(Adlan di mulmed tuh.)
"Bu bagaimana, jadi mengadakan pertemuan dengan pemilik bahan batik itu?" Tanya Asisten Rain mengingatkan. Karena yang dilakukan Rain sejak tadi hanya merenung sembari menikmati secangkir vanila latte.
Ia teringat hubungan pernikahannya yang tak mempunyai banyak kemajuan. Namun, beberapa hari ini mereka mempunyai satu kebiasaan baru, memang tidak istimewa seperti yang dilakukan pasangan lain. Mereka hanya akan duduk di balkon, dengan Adlan yang membaca buku dan Rain yang duduk di sebelahnya dan berdiam diri menikmati suasana kota malam hari. Tak ada suatu percakapan berarti. Kebiasaan baru yang mungkin mengingatkan Adlan sedikit bahwa ia mempunyai bagian lain di dalam hidupnya. Ia mempunyai seorang istri. Tak selalu Brendya. Atau yang lebih jelasnya, bukan hanya Brendya saja yang seharusnya Adlan prioritaskan.
"Bu? Bagaimana?" Tanya Pekerjanya yang lain. Rain menyimpan cangkirnya. Lalu, memakai blazernya. Dan membawa sling bagnya.
"Ya, saya akan pergi." Ucapnya dengan ramah.
Rain saat ini sedang sibuk membuat beberapa konsep pakaian modern yang ia coba aplikasikan dengan batik-batik tradisional yang tidak monoton.
Ia mengendarai mobilnya menuju cafe yang berada agak jauh dari butiknya. Bertemu beberapa pengusaha batik yang kualitas bahannya bisa ia andalkan."Saya ingin bahan ini sesuai dengan yang saya butuhkan ya, bu. Jangan kurang atau lebih." Ucap Rain kepada pengusaha batik yang terakhir.
"Ya, saya bisa jamin, Mbak." Jawab pengusaha batik tersebut dengan senyum percaya dirinya.
"Bu, boleh saya lihat model bahan batik yang lain?" Tanya Rain, matanya tak lepas dari katalog yang mengintip dari celah tas pengusaha batik tersebut.
"Oh, katalog ini? Model bahan dan corak yang ada di katalog ini saya buat secara khusus, Mbak." Pengusaha batik itu mengeluarkan katalog dan memberikannya kepada Rain.
"Wah, saya suka yang ini." Rain menunjuk salah satu model batik yang bercorak agak nyentrik.
"Tapi yang itu mahal sekali dan sedikit langka, bagaimana?" Tanya Pengusaha batik itu dengan sedikit ragu dan di iringi senyum kaku.
"Ya, itu bukan untuk dijual."
"Lalu?"
"Saya ingin merancang pakaian untuk suami saya." Jawab Rain dengan tersenyum.
"Oh.. Oke. Saya akan berikan kualitas terbaik untuk yang satu ini." Pengusaha batik tersebut tersenyum dengan menuliskan sejumlah pesanan bahan yang sudah di pesan oleh Rain. Lalu tak lama makanan datang, dan mereka menikmatinya.
Ddrrrt.
Kak keno
"Hallo," Ucap Rain sembari menyeruput milkshakenya.
"Rain, kamu dimana?" Tanya Keno dengan suara agak serak.
"Lagi di cafe, Kak. Urusan pekerjaan. Ada apa?" Rain meminta izin kepada pengusaha batik tersebut untuk keluar sebentar agar leluasa mengobrol dengan Keno.
"Kakak sekarang di Indonesia,"
Rain terdiam dan menahan nafasnya.
Ini berbahaya.
Jika Adlan tak diberitahu kalau Keno berada di Indonesia, dan mereka tak mempersiapkan sandiwara apapun, ini akan membuat Keno semakin curiga. Meskipun Keno tak mengatakan langsung bahwa ia mencium bau kebohongan dari pernikahan Adlan dan Rain, tapi Rain tahu Keno adalah tipe penilik yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain marriage
RomanceKarena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita