Part 10

30.1K 1.7K 10
                                    

Keenan

Ibu memaksaku untuk mengantarkannya ke sekolah playgroup Lintang. Semula aku menolak. Aku tahu betul Anastasya tidak akan senang dengan kehadiranku.

Tapi Ibu memaksaku, "Ibu hanya ingin memastikan keadaannya apa benar ia sudah sembuh. Kata Dea, Lintang memang sudah sembuh.. tapi tetap saja Ibu mengkhawatirkannya. Lagipula Ibu merindukan Lintang."

Kalau sudah begitu aku tidak bisa menolak. Dengan senang hati aku mengantarkannya. Namun memikirkan segala kemungkinan bahwa Anastasya akan menolakku mentah-mentah kembali membuatku mendesah berat.

Tapi ku tepis kecemasanku sementara, ketika ku lihat Lintang dengan langkah riang menghampiri aku dan Ibu yang sudah menunggunya di tempat menunggu orang tua murid.

"Omaaaa..."

Ibuku bergegas menghampirnya jauh sebelum akhirnya Lintang menghambur ke pelukannya. Ibu ku mencium pipi lembut Lintang bergantian kiri dan kanan.

Ah, bahagia sekali rasanya melihat tawa renyahnya. Tak ku sangka kehadiranku memang benar-benar bisa memulihkan kekuatannya.

"Hmmmm cucu omaaaa... kangennya Oma sama Lintang."

"Lintang juga! Lintang kangen Oma!"

Aku tertawa melihatnya, menyadari kehadiranku, Lintang bergegas menghampiriku. Melepaskan diri dari pelukan Oma nya. Aku tahu apa yang akan ia lakukan. Memelukku. Dengan tangan terbuka aku menyediakan dekapan hangat itu padanya. Lalu ku angkat tubuhnya, ia teriak kegirangan. Dengan diangkat setinggi ini di udara, memudahkan ia melihat siapa saja disekelilingnya. Dari balik bahuku, ia melihat Anastasya berjalan ke arah kami.

"Mom!" Pekiknya riang.

Kontan aku memutar tubuhku, berusaha memperjelas siapa sosok yang saat ini berada tepat dibelakangku. Kalau itu benar Anastasya. Maka tamatlah riwayatku!

"Kau...." Anastasya keheranan menatapku. Ia bahkan tak menjawab sapaan riang Lintang.

"Oh, hei..." aku menyapanya kaku.

"Kenapa disini?" Tanyanya langsung ke pokok pembicaraan.

Yang ku takutkan terjadi, ia tidak menginginkan kehadiranku.

Aku butuh penyelamat, dan aku tahu betul itu Ibuku. Beliau harus menjelaskan mengapa kami bisa ada disini.

"Ibu yang meminta datang kemari, Nak." Ibuku muncul dari balik punggungku. Akhirnya... penyelamatku datang.

"Ibu.." segera Anastasya mengulurkan tangannya kemudian mencium telapak tangan Ibuku dilanjutkan dengan cipika cipiki. Ia bisa menyambut Ibuku begitu hangatnya, tapi tidak denganku.

Aku sadar betul, jarak itu masih ada.

"Kenapa tidak mengabariku dulu, bu?"

"Apa Ibu perlu mengabarimu untuk menengok cucu Ibu sendiri?" Ibu terkekeh pelan.

Anastasya menggeleng, "Setidaknya aku bisa menjemput Ibu."

Nah sudah jelaskan, secara tidak langsung ia hendak mengatakan: Aku tidak ingin bertemu Keenan.

"Tidak perlu. Nanti malah akan merepotkanmu. Lagipula Keenan bisa mengantar Ibu kok. Mumpung dia belum mulai bekerja."

Anastasya mengerutkan alisnya. Beribu keheranan tersirat jelas di wajahnya. Buru-buru aku mengkonfirmasi pernyataan Ibu.

"Aku pindah kerja ke Indonesia. Bank tempatku bekerja membuka cabang baru disini."

"Oh."

Hanya Oh?

Be my perfect hubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang