Tak Bisa Bahagia Tanpamu

45.8K 2.8K 247
                                    

Kebahagiaan itu kadang jaraknya hanya setipis kaca 1mili dengan kesedihan, sedetik merasa bahagia sedetik kemudian bisa berantakan karna terluka..
Bolehkah aku sekarang ingin bilang bahwa saat ini aku sedang terluka walaupun baru saja aku merasa bahagia?

***

"Aku cinta kamu, hari ini, besok dan selamanya..."
"Sungguh?"
"Sungguh..."
"Sumpah demi apa?"
"Demi kita berdua.."
"Maukah kamu janji sama aku?"
"Tentu, kamu mau aku berjanji apa?"
"Kalau kita tidak berjodoh, tempatkan aku diruang hatimu disisi jodohmu..."
"Kenapa kamu bilang gitu?"
"Gak papa .. "
"Jangan pesimis sayang, gak ada yang bisa misahin kita, hati aku buat kamu..."
Sisi mengangguk menatap Digo. Merasakan hangat peluknya, lembut belainya dan memejamkan mata ketika bibir Digo menyentuh halus kulit dahinya.
"Digooo..." Sisi berbisik menahan nafas menahan gejolak hangat ditubuhnya ketika Digo mencium bibirnya penuh penekanan.
"Sisiii, aku mencintaimu..."
Sentuhan Digo membuat Sisi merinding. Kata manisnya membuat Sisi terlena. Buta akan cinta dan rasa takut kehilangan membuat mereka lupa. Sisi jatuh lepas kendali dan merasa itu adalah pengorbanan cintanya pada Digo. Tubuh mereka digerayangi nafsu, tetesan keringat, tetesan airmata dan tetesan darah yang memercik disprei membawa mereka ketitik puncak yang menggila. Mereka ambruk bersama cinta yang membara.
"Digo, jangan tinggalin aku..."
"Gak akan, percaya sama aku, aku mencintaimu, Sisi..."

***

Itu dulu.....
Sekarang berbeda.
Mereka dipisahkan oleh keadaan dan kejamnya aturan dunia. Digo putera pengusaha kaya, harus jatuh kepelukan orang kaya bukan jatuh dihati seorang gadis miskin seperti Sisi, setidaknya itu menurut orang tua Digo. Hingga dengan kejamnya melemparkan segepok uang pemecatan pada ayah Sisi yang bekerja sebagai buruh dipabrik textil mereka dan memaksa keluarga Sisi meninggalkan kota tempat lahir mereka untuk menjauhkan diri dari keluarga Digo.

Perih dan pedih yang dirasa Sisi sebenarnya tak jauh berbeda dengan yang dirasa Digo. Digo merasa ditinggalkan dan kehilangan jejak sementara Sisi terpaksa pergi karna tak ingin keluarganya celaka.

Lima tahun berlalu, Sisi menyelesaikan kuliah Managemennya. Sisi menjadi gadis dingin yang seolah tak mengenal kata cinta lagi. Hidupnya telah dikorbankan demi keluarga. Baginya cinta sudah tak bermakna apa-apa lagi. Tak menyalahkan Digo. Justru karna Digo kini Sisi merasa tak butuh lagi cinta. Cinta Sisi sudah mati pada Digo. Jika ia tak bisa bersama Digo, maka Cintanya takkan singgah kemana-mana lagi.

"Mamaaa....."
"Eiii kiel, sayang Mamaa..."
"Mama lama banget pulangnya? Kiel kan takut..."
"Takut kenapa sih?"
"Takut Mama gak pulang-pulang kaya Papa..."
Sisi menatap wajah polos Kiel, puteranya yang berusia hampir lima tahun dengan senyum sendu. Kiel hanya tau Papa tak pulang karna mencari uang buat Kiel beli mainan. Rasa sesak didadanya menumpuk memenuhi rongga dada Sisi bila memandang wajah Kiel yang identik dengan wajah seseorang yang selama ini membuatnya tak bisa membuka hati pada dunia. DIGO. Ya, Kiel mewarisi hidung, mata tajam dan bulu mata yang lentik milik Digo. Kiel, darah daging Digo.

Ketika keluarga Sisi meninggalkan kota mereka untuk menjauhi keluarga Digo, Sisi tak menyadari kalau dirinya sedang berbadan dua.

"Kenapa, Si?" Saat itu ibunya mengerutkan dahi kuatir menatap Sisi yang tergolek lemas ditempat tidur.

"Gak tau bu, kepala Sisi pusing." Sisi berusaha duduk dari berbaringnya, tiba-tiba mual menyerangnya dan menutup mulutnya seperti ingin muntah. Ibu Sisi semakin mengerutkan dahi.

Sebagai seorang wanita yang pernah mengandung dan melahirkan, ibunya langsung curiga melihat keadaan Sisi. Dia tak yakin kalau Sisi hanya masuk angin karna anak itu tak kemana-mana dan tak telat makan mengingat mereka baru seminggu pindah ketempat tinggal baru mereka.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang