Part 7

28.4K 1.8K 20
                                    

Sundea

Sudah dua hari sejak kepergian Keenan dari rumah ini. Selama itu pula, Lintang menolak untuk makan. Sesekali aku boleh berhasil memaksanya makan sedikit. Tapi itu tidak berarti apa-apa. Lintang jatuh sakit. Suhu tubuhnya meninggi, demam melemaskan setiap otot-otot dalam tubuhnya.

Berulang kali ia merengek-rengek padaku meminta dipanggilkan Daddy nya ke rumah ini.

"Mom, kenapa Dad tidak pulang-pulang?" Lintang mengeluarkan rengekan manjanya. Aku berat untuk mengatakannya.

Aku menarik bedcover yang ada diujung kakinya, aku menutupi setengah tubuhnya mencoba menghangatkan tubuhnya. Membelai puncak kepalanya, berusaha menenangkannya. Sekarang aku sedang dipermainkan kebohonganku sendiri. Aku menjawab semampuku.

"Dad ada dinas keluar kota mendadak.."

"Bohong! Kalau Dad dinas keluar kota, kenapa enggak pamit sama Lintang!" Putri kecil ku mulai kesal. Belaian ku tidak mampu menenangkannya. Aku menghela nafasku perlahan. Tenang, Sundea.

"Mom tidak bohong. Lintang harus percaya Mommy.."

"Kalau mommy tidak bohong, coba telfon Daddy. Lintang mau ngomong sama Daddy. Lintang sebel sama Daddy! Daddy pergi enggak pamit sama Lintang."

Aku cukup tertampar akan kalimatnya barusan.

'Daddy pergi enggak pamit sama Lintang'

Aku sangat ingin berteriak saat ini. Bukan cuma sama kamu, Lintang. Sama Mommy juga. Daddy benar-benar pergi tidak mengucapkan satu patah katapun, aku mendesah dalam hati. Kevin tidak pernah pamit pada siapapun dari antara kami.

Sekarang aku sadar betul, aku bukan Ibu yang baik. Itu sebabnya aku ingin sekali menjadi seperti kedua orangtuaku, yang mampu mendidik anaknya dengan baik. Mengajarkan kejujuran dan tidak hanya mengajarkan tapi juga melakukan.

Tapi apa yang ku lakukan sekarang? Aku bahkan tidak mampu. Aku terus berkubang dalam kebohongan.

Aku memakai tameng demi Lintang, untuk membenarkan semua perbuatanku.

Sejujurnya, aku tidak sepenuhnya berbohong.

Kevin memang ayah Lintang. Kevin selalu menemani hari-hari Lintang. Dari sejak Lintang kecil hingga ia berumur empat tahun seperti sekarang ini. Kevin begitu menyayangi Lintang.

Tapi,

Ada satu hal yang ku tutup rapat dari banyak orang.

Dari Ibu mertuaku,

Juga orang-orang di sekitarku.

Aku hanya mampu berkata jujur pada orangtuaku. Itu karena aku tahu, mereka adalah sahabat terbaik yang ku punya.

Sahabat yang bahkan akan selalu menutup rapat aib ku.

Aku yang sudah mencoreng nama baik mereka.

Malam itu, Papa memang nampak kecewa padaku. Pandangannya menyesali apa yang terjadi padaku. Ia tidak menganggapku rendah. Ia hanya menyesalkan kenapa aku mampu melukai hatinya.

Orangtuaku berulangkali mengumandangkan kejujuran. Dan aku sedang melakukannya. Malam itu aku mencoba menguatkan diriku berkata jujur.

"Katakan siapa yang melakukannya!!" Papa menggebrak meja tamu yang ada dihadapannya. Aku takut mendengar bunyinya. Papa benar-benar marah.

"Ke.. Ke.." aku terpatah-patah melanjutkan kalimatku.

Mama menahan tubuhku dan menggenggam kuat bahuku. Ia sangat berharap aku mengakuinya jujur. Jika saja Mama tahu, aku sedang mencoba melakukannya.

Be my perfect hubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang