Sundea
Aku keluar dari mobil land cruiser hitam milik Keenan. Lalu bergegas masuk menuju butik milikku. Butik itu kunamai mirip dengan namaku, Sunny Sunday.
Pegawaiku yang bernama Diah, menyambut kedatanganku. Ia adalah supervisor di butik milikku. Aku mempercayakan banyak hal padanya menyangkut stock barang-barang di butik.
"Mbak, ada Ibu didalam.." katanya sambil melihat ke dalam ruang kerjaku. Aku tahu benar itu siapa, Mama.
"Sudah lama?"
"Baru saja, Mbak. Kira-kira 15 menit yang lalu."
"Oke. Terimakasih ya.."
"Sama-sama, Mbak." Diah kemudian meminta izin dari hadapanku. Ia kembali ke pekerjaannya.
Aku membuka pintu kerjaku. Ku lihat Mama sedang berdiri di tepi jendela sambil melihat keluar. Ruang kerjaku tepat sekali berhadapan dengan area parkir belakang. Aku mencoba menebak-nebak apa yang Mama sedang perhatikan.
Oh tidak, celakanya aku.
Mama pasti melihat kedatanganku bersama Keenan tadi. Karena malas diketahui oleh para pegawaiku, aku meminta pada Keenan agar ia menurunkanku di area parkir belakang saja.
Aku sukses melarikan diri dari para pegawaiku, tapi tidak Mama.
"Mama.." aku memanggil namanya hendak mengejutkan Mama, tadinya. Tapi ku rasa ia sudah menyadari kedatanganku.
Mama mengulum senyumnya lalu berjalan menjauhi jendela. Aku menghampirinya kemudian memeluk tubuhnya sebentar.
"Kenapa tidak mengabariku kalau mau datang, Ma?"
"Apa Mama perlu minta izin untuk bertemu putri Mama sendiri?" Ia tersenyum lagi.
Ah benar. Kalau Ibu mertuaku saja tidak memerlukan izin ku untuk bertemu cucu nya. Apalagi lah Mama, ia harus meminta izin? Ku rasa jawabannya juga tidak.
"Duduklah, Ma.." aku mempersilahkannya duduk di sofa coklat yang ada di dekat meja kerjaku. Kemudian Mama mendudukkan dirinya disitu. Ku siapkan cemilan juga minuman teh hijau hangat untuknya. Ah sudah lama tak bercengkrama seperti ini dengan Mama. Kemudian aku menghidangkannya untuk dicicipi.
"Diantar Keenan?" Mama bertanya sambil menghirup aroma teh hijau itu sebelum akhirnya ia menyesapnya.
"Ummm.. ya." Kataku singkat.
"Lalu mana Lintang?"
"Bersama Ibu. Mereka jalan-jalan. Mungkin ke mall.."
Mama manggut-manggut tanda mengerti. Aku meraih cangkir teh ku, ada baiknya menyesap teh saja sebelum pembicaraan ini berubah serius.
"Dea..."
"Ya, Ma?" Aku mengangkat wajahku saat aku baru saja menikmati teh ku.
"Mama lihat Lintang menyukai Keenan. Mama tidak bermaksud mensyukuri kematian Kevin. Tapi Mama yakin semua yang terjadi adalah atas seizin Tuhan. Tentu ada maksud Tuhan dibalik semua ini..."
"Maksud Mama?" Aku mulai memasang pendengaranku tajam. Sepertinya Mama akan memberiku petuah.
"Mungkin Tuhan sedang mencoba mendekatkan Lintang dengan Ayah kandung nya.."
Kata-kata Mama mengusik hati kecilku.
Aku meletakkan cangkir teh ku ke atas meja tamu.
"Lucu sekali cara Tuhan itu..." aku menggumam.
Tidak ada yang benar-benar lucu saat seseorang menghadapi kehilangan atau sedang berduka. Kalimat seperti itu ditujukan untuk menertawai keadaan. Ketika airmata tidak lagi bisa menetes, ketika dirasa tidak seharusnya melewati semua kesedihan ini. Dan aku sedang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my perfect hubby
RastgeleSundea Anastasya, seorang wanita yang kehilangan suami tercintanya karena kecelakaan pesawat. Keenan Airlangga, seorang pria yang kehilangan Kakak nya karena kecelakaan pesawat. akankah mereka bersama demi kebaikan Lintang, putri kecil Sundea? Lalu...