Sundea
Aku bisa melihat sosok berbadan tinggi tegap itu mendekatiku. Semula aku tidak yakin itu siapa. Namun, ketika kulihat dengan jelas bagaimana caranya tersenyum dan caranya memandangku, aku jadi yakin betul itu dia. Kevin.
Sekalipun memiliki wajah yang sama dengan Keenan, namun aku tahu betul dimana bedanya. Ada kharisma yang berbeda antara keduanya. Kalau Keenan memiliki tatapan yang kuat dan tajam beda hal dengan Kevin, tatapannya begitu hangat khas seorang yang penuh dengan rasa kasih sayang pada siapapun itu. Tapi, kalau betul apa yang kulihat ini adaah Kevin, kenapa ia ada disini? Kenapa ia ada di kamarku? Dan dimana Keenan? Bukankah aku baru saja menghabiskan malam bersama Keenan?
"Dea...." ucapnya membuyarkan pikiranku yang sedang bertanya-tanya. Ia menyapaku yang sedak terduduk diatas ranjang, sedang ia berdiri tak jauh dari ujung ranjangku.
"Kevin?" Aku masih tak percaya, sambil mengusap kedua mataku mencoba meyakinkan bahwa apa yang kulihat memang benar adanya.
"Ya. Ini aku, Kevin." Ia tersenyum lembut.
Ya Tuhan! Jadi ini benar Kevin? Segera aku beranjak dari ranjangku, memungut kimonoku yang terjatuh di bawah lantai, menutup daster tidurku yang hanya bertali satu itu dan berjalan mendekati Kevin yang berada di sisi ujung ranjangku.
"Jadi ini benar kau?" Aku meraih wajahnya mencoba menyentuhnya. Namun belum sempat aku menyentuhnya, ia meraih kedua telapak tanganku dan menggenggamnya lembut.
"Aku senang Keenan bisa menjagamu." Katanya padaku.
Aku terkesiap.
"A-aku... Kevin dengar, aku pikir kau...." berat untuk aku mengatakan soal kematiannya, "Jadi aku menyetujui untuk menikah dengannya. Aku tidak tahu kalau..."
Bagaimana aku harus menjelaskannya? Aku sendiri lebih butuh penjelasan tentang kehadirannya disaat seperti ini.
Seperti mengerti akan kesulitanku ia balas tersenyum lembut padaku, "Dengar.. aku datang bukan untuk menjelaskan bagaimana bisa aku ada disini. Aku hanya ingin mengatakan ini padamu, bahwa aku sungguh bahagia melihatmu menyatu kembali dengan Keenan. Meski saat bersamamu aku tidak bisa dengan bebasnya menyentuhmu, namun jujur.. terasa lebih baik bagiku melihat Keenan yang dengan ramah menyentuhmu."
Aku semakin tak mengerti. Sontak aku tersipu malu mengingat kejadian semalam, "K-kau.. mengetahuinya?"
Ia mengangguk lalu melihat ke langit-langit kamar. Ini kamar yang sama yang ku gunakan juga untuk berbagi malam bersama Kevin.
"Ya. Aku mengetahuinya. Aku melihatnya darisana."
Aku mengerutkan alisku, semakin tak mengerti. Ku lihat pula ke langit-langit kamarku. Apa maksudnya?
"Aku disini untuk menyatakan dukungan penuhku padamu. Lanjutkanlah hidupmu, Dea. Jaga dan rawat Lintang baik-baik. Berbahagialah dengan Kevin. Kau sudah cukup lama menderita, dan sekarang kau berhak bahagia. Aku minta maaf jika tidak bisa selamanya disisimu.."
"Apa maksudmu dengan tidak bisa? Bukankah kau sudah disini sekarang?"
Ia menggeleng, "Tidak..."
Lalu, perlahan ku rasakan genggaman tangannya mengendur. Aku melihat kearah kedua telapak tanganku yang tidak lagi tergenggam. Hilang.
Apa? Kemana dia?
"Kevin! Kevin! Keviiiiiinnn...." aku memanggilnya dan mencoba mencarinya kesetiap sudut ruangan, sesekali aku berteriak sambil memejamkan kedua mataku, berharap ketika aku membuka mata lalu kembali menemukannya. Namun yang ku temukan justru sahutan suara yang lain...
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my perfect hubby
AcakSundea Anastasya, seorang wanita yang kehilangan suami tercintanya karena kecelakaan pesawat. Keenan Airlangga, seorang pria yang kehilangan Kakak nya karena kecelakaan pesawat. akankah mereka bersama demi kebaikan Lintang, putri kecil Sundea? Lalu...