Biarkan Aku Bahagia karna Cinta

40K 2.7K 173
                                    

Ya Tuhan,
Seandainya cinta ini dalam
Seandainya rindu ini tak bertepi
Seandainya kubisa tau
Seandainya aku faham
Aku ingin semua tak begini
Membiarkan cinta ini mengendap tanpa pemilik.
Membiarkan rindu ini seperti mati
Dan saat aku temukan cintanya
Disanalah berlabuh semua rasa
Rasa yang membuat aku bahagia
Bahagia karna cinta....

^^^^

-Prilly-

setahun sudah kubiarkan hatiku kosong. Tak bisa aku pungkiri rasanya hampa. Langkahku terseok sepi. Hmm. Baru setahun tanpanya Aku merasa sudah berabad-abad tanpa dirinya.

"Masih betah sendiri, Pril?" Pertanyaan Olivia teman sesama resepsionis yang hari itu satu shift denganku ini sudah berulang kali kudengar.

"Bukan betah, tapi ini pilihan!" Aku menjawabnya dengan senyum pahit.

"Pilihan aneh." sahut olip memandangku heran.

"Karna gue ngerasa cinta lain nggak bikin gue jadi bahagia lip, lalu buat apa ada cinta?"

"Digo udah pergi Pril, lo harus mencoba untuk membuka hati lo, bukan gue nyuruh lo lupain dia, tapi beri kesempatan hati lain menggapai hati lo!"

"Sejak Digo pergi ninggalin gue, gue ngerasa jodoh gue juga udah mati!"

"Pril....!"

Aku menggelengkan kepala. Sudah takdirku mungkin harus hidup tanpa cinta. Kegagalanku bukan cuma sekali. Padahal aku tak berniat untuk memiliki banyak mantan pacar. Pertama di duakan, kedua ditinggalkan begitu saja karna tak mau menyerahkan kesucian, ketiga juga ditinggalkan tapi ditinggalkan ke alam baka padahal sedang sayang-sayangnya. Kuhembuskan nafas keras-keras mengingatnya. Aku merasa sudah cukup rasanya mengenal cinta.

"Sebaiknya nggak usah pacaran saja, lagipula kalau miskin buat apa, Pril?" Kalimat Papa yang agak nyeleneh membuatku mendelik. Apa-apaan Papa?

Sedikitpun aku tak pernah silau akan harta. Aku tak pernah memandang rendah atau tinggi status seseorang dari hartanya. Seperti Digo dulu yang sangat ku cinta. Papa tak pernah setuju tapi aku tetap teguh menggenggam cintanya. Meskipun dia hanya seorang yang tak punya ayah dan ibu dan hidup dipanti asuhan tapi dia sangat sayang dan bertanggung jawab sekali padaku.

Takdir memisahkan aku dari Digo karna dia kecelakaan. Tak pernah terbayangkan olehku ditinggalkannya. Perih dadaku bila mengingatnya. Aku tak ingin dia meninggalkan aku. Aku sangat menyayangi dan mencintainya tapi Tuhan lebih sayang. Entah apa yang terjadi, menurut saksi mata ditempat kejadian, motor Digo tersenggol sebuah mobil yang membuatnya jatuh lalu dari belakang sebuah mobil box menabraknya. Digo meninggal diperjalanan menuju rumah sakit. Rasanya aku tak terima dengan kenyataan itu.

Dia baru saja meninggalkan rumahku. Dia baru saja mengantarkanku pulang. Dia baru saja menyenangkan hatiku. Membawaku ketempat makan dengan gaji pertamanya sebagai buruh disebuah pabrik rotan. Membelikanku sekuntum bunga mawar putih dan merah sebagai tanda cinta dan sayangnya padaku. Ternyata itu pertama dan terakhir.

"Prilly, aku sayang sama kamu, kasih aku waktu ya, setahun lagi aku akan melamar kamu, sayang!"

"Nggak usah terlalu dipikirkan Digo, aku sayang sama kamu, sampai kapanpun aku mau menunggu!" Aku mencium mawar putih dan merah yang baru saja diberikannya.

Kalian tahu, mawar merah dan putih itu sampai kini masih ada walaupun layu dan mengering. Aku masukkan kedalam plastik transparan. Entah kenapa aku tak ingin membuangnya.

"Lama-lama gue takut lo terlalu terobsesi sama Digo, Pril!" Olivia membelalakan mata ketika menginap dirumah saat mama dan papa keluar kota melihat dua bunga itu tertempel didinding kamarku.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang