Aku mencintaimu, tapi mungkin kesempatanku sudah berakhir.
----------------
Rain memandang beberapa menit undangan yang baru saja diantarkan oleh seorang kurir. Di cover undangan tersebut tercetak nama teman SMA nya yang memang dekat dengan Rain, lalu Rain meraih undangan tersebut dan berniat menyimpannya di laci meja ruang tamunya."Apa itu, Rain?" Tanya Adlan yang baru saja datang dari dapur, serta memegang segelas susu vanila ditangannya.
"Ah itu, teman SMA ku, Arleta mau nikah, lusa." Jawab Rain sembari mengikat rambutnya.
"Kita harus jadi tamu paling serasi disana," Ujar Adlan, kemudian menenggak hingga habis susu vanilanya. Rain tertawa melihatnya.
"Kita memang mau datang?" Tanya Rain dengan tawa rendahnya. Adlan mengerutkan keningnya.
"Loh? Kamu nggak akan datang ke pernikahan teman kamu sendiri?" Adlan menyimpan gelas yang telah kosong, lalu meraih undangan yang baru saja di masukan kedalam laci oleh Rain.
"Lihat lokasinya," Rain menunjuk lokasi pada undangan tersebut.
Ubud, Bali.
"Oh.." Gumam Adlan terlihat kecewa. Lalu keduanya terdiam. Rain melihat mood Adlan yang tiba-tiba memburuk.
"Kaka mau datang ke undangan itu?" Tanya Rain berusaha menerka apa yang sedang Adlan fikirkan. Adlan menoleh ke arah Rain, lalu tersenyum tipis. Senyuman itu mirip dengan ketika ia belum lupa ingatannya. Rain jadi teringat bahwa saat ini, yang berada di depannya bukanlah Adlan yang normal. Saat ini Adlan seperti seorang pahlawan yang sedang kehilangan ingatannya bahwa ia mempunyai kekuatan super.
"Aku fikir, apa salahnya?" Tanya Adlan, kini senyumnya mengembang. Rain berfikir sejenak, lalu ia mengangguk. Ia fikir apa salahnya menghabiskan waktu beberapa hari di Bali, terlebih bersama Adlan yang mungkin suatu saat nanti akan benar-benar membencinya.
"Okay, benar juga. Sudah lama aku nggak ke Bali." Ujar Rain. Lalu, ia meraih ponselnya dan menghubungi beberapa asistennya untuk menghandle semua pekerjaan yang akan ia tinggalkan selama pergi ke Bali.
"Kamu lagi apa sih?" Adlan yang sejak tadi merasa tak di anggap pun mendekati Rain, duduk di sebelahnya. Lalu, kepalanya ia sandarkan di pundak Rain, untuk melihat apa yang sedang Rain lakukan dengan ponselnya. Rain merasa sangat gugup karena hembusan nafas Adlan benar-benar terasa di lehernya.
"A..aku lagi pesen tiket pesawat buat lusa." Jawab Rain dengan sedikit terbata.
"Oh.. Aku cuman takut kamu lagi menghubungi pria itu." Ucap Adlan, lalu ia mengangkat kepalanya dari pundak Rain.
"Mau liat anak kita ngga?" Tanya Adlan. Rain mengerutkan keningnya, lalu ia mengerti mungkin yang Adlan maksud itu Moyi kucing yang baru saja ia pelihara.
"Boleh," Jawab Rain sembari menaruh ponselnya di meja. Adlan menggenggam jemari Rain, lalu menuntunnya ke dalam kamarnya.
"Hai Moyi," Sapa Adlan dengan lembut, Rain melihatnya seakan ingin terbahak. Karena Adlan benar-benar memperlakukan kucing tersebut seperti manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain marriage
RomanceKarena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita