Sundea
Aku tahu benar bagaimana wajah Kevin, aku tahu benar bagaimana setiap garis rahangnya. Sekalipun jujur saja, aku tidak tahu apa yang menjadi film kesukaannya selama ini juga warna favorit nya. Aku tidak pernah tahu. Aku memang bukan seorang istri yang baik. Tapi, mengetahui kabar bahwa ia menjadi salah satu korban tidak selamat, benar-benar menurunkan kondisi kesehatanku. Aku tidak tahu dampaknya jadi seperti ini.
Tapi sekarang aku tahu, kehilangan memang mengajarkanmu banyak hal. Dan ketika kau
berniat merubah segalanya, kau tahu itu tidk akan pernah bisa kembali.Ketika aku membuka mataku, yang pertama ku lihat adalah nuansa putih di sekelilingku. Penciumanku bisa menangkap dengan jelas bau obat-obatan. Oh, ini pasti rumah sakit. Kalau diingat-ingat ketika aku mendengar berita itu, seketika pandanganku mengabur. Aku pasti sudah pingsan. Dan seseorang membawaku kemari. Tapi siapa?
Lalu, ku rasakan tanganku digenggam erat oleh sebuah tangan mungil, suaranya begitu riang ketika melihatku membuka mata.Aku mengenali benar itu suara putriku.
"Mom sudah sadar! Mom..!" Lintang meremas tanganku kuat. Aku menengok lemah ke bawah, ke arah tempat ia berdiri. Tubuh kecilnya pasti sudah begitu lelah menungguku tersadar. Aku memberikan seutas senyum kecil untuk menenangkannya. Lintang tidak membalas senyumku, ia terlalu gembira hingga ia berkata lagi, hendak mengumumkan pada orang lain yang berada di ruangan itu.
"Dad, mom sudah sadar!" kepalanya terangkat memandang senang orang yang berdiri di sebelahnya.
Aku mengerutkan alisku. Apa? Dad katanya.. Aku berani bertaruh bahwa berita yang ku dengar sebelum pingsan itu adalah benar adanya, Kevin adalah korban meninggal.
Aku mengikuti arah Lintang memandang. Apa dia sedang berkhayal? Kalau begitu aku harus memastikan.
Ketika melihatnya, aku cukup tersentak. Garis rahang tegasnya, hidung mancungnya, mata indah bulat coklat, alis tebal dan bibirnya yang sedikit memerah.. aku tahu jelas ini kepunyaan suamiku. Aku rasanya ingin bersorak gembira, ternyata ini benar Kevin.
Aku mengulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Hendak menyentuh wajahnya. Ingin memastikan kalau aku tidak bermimpi. Tapi anehnya, Kevin tidak menundukkan kepalanya. Aku kepayahan ingin menyentuhnya.
"Dad..?" Lintang sepertinya menyadari keanehan itu. Tapi Kevin tidak bergeming.
Kevin malah melemparkan tatapannya pada sisi sebelah kanan tempat tidurku. Baru ku sadari ternyata Ibu Mertuaku ada disana juga Ibu kandungku. Lalu, Ibu mertuaku seperti memberi kode rahasia pada Kevin, suamiku. Pada saat itu, aku tidak mengerti bahasa apa yang hendak disampaikan seorang Ibu pada anaknya sampai-sampai istrinya tidak boleh mengetahui.Menangkap kode itu, Kevin-suamiku hanya mengangguk saja kemudian ia menundukkan badannya. Wajahnya sangat dekat sekali kepadaku. Aku mengulurkan tanganku hendak menyentuh wajahnya.
Ya Tuhan, ini benar dia. Aku tersenyum kaku. Percaya atau tidak ini memang Kevin-suamiku. Lalu, ku telusuri setiap inchi wajahnya. Aku cukup bertanya-tanya ketika ku rasakan ada bulu-bulu kasar di sekitar rahang dan disekitar mulut juga dagunya. Apa ia baru saja bercukur? Sudahlah, itu tidak penting. Kemudian aku jalankan jemariku tepat ke dahi atasnya. Ada sebuah luka yang ku kenali seperti luka bekas jahitan. Tepat di dahi sebelah kanan. Tidak begitu jelas, tapi kalau diperhatikan luka itu akan sangat kentara.
Saat melihat luka itu, reaksiku menegang. Buru-buru aku menarik tanganku. Pria yang ku kenali sebagai Kevin-suamiku, ia juga terburu-buru menarik tubuhnya.
Aku tahu jelas, luka itu bukan milik suamiku.
"Kau..." suaraku memecah keheningan yang sejak tadi ku ciptakan.
"Keenan. Dia Keenan, Dea. Saudara kembar Kevin." Kata Ibu Mertuaku.
Aku mengatupkan mulutku. Cukup sudah keterkejutan ini. Lelucon macam apa ini.
Aku mengerti sekarang, suamiku benar-benar sudah meninggal. Dan yang ada disini sekarang, ia adalah Keenan, saudara kembarnya.
Bohong kalau aku tidak mengenalinya. Aku mengenalinya. Sangat malah. Sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa. Melihat Keenan benar-benar memaksaku untuk mengingat kejadian itu. Sebentar aku memejam mencoba menenangkan diriku sendiri. Mama menyadari tindakan yang ku lakukan, aku pastilah cukup shock akan kejadian ini. Ia menepuk-nepuk bahuku lembut.
Baru saja hendak menenangkan diri sebentar, tapi seperti yang sudah-sudah.. seringkali setiap aku memejam, aku justru mengingat kejadian itu. Maka kupaksa diriku untuk membuka mata, aku menengok ke arah kanan. Sebaiknya aku menghindari kontak mata dengan Keenan.
"Sudah bagaimana jenasah Kevin, bu?" aku bertanya dengan nada pelan kepada Ibu Mertua ku. Aku sungguh tidak ingin Lintang mengetahui keadaan sebenarnya.
"Segera sore ini akan dikirimkan dari Australia. Dea, ibu harap kau yang tabah, Nak.."
Aku mengangguk lemah. Tanpa terasa air mataku menetes. Aku menyembunyikannya dari Lintang.
"Mom..." Lintang menarik-narik ujung bajuku, cepat aku mengusap airmataku. Kemudian memaksakan sedikit senyuman disana.
"Dad lupa bawakan cokelat untuk Lintang.. Mom, ayo marahin Daddy.. daddy kan sudah janji. Mom bilang, orang yang tidak tepat janji harus dihukum."
Hatiku perih mendengar rengekan putri kecilku. Sekarang bagaimana bisa aku memarahi Kevin? Aku justru ingin menangis memanggil namanya pulang. Aku bahkan tidak bisa berpura-pura sekali ini. Siapa yang harus ku marahi? Aku juga tidak tahu.
"Ayo.. biar Opung yang belikan Lintang cokelat. Kita ke bawah ya..." Ibu kandungku mengajak Lintang keluar dari ruangan itu. Ah, ia tahu betul menenangkan putrinya. Dan aku sendiri, aku malah tidak bisa menenangkan putri kecilku.
Selanjutnya, bisa ku lihat Lintang dan Ibu kandungku melangkah menjauh.
Lintang bahagia, cokelat adalah segala-galanya bagi dirinya saat ini. Ku harap ia tetap begitu sekalipun pada suatu hari kelak ia mengetahui bahwa Kevin sudah tiada, ku harap ia tetap bisa se ceria itu.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my perfect hubby
RandomSundea Anastasya, seorang wanita yang kehilangan suami tercintanya karena kecelakaan pesawat. Keenan Airlangga, seorang pria yang kehilangan Kakak nya karena kecelakaan pesawat. akankah mereka bersama demi kebaikan Lintang, putri kecil Sundea? Lalu...