Keenan
Siang ini aku berniat mengantarkan novel itu pada Anastasya. Sejujurnya aku bersyukur atas kelalaian Anastasya, karenanya aku bisa menemukan sebuah alasan untuk bertemu dengannya.
Aku sudah hafal betul letak butik Sunny Sunday. Ku parkirkan mobilku di area depan. Aku memasuki butik itu.
"P-Pak Kevin?" Sapa seorang karyawan menyambut kedatanganku. Suaranya terdengar seperti keterkejutan membuat beberapa orang karyawan lainnya menatap takut ke arahku. Seperti hantu yang bangkit dari kuburnya.
"Hantu!!!" Pekik seorang wanita yang aku kenal sebagai supervisor dari semua karyawan. Aku mengenali dari baju yang ia kenakan.
Butik yang tadinya menawarkan aura ketenangan kini justru menjadi ramai.
Oh sial, mereka pasti tidak tahu aku saudara kembar Kevin.
Lihatlah beberapa orang karyawan bahkan hanya mampu menutup mulut dengan kedua tangannya disertai mata yang membelalak sebagai reaksi atas kedatanganku. Aku benar-benar menyayangkan keputusan Anastasya yang tidak pernah memberitahukan keberadaanku sebagai saudara kembar Kevin.
Aku sulit untuk menjelaskan jika keadaannya serunyam ini, seharusnya aku mengenakan kacamata hitam dan topi untuk menutupi wajahku.
Untung saja keributan ini tidak berlangsung lama setelah akhirnya Anastasya keluar dari ruang kerjanya.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Ia menatap ke sekelilingnya mencoba mencari jawab. Seorang karyawan yang ku kenali sebagai seorang supervisor berjalan mendekatinya.
"Mbak... itu...." ia berkata sambil melihat ke arahku. Anastasya mengikuti arah pandangnya.
Aku tersenyum menyambut kedatangannya sambil mengangkat dan menunjukkan novel yang ada di genggamanku. Hendak mengatakan maksud kedatanganku lewat gerakan yang aku sampaikan.
"Dia Keenan, saudara kembar Kevin." Tukas Anastasya singkat, jelas padat pada karyawannya. Beberapa orang karyawan tampak sedang berbisik-bisik, aku bisa mendengar salah satu dari antara mereka berkata: Aku baru tahu Pak Kevin punya saudara kembar.
Penjelasan itu membuat beberapa orang karyawan akhirnya meninggalkan kami berdua. Beberapa lainnya masih mematung menunggu penjelasan.
Menyadari masih ada yang belum beranjak dari tempatnya, Anastasya mengeluarkan kebijaksanaannya sebagai pimpinan sekaligus owner di butik itu.
"Kalian masih ingin berdiri disitu? Apa kalian belum tahu apa yang menjadi tugas kalian?"
Karyawan-karyawan itu akhirnya beranjak pergi.
Satu hal yang akhirnya aku ketahui, Anastasya dan kebijaksanaannya tidak hanya mampu mempengaruhi karyawannya, tapi juga aku.
Aku mengagumi segala apapun yang ia lakukan di tempat ini. Ia telah menjelma menjadi seorang wanita yang berdaulat atas dirinya sendiri. Wanita yang bahkan tidak memerlukan siapa pun untuk menunjang hidupnya. Aku bangga padanya.
"Kau juga masih ingin berdiri situ?" Tanyanya membuyarkan keterpakuanku.
Ia melangkah masuk menuju ruangannya, dan aku mengikutinya.
****
Keenan
Ruangan kerjanya begitu harum. Aku berani bertaruh ini pasti akibat lilin aroma therapy yang diletakkan di atas meja kerjanya. Aku meletakkan buku novel nya di meja kerjanya. Sekilas aku melihat figura mungil terletak diatas meja kerjanya.
Potret kebersamaan Kevin, Lintang dan Anastasya. Keluarga kecil yang bahagia.
Aku melihatnya sekilas sebelum akhirnya memilih untuk duduk di sofa coklat dari meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my perfect hubby
RandomSundea Anastasya, seorang wanita yang kehilangan suami tercintanya karena kecelakaan pesawat. Keenan Airlangga, seorang pria yang kehilangan Kakak nya karena kecelakaan pesawat. akankah mereka bersama demi kebaikan Lintang, putri kecil Sundea? Lalu...