King & Queen

44.6K 3K 269
                                    

Komitmen adalah Rahasia Hati, Bukan Rahasia Umum ...
Jika saatnya tiba, rahasia besar itu akan terbuka, aku ini punya siapa dan kau milik siapa......

»»»

Cowok itu king sekolah. Setahun yang lalu saat penataran diawal aku memasuki sekolah kejuruan ini dia terpilih menjadi King dan berdampingan dengan seorang Queen yang serasi dengannya.

Semua orang memujanya. Semua orang menatapnya kagum.

Muhammad Ali.

Memang namanya terdengar sederhana bagi kebanyakan orang yang modern dan memilih nama kebarat-baratan. Tapi sebenarnya nama itu sangat agung karna nama seorang Nabi besar dan nama seorang petinju kelas dunia. Mungkin nama itu diberikan saat petinju Muhammad Ali sedang bertarung dan meng -Ko- lawannya. Hmm aku berasumsi sendiri.

Yang pasti nama itu menjadi keren ketika melihat wujud cowok itu. Bagaimana tidak, lihatlah wajahnya mulus, walaupun aku tak kalah mulus sih. Hidungnya sempurna. Matanya tajam dan berbulu mata lentik. Semua cewek meleleh melihatnya.

Tapiiii....aku enggak....
Aku biasa saja bahkan cenderung menghindarinya.

"Omegat, ganteng sangat ni cowok, gue gila banget kalau liat dia, gak papa kalau gak bisa memiliki, asal bisa memandangi...ohhh Ali...."
Suara Anty disebelahku membuat aku menoleh pada Ali yang sedang berdiri dipintu kantin menatap kedalam kantin yang ramai. Sepertinya tak ada tempat duduk untuknya.
"Apaan sih Nty, malu-maluin gue aja lo..." Aku merauk wajah Anty yang seketika mupeng melihat cowok itu. Cool. Eh, kok aku jadi berpikiran dia cool sih? Aku berdecak dan berdiri. Tiba-tiba perasaan tak sukaku naik kekepala.
"Eh, lo mau kemana kok gue ditinggal?" Anty ikut berdiri dan mengiringi langkahku menuju ibu kantin dan membayar makanku yang tak kuhabiskan.
"Gue mau keperpus, mending lo gak usah ikut, tar lo berisik, dimarahin sama Bu Wiwid." Aku meninggalkan Anty yang tetap mengikutiku walaupun aku larang ikut.

»»»

"Sttt....Pril...."
Aku menatap seseorang yang tiba-tiba sudah ada disebelahku. Cowok yang selama ini sering mendekati aku. Putih, bermata coklat sama sepertiku, rambutnya ikal, bibirnya memerah.

"Iya, kenapa Fei?" Aku kembali menyimak buku yang kupegang.
"Mmmhh anu..."
"Apa?" Aku menoleh kearahnya. Dia menatapku dalam-dalam. Entah ada setan darimana, kusadari wajahnya mendekat dan aku memundurkan wajahku kaget. Cowok ini kenapa? Datang - datang kok mau nyosor.

"Sebentar jangan gerak, ada bulu mata jatuh..." Feisal menempelkan ujung jari telunjuknya kebawah mataku. Kulihat sehelai bulu mata tertempel disana. Rupanya aku salah faham. Aku jadi malu sendiri.

"Kalau ada bulu mata jatuh, konon katanya ada yang kangen.." Feisal menaruhnya ditelapak tangan dan menepuk tangannya.

"Nih, kalau setelah ditepuk bulu matanya ilang, berarti yang kangen orang jauh, tapi kalau masih tertempel ditelapak tangan, berarti yang kangen orang dekat." Aku menatap feisal heran.

"Nih, ternyata masih nempel, berarti orang yang dekat, gue tau siapa yang kangen sama lo.."

"Siapa?"

"Gue...hee..." Feisal menyunggingkan senyum yang diimutkan. Aku meringis melihatnya lalu balik menyimak buku yang kupegang.

"Pril, cuek banget sih lo ... ?"

"Ini perpustakaan Fei, nanti dimarahi tu sama Bu Wiwid .. " Aku beralasan. Lagian ganggu orang diperpustakaan kan gak asik banget. Mau baca dengan tenang jadi terganggu deh.

"Kalo gitu kita keluar aja yukk..." Feisal menyenggolku. Aku tak menggubrisnya.

"Prill," senggolannya cukup keras kurasa.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang