Jangan Pergi dari Hatiku

48.8K 3.1K 168
                                    

Mencintai tidak hanya sekedar untuk dicintai , tetapi bagaimana menjaga dan menghargai perasaan yang disebut Cinta...........

~~~

Prilly Pov

"Apaan sih gitu aja cemburu..." Ali menyentil dahiku, sepertinya dia  masih merasa apa yang aku persoalkan itu tak beralasan.

"Iyalah cemburu, sikap kamu sama teman kamu itu istimewa, sampai gak ada bedanya sama aku," Aku menjauhkan kepala dari tangan Ali yang ingin meraih kepalaku lagi.

"Mana? Itu cuma perasaan kamu aja," Ali masih mencoba mematahkan keberatanku dengan sikap terlalu dekatnya dengan teman wanita yang lain dihadapanku.

"Perasaan aku biasanya bener," tukasku membantah kalau itu cuma perasaanku saja.

"Biasanya juga salah..." Ali juga tak mau kalah.

"BENCI." Aku berdiri sambil menghentakan kakiku.

Blammm.

Aku meninggalkan Ali yang berada diruang tamu dan membanting pintu kamarku. Benci, sumpah. Air mataku mengalir mengurangi rasa sesak didadaku karna rasa marah yang menggumpal.

Ali mengajak ke Cafe Bro tempat biasa dia nongkrong bersama teman - temannya. Sebenarnya aku tak terlalu suka seperti menggelayuti Ali kemanapun dia pergi. Aku selalu membebaskannya berkumpul dengan teman-temannya tanpa aku harus selalu ikut bersamanya. Aku tak mau terkesan mengekang, mengikuti, dan mengekori aktivitas dia diluar.

Kami sudah hampir dua tahun berpacaran. Selama ini seperti pasangan lainnya, tentu saja selain sayang-sayangan kami juga sering bertengkar unyu.

"Haii Bang Ali....lama gak ketemu, kemana aja??" Seorang gadis muda yang modis, berkulit bersih dengan senyum melebar menyapa Ali dimeja kami, dimana ada teman - temannya dan aku yang duduk disamping Ali.

"Gak kemana-mana, gw kesini lo gak pernah ada malahan..." Ali menjawab tanya gadis itu sambil berdiri menyalaminya dan heiii, kenapa cipika cipiki didepanku????

"Sini gabung sama kita, Karla..." Gadis bernama Karla itu bergabung dan duduk disebelah kiri Ali menggeser Adit, sementara aku disebelah kanannya. Bagus, sekarang Ali diapit dua orang gadis dan kami seperti isteri tua ketemu isteri muda karna gadis itu seperti tak peduli padaku dan Alipun tak memperkenalkan, entah dia lupa atau bagaimana aku tak faham.

"Pesen minum Kar..," Ali menawari gadis itu untuk memesan minuman ketika pelayan datang dan gadis itu memesan minuman dan snack.

"Lo sendirian? Napa lo?" Ali bertanya dengan perhatian pada gadis disebelahnya itu.

"Iya sendirian, gw suntuk, bang," Gadis itu menjawab dengan bibir mengerucut kearah Ali.

'Heii nona, jangan mengerucutkan bibir begitu didepan cowo gw.'

"Kenapa bisa suntuk sih? Bukannya lo cuek apapun yang terjadi sama hidup lo?"

'Ya, terus aja cuekin aku, Li...' Aku meremas-remas tissu yang ada digenggamanku.

"Li, aku ketoilet..." Aku berdiri dari dudukku dan melihat Ali tak merespon kutinggalkan. Hatiku perih seketika. Ditoilet aku hanya berdiri didepan kaca memandangi wajahku. Aku raba wajahku. Masih mulus dan masih cantik, tapi memang sepertinya Karla lebih muda dari aku. Apakah Ali sudah bosan? Ingin mencari suasana baru dengan gadis yang baru? Kami sudah hampir dua tahun bersama-sama, sudah saling memahami semua kelebihan dan kekurangan masing - masing, setidaknya itu menurutku.

Tapi apakah sikap wellcome-nya pada semua temannya ini harus menghilangkan rasa percayaku? Aku sedih sekali dengan sikapnya yang tak peduli padaku apalagi didepan seorang gadis lain. Aku merasa seperti tak ada artinya buat dia. Oh dadaku, rasanya semakin nyeri saja. Didepan aku saja dia seperti itu, bagaimana jika dibelakangku?

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang