Part 16

27.9K 1.8K 11
                                    

Keenan

Tak perlu waktu lama untuk menenangkan Anastasya dalam dekapanku. Karena sejatinya dia merasa tidak nyaman akan apa yang baru saja ku lakukan. Dengan langkah cepat ia menjauhkan tubuhnya dariku.

Lihat, ia bahkan belum pulih benar.

"Mom..." suara lembut itu tiba-tiba memanggil Anastasya. Kami berdua menolehkan pandangan ke arah kanan. Ke arah pintu kamar Lintang. Terlihat disana Lintang berdiri dengan tetap mengenakan seragam sekolahnya.

Entah sejak kapan ia berada disana. Apa sejak tadi ia memperhatikan kami? Apa sejak tadi ia mendengar ucapan kami? Ia bahkan belum bertanya apapun tentang kejadian orangtua murid yang menghina Anastasya itu.

Sejujurnya aku belum cukup tahu bagaimana perkembangan mental Lintang selama ini. Tapi dari beberapa interaksi yang pernah ku lakukan selama ini, aku tahu bahwa Lintang adalah sosok ceria, menggemaskan dan pintar. Namun penilaian seperti itu belum cukup kan untuk benar-benar mengetahui bagaimana ia sebenarnya. Sejujurnya aku resah sejak tadi.

"Sayang, kenapa?" Anastasya bergerak menuju tempat Lintang berdiri kemudian ia berjongkok mensejajarkan dirinya dan Lintang. Aku mengikutinya.

Aku merasa perlu untuk memberikan rasa aman bagi putri kecilku.

"Jadi bener.. Daddy udah enggak ada?" Wajah polosnya menggetarkan hatiku. Suara hatiku berteriak: Daddy disini, Sayang. Ini daddy yang sebenarnya.

Aku sangat ingin membela diriku seperti itu, namun kuurungkan niat itu. Ku biarkan Anastasya menentukan jawabannya.

Menyahut pertanyaan Lintang, Anastasya mengangguk lemah.

"Mama nya Jessica jahat banget sama Mommy. Mama nya Jessica bilang, mommy pembohong... Padahal.. padahal... Lintang kan masih punya Daddy. Lintang enggak mau enggak punya Daddy.." Lintang mulai menangis. Aku terenyuh.

Entah darimana datangnya pemahaman 'enggak ada daddy' versinya Lintang itu. Aku meragu ia benar-benar mengerti dari istilah itu sebenarnya. Mengingat anak seusia dia belum cukup paham akan makna kehilangan.

"Tapi... daddy nya Lintang memang udah enggak ada, Sayang.." lanjut Anastasya sambil menggenggam tangan mungil Lintang, "Mommy minta maaf karena mommy enggak jujur sama Lintang. Maaf ya sayang ya.."

Menyaksikan pemandangan itu, aku seperti seonggok sampah yang dibiarkan begitu saja. Bahkan Anastasya memilih meniadakan siapa ayah kandung Lintang sebenarnya. Baginya, Kevin adalah orangtua sah nya.

Apa yang bisa ku harapkan dari situasi ini?

Aku ingin menawarkan rasa aman bagi putri kecilku.

Tapi apa jadinya jika wanita yang ku cintai justru membangun tembok yang begitu besar dan menjulang diantara kami?

"Jadi daddy kemana, Mom?" Tiba-tiba ia bertanya.

Jadi benar kan... ia tidak benar-benar memahami kemana perginya Kevin. Jadi kalau ia tidak mengerti kemana perginya Kevin, untuk apa dia menangis?

Ah... lagi-lagi aku terenyuh...

Ia menangis untuk Anastasya. Karena Mommy nya telah dihina oleh orangtua murid itu pasti.

Putri kecilku memiliki rasa empati yang tinggi rupanya. Ada perasaan bangga menggelayuti hatiku.

"Daddy nya Lintang sekarang udah ada di surga... Daddy udah enak deh sekarang sama Tuhan. Daddy bisa makan cokelat sepuaaaaasnya..." jawab Anastasya dengan nada riang yang dibuat-buatnya.

Bagus Anastasya, kau memang Ibu yang sempurna untuk Lintang. Tadi kau menangis, tak lama kau berubah menjadi sosok tegar menghias senyum demi putrimu. Tak salah aku menitipkannya di rahim mu.

Be my perfect hubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang