~Sampai Pada Waktunya~

34.4K 2.6K 274
                                    

Meskipun kau melukai dengan kalimatmu
Meskipun kau menyakiti dengan ucap-mu
Sementara pisaupun tak bisa melukaiku
Aku akan tetap menyayangimu
Sampai pada waktunya

~~~~~

Sisi memegang perut dan sekitarnya. Sakit. Sisi memegang pelipisnya. Tak pernah rasanya sesakit ini. Saat haidpun tak pernah Sisi merasa seperti ini sakitnya.

Sisi melirik jam dinding. Jam duabelas malam. Digo belum pulang. Sisi meraih handphone dan menekan nomer telpon Digo, suaminya.

Suara hiruk pikuk musik begitu memekakkan telinga. Sisi segera menutup telpon. Ketempat hiburan malam lagi. Digo kesana lagi. Alasannya pasti karna menemani tamu dan menjamu relasinya. Haruskah dengan cara seperti itu terus? Sisi menarik nafas dan menggelengkan kepala sambil menggigit bibir. Sakit diperutnya kian terasa menggigit.

Nomor telpon yang anda tuju tidak menjawab

Telponnya tak diangkat. Mungkin dia masih disana. Sisi menebak sendiri ketika mencoba menelpon kembali. Sisi menekan perasaannya. Tak ingin menebak Digo ditemani siapa sekarang? Dunia seperti itu tak jauh jauh dari wanita. Digo sering bercerita, relasinya yang meminta dicarikan wanita penghibur, tapi yakinkah Sisi, Digo tak ikut juga ditemani wanita penghibur?

Sisi menggeleng pelan, hatinya mengakui dia merasa tak percaya. Tapi Sisi meyakinkan dirinya sendiri dan tak ingin menerka Digo juga ikut-ikutan ditemani wanita lain.

Drrrtt....drrrttt....drrrttt...
Suara getaran dan bunyi telpon yang sengaja Sisi kecilkan terdengar.

My Digo calling

Digo.

"Hallo."
Sisi menjawab telpon dari Digo dengan suara lesu. Suara hingar bingar musik sudah tak terdengar.

"Kenapa menelpon, Yang."

"Perut aku sakit."

"Kenapa?"

"Aku gak tau, rasanya Mrs V-ku mau lepas."

"Hah?"

Ada nada kaget dari ujung telpon. Mau lepas? Pasti Digo kaget. Gimana maksudnya Mrs.V bisa mau lepas? Ya, Sisi merasanya begitu. Memang tak biasa. Tapi sakit luar biasa. Sepertinya mau haid, tapi harusnya selama ini tak pernah sakit.

"Ya udah, aku pulang sekarang."

Digo berkata dengan nada khawatir.

Klik. Telpon ditutup. Tak lama sebuah sms masuk.

Mau dibelikan obat apa, yang?

Obat untuk sakit saat haid aja

Sisi menjawab sms Digo dengan masih menekan perutnya tak nyaman. Ayolah Digo, cepat pulang.

~~~

"Dimana yang sakit?"

"Disini."
Sisi menunjuk daerah bawah perutnya. Digo menyentuhnya.

"Kok bisa di sini yang sakit? Mau dibawa kedokter?"

"Udah malem besok aja."

"Besok gak usah masuk kerja." Digo mengelus kepala Sisi.

"Mungkin ini tahun terakhirku bekerja, Digo."

"Kenapa bilang begitu?" Digo mengerutkan keningnya cemas.

"Aku ingin jaga Beby aja di rumah, nungguin kamu pulang kerja, dan nemenin Beby sekolah, tahun depan dia sudah masuk Tk." Sisi berkata lirih.

Digo menghela nafas lega. Digo mengira ada apa-apa dengan Sisi. Takut itu adalah pesan terakhir mengingat wajah Sisi memucat menahan sakit. Digo memukul kepalanya.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang