta berujung luka
Akankah semua hanya tinggal kenangan yang tersisa?

"Teganya kamu!!"

"Kalau sudah begitu kamu mau apa?"

"Ceraikan aku!!"

"Sekarang kamu bebas!"

Airmata, selalu saja menjadi satu-satunya cara untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan akibat sebuah kesetiaan yang goyah.

"Aku kurang apa?"

"Apa begitu penting?"

"Ya sudah kalau buatmu tak penting!!"

Prilly tak bisa menahan langkahnya terlalu lama lagi. Ia sudah muak melihat wajah pria didepannya.
Kesalahan, mungkin ada padanya. Ia kurang peka terhadap suaminya selama ini. Ia kira, pria yang hidup bersamanya selama hampir lima tahun itu adalah pria paling baik dijagat ini. Tapi ternyata tidak. Teganya. Padahal sejak awal menikah, ia sudah berjanji pada dirinya, ingin menikah satu kali seumur hidup. Tetapi apa mau dikata, kehendaknya tak seperti kehendakNya.

"Tega sekali dia!" Prilly menyeka airmatanya berulang-ulang.

Tak disangka. Ia benar-benar tak menyangka kalau Ali tega padanya.

"Aku akan bahagiain kamu, aku janji!"

Kalimat yang bermuatan janji itu tak ada artinya sekarang. Bahagia? Ia sudah bahagia karna mereka sudah bersama-sama selama lima tahun. Bahagia karna meski belum dikaruniai buah cinta, Ali pernah berjanji takkan meninggalkannya.

"Kamu, nggak mau nikah lagi?"

"Kenapa ngomong begitu?"

"Aku nggak bisa kasih kamu keturunan!"

"Belum tentu gara-gara kamu, kita ada kemungkinan dikasih keturunan kok kata dokter!"

"Tapi kemungkinannya kecil, aku..."

"Sudahlah, gak usah dipikirkan, aku sudah bahagia bersama kamu saat ini, aku ingin keturunan, tapi dari kamu, kalau Allah belum kasih, kita tetap berusaha dan berdoa!"

"Tapi aku ikhlas jika kamu..."

"Sayang, please!"

Saat itu. Ya, saat itu, saat usia pernikahan masih mendekati tiga tahun. Sekarang, setelah lima tahun, bahkan tidak ada persoalan yang berarti dengan mereka, Prilly dikejutkan oleh kenyataan, bahwa kini Ali berpaling.

Luka, bertambah luka, saat ia memergoki Ali bersama dengan istri sahabatnya sendiri.
Prilly mengenalnya. Karna Arini adalah istri dari sahabat Ali, Dimas. Dimas sering datang kerumah, Ali pernah bercerita, kalau Dimas sedang bermasalah dengan istrinya. Istrinya minta cerai dan pernikahan mereka terganggu karna orang ketiga. Tapi kenapa bisa, Ali terjerat pesona Arini? Apakah justru karna sering bertemu akibat ingin membantu menjadi pendengar, pada akhirnya justru mereka saling jatuh hati?

Prilly menutup wajahnya. Tak percaya hal ini menimpanya. Bertahun yang lalu, Ali menikahinya dengan cinta. Dengan janji sehidup sesurga. Takkan ada yang bisa hidup tanpa satu dengan yang lainnya. Bahkan ditahun ketiga tanpa keturunan saja mampu mereka lewati berdua.

Dulu, ia memang pernah mempertanyakan apakah Ali akan menikah lagi karna mereka belum dikaruniai buah hati. Tapi ketika hal itu benar-benar terjadi, hanya ada luka yang menyayat. Tak berdarah tapi sakitnya bukan main. Hingga ia mengucapkan ingin bercerai, karna tak siap melihat Ali mencintai wanita lain. Dan Ali dengan mudahnya meluluskan permintaannya.

Hidup mereka diawali dari bawah. Sama-sama bekerja, membarter waktu. Hingga Ali akhirnya meminta Prilly untuk dirumah saja setahun setelah pernikahan. Ali berjanji akan bekerja keras untuk mereka berdua. Dua tahun kemudian mereka berhasil melalui semua kondisi yang kurang baik.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang