Rain mengeluarkan card miliknya untuk membuka apartemen mewahnya, apartemen yang diberikan Ayahnya ketika ia berhasil menyelesaikan studi Fashion design nya dengan IP diatas rata-rata meskipun ia kuliah di salah satu universitas ternama Amerika.
Rain membuka pintunya dan mendapati ruang tamu apartemennya sudah dipenuhi berbagai bungkus plastik bekas snack dan beberapa soda yang berasal dari lemari es miliknya. Ia lupa membereskan semua nya karena terlalu sibuk dengan butik yang baru menambahkan dua cabangnya di salah satu mall ternama yang berada di Jakarta dan Bandung. Ia harus bolak-balik Jakarta Bandung untuk sekedar mengecek apakah yang dipekerjakan anak buahnya benar atau tidak.
Rain menyimpan tas nya di ruang tv dan ia sudah merendamkan dirinya dengan air hangat. Ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk, ia menggeser layarnya dan pesan itu dari Kakak kandungnya yang sampai saat ini masih tinggal di Amerika, yang bernama Keno.
"What are you doing?" Rain tersenyum melihat pesan dari Kakak kandungnya, meskipun ia sangat sibuk namun selalu memperhatikan Rain.
"Lagi santai, why?" Rain membalas pesan Kakaknya dengan cepat.
"Adlan sekarang dalam perjalanan menuju Indonesia, nanti dia akan menghubungimu kalau sudah sampai. Jemput dia nggak keberatan kan, Rain?" Rain menganga saking terkejutnya membuka pesan dari Kakaknya. Kak Adlan. Fadlan Basyir. Dia adalah sahabat Kakaknya sejak mereka masih bersekolah di sekolah dasar. Dan selama itulah Rain menyukai Adlan. Awalnya Rain kecil hanya mengira perasaan yang ia milikki hanya sekedar rasa suka karena kagum, namun ketika ia dewasa ia merasa bahwa ia bukan hanya menyukainya, namun ia sudah jatuh cinta. Tapi ia selalu berusaha mengubur perasaannya itu beberapa tahun ini, karena Adlan memiliki wanita yang sangat ia cintai, wanita yang membuat dunianya jungkir balik. Brendya. Wanita itu yang selalu Adlan ceritakan kepada Keno dan Rain. Bahkan alasan Adlan pindah ke Amerika karena Brendya menjadi model terkenal di Amerika. Lalu setahun kemudian Keno pindah kesana dikarenakan ia harus mengurus perusahaan Ayahnya.
Rain merenung. Mengapa Adlan ke Indonesia? Mengapa begitu tiba-tiba. Bahkan Rain mengira Adlan tak akan pernah kembali ke Indonesia meskipun untuk sekedar berlibur. Apa Brendya ikut bersamanya? Rain lagi-lagi hanya menelan ludahnya. Mengapa untuk orang sepertinya mencintai begitu menyakitkan?
----------------
Rain mengikat rambutnya asal karena Adlan baru saja menghubunginya dan meminta Rain untuk menjemputnya.
Rain memarkirkan mobil nya dengan tergesa-gesa, lalu ia membawa tas tangannya dan mencari-cari Adlan. Empat tahun yang lalu ia mengantar Adlan dan Brendya kesini. Ia tersenyum getir. Apa hari ini mereka datang bersama juga?
"Rain..?" Ucap suara khas yang sudah lama tak Rain dengar beberapa tahun ini. Rain berbalik dan menemukan wajah pria tampan yang sudah lama tak ia temui. Rambutnya sedikit berantakan, wajahnya masih sama, hanya saja ia terkesan lebih dewasa dari empat tahun yang lalu.
Mata Rain beralih mencari keberadaan Brendya, namun tak ia temukan. Adlan yang menyadari hal itu hanya tersenyum.
"Dia tak disini," Ucap Adlan parau.
"Ke.. Kenapa?" Tanya Rain canggung. Ia merasa canggung dengan keadaan mereka saat ini karena sudah lama tak bertemu, bahkan ia tak sedikitpun diberikan kabar oleh Adlan.
"Tak apa. Oh ya, lama sekali kita nggak bertemu ya," Ucap Adlan memamerkan sederet gigi rapihnya. Rain mengangguk.
Bahkan dulu kau tak ada niat sedikitpun menghubungiku, Kak. Batin Rain.
"Ya begitulah. Ayo kita bawa barang-barangmu. Kakak pasti lelah kan?" Ucap Rain menyunggingkan senyum tipisnya.
Rain menyalakan tepe mobilnya karena keheningan menyelimuti mereka. Adlan menutupkan matanya dengan damai, Rain melirik sekilas dan tersenyum.
"Kak,"
"Hm" Gumam Adlan masih menutupkan matanya.
"Aku mencintaimu, Kak." Batin Rain.
"Ada apa, Rain?" Tanya Adlan ketika Rain hanya diam saja.
"Aku harus mengantar Kakak kemana?" Tanya Rain.
"Ke apartemen ku saja, aku masih terlalu lelah menanggapi berbagai pertanyaan dari Mama," Jawab Adlan sembari terkekeh.
"Pertanyaan seperti apa?" Tanya Rain bingung.
"Pertanyaan yang memuakkan." Jawab Adlan acuh dan kembali menutupkan matanya kembali.
Rain kembali fokus mengemudi karena Adlan terlihat enggan melanjutkan pembicaraan mereka.
Rain menghentikan mobilnya ketika sudah sampai gedung apartemen milik Adlan.
"Terima kasih," Ucap Adlan ketika selesai mengeluarkan barang-barangnya. Rain hanya mengangguk. Sebenarnya ia ingin sekali menanyakan mengapa Adlan tiba-tiba saja kembali ke Indonesia,namun melihat wajahnya yang kelelahan membuat Rain menarik kembali segala pertanyaan yang ingin ia utarakan.
"Rain,"
"Ya, Kak?"
"Besok aku akan menjemputmu untuk bertemu keluargaku, pukul 6 bisa?" Tanya Adlan.
"Untuk?" Tanya Rain heran.
"Aku akan mengatakannya besok, gunakan pakaian resmi. Aku akan menjemputmu jam setengah enam, mengerti?" Ucap Adlan yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Rain.
--------------------------
Rain sudah mempercantik dirinya hampir satu jam, sejak malam tidurnya tidak tenang karena ia begitu penasaran. Penasaran akan banyak hal, alasan Adlan tiba-tiba kembali. Alasan Adlan menginginkan Rain menemaninya untuk bertemu keluarganya. Dan kemana kekasihnya itu?
"Aku tunggu di minimarket depan gedung apartemenmu,"
Rain memasukkan ponselnya dan bergegas pergi menyusul Adlan.
"Sudah lama, Kak?" Tanya Rain sembari mengatur nafasnya karena berjalan terlalu cepat.
Adlan menggeleng. "Tidak juga,"
"Kita langsung saja, keluarga besarku sudah menunggu. Pestanya akan segera dimulai," Ucap Adlan sambil melihat arlojinya.
"Pesta apa? Apa pakaian ku terlalu sederhana untuk menghadiri pesta?" Tanya Rain sambil mengamati pakaiannya.
"Bagiku ini pas," Ucap Adlan sembari mengacungkan jempolnya.
Saat Adlan dan Rain akan melangkah menuju mobil, tiba-tiba hujan turun begitu deras. Meskipun jarak minimarket dengan parkiran mobil tidak jauh, tapi jika mereka memaksa menerobos tetap akan merusak pakaian yang mereka kenakan.
"Tunggulah, aku akan membeli payung dulu." Ucap Adlan kembali masuk kedalam minimarket.
Adlan membuka payung yang baru saja dibelinya, dan berjalan beriringan dengan Rain. Rain memegang payung itu, sedangkan Adlan meneguk air mineral.
"Rain,"
"Iya ka?" Jawab Rain sembari mengeratkan pegangan payungnya.
"Mau bantu kakak?" Ucap pria yang sedang mensejajarkan langkahnya dengan wanita yang sejak tadi tak henti-hentinya berjalan.
"Bantu apa?" Ucap Rain menatap Adlan.
"Dulu kamu ingin memiliki suami seperti Kakak bukan? Bagaimana kalau Kakak sendiri yang menjadi suamimu?"
Hening. Setelah apa yang dikatakan Adlan mampu membuat Rain berhenti melangkah. Ia menjatuhkan payung nya dengan lemas.
"Kenapa aku?"
"Karena hanya kamu yang bisa kumintai pertolongan,"
Sakit. Itulah yang dirasakan Rain. Seseorang memintanya menikah bukan karena keinginannya atau cinta, tapi karena hal lain yang bahkan tak ia ketahui.
---------------------------
Hihihihi, selesai juga part 1 ya. Vommentnya ditunggu banget untuk penulis abal kaya aku yang bahkan kata-katanya aja masih sangat berantakann. Makasih yang udah baca sama vomment
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain marriage
RomanceKarena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita