"Buku sketnya nggak ada, Mbak."
Kalimat yang meluncur dari bibir Indira sontak membuat kepala Dilara terangkat dari kliping-kliping mode desainernya. Bibirnya yang merah menggoda terbuka sedikit. Dengan gerakan lugas, ia melepas kacamata bening yang bertengger di hidung mancungnya dan meletakkannya hati-hati.
"Nggak ada gimana maksud kamu?"
"Saya sudah ngecek ke Oost Koffie & Thee. Kata bartender dan waitress di sana, nggak ada buku sket di meja manapun. Mungkin Mbak Di lupa naruhnya."
"Heh, heh." Kuku Dilara yang runcing dan mengkilat teracung di depan wajah Indira yang menatapnya takut-takut. "Kamu nuduh saya pikun? Jelas-jelas buku sket itu tertinggal di meja kafe itu!"
"Tapi, udah dicari berkali-kali nggak nemu."
Dilara mengerang perlahan. Tangannya mengibas di udara, meminta Indira enyah dari wajahnya sebelum gadis itu terkena dampak kemurkaannya. Wajah Dilara ditenggelamkan pada belahan telapak tangannya. Ia mendengus kesal. Bagaimana mungkin buku sket itu tak ada di kafe terakhir ia menghabiskan waktu luangnya? Ingatannya sangat tajam. Otak Dilara bagaikan memori internal yang menyimpan berbagai informasi dalam sekali kedipan. Ketajaman ingatannya itu pula yang mengantarnya pada kesuksesan berkat kedetailan desain-desain jeniusnya yang melegenda. Dilara yakin ia meninggalkan buku sketnya di samping cangkir kosong. Gara-gara panggilan urgent Kartika, ia melupakan benda berharga dan krusial tersebut. Masalahnya, buku sket itu merekam jejak desain terbarunya yang akan ia pamerkan pekan depan. Kalau ia gagal menyulap desain tersebut dalam produk baru yang segera dipamerkan, tamatlah nasib Stilettale. Brand tersebut dikenal karena produktif dalam menciptakan karya-karya terbaru dan cepat diterima segala kalangan, mulai dari remaja sampai dewasa. Produk yang dikerjakan langsung dengan tangannya adalah model produk-produk ekslusif yang diburu fashionista. Bayangkan saja bila pekan depan ia tidak menampilkan apapun, tidak hanya gunjingan, rumah modenya akan terancam karena dianggap tidak lagi profesional.
Pandangan malas Dilara dilabuhkan menuju asistennya yang sedang menerima panggilan dan mengecek komputernya. Begitu telepon diletakkan, Dilara memanggilnya, membuat gadis berambut kecoklatan itu menoleh cepat-cepat.
"Minta semua desainer menemuiku di ruang rapat sekarang."
"Baik, Mbak."
Mengemasi kliping-kliping mode dan mengumpulkannya dalam satu map, Dilara melenggang anggun melintasi ruangan beraroma terapi tersebut menuju ruang rapat, membahas produk yang akan ia luncurkan ditemani Lani yang membacakan daftar kesibukan Dilara hari ini.
Melihat bos mereka melimbai menyusuri koridor, beberapa karyawan langsung berhenti beraktivitas, menepi di pinggir tembok, dan memasang senyum lebar menampakkan deretan gigi mereka. Begitu sosok bos mereka lenyap di balik tikungan, serentak semua karyawan mencebik.
"Katanya buku sket si mak lampir nggak ketemu, tuh," salah seorang dari mereka membuka mulut, membuat karyawan lain menggerombol ingin ikut menggosip.
"Mampus. Buku sket Mbak Di kan isinya kreasi yang nggak sembarangan. Banyakan kreasi di buku sket itu model utama yang dikeluarin sebagai senjata andalannya di pasar. Yang paling eksklusif!"
"Ehhh jangan mampus-mampus ngomongnya! Kalau Mbak Di mampus, kita juga mampus! Berdoa aja buku sketnya ketemu. Kalau nggak, perusahaan bakal rugi besar dan kita banyak yang dipecat!"
"Iya juga, ya."
"Tapi orangnya ngeselin sih, suka merintah-merintah seenak jidat dan nggak manusiawi. Belum kena karma kali ya."
Dan obrolan berlanjut membawa-bawa karma, menyumpah-serapahi Dilara, namun tak ada dari mereka yang menyesal bisa bekerja di tempat elit seperti Stilettale. Sebab seluruh orang yang berkecimpung di dunia mode akan rela melakukan apapun demi mendapatkan labeling modis dengan bekerja di perusahaan tersebut, biarpun jabatannya rendah. Tak hanya di negara ini, negara-negara di Eropa dan Amerika memperhitungkan brand sekelas Prada tersebut. Bahkan, banyak artis Hollywood yang mengenakan brand Stilettale.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILETTALE (SELESAI)
ChickLitSudah hadir di toko buku kesayangan Anda, bukan toko bangunan Buruan miliki versi cetak Stilettale sebelum ga ada di toko lagi!!!