Brendya and him

15.2K 861 58
                                    

"Aku ikut ya."

Rain melirik Adlan yang sedang cemberut dan memohon kepadanya. Rain terkekeh dan melanjutkan mengoleskan foundation ke wajahnya.
Saat ini Rain sedang bersiap-siap untuk berangkat ke butiknya. Tapi, Adlan yang benar-benar tak mau ditinggal sendirian memilih untuk memohon kepada Rain agar ikut Rain untuk bekerja.

  "Aku takut Kakak bosen disana," Jawab Rain, lalu ia memakai blazernya.

  "Gapapa, kan disana ada kamu." Mohon Adlan lagi. Rain berfikir sejenak, dan akhirnya mengiyakan permintaan Adlan.

-------------------------------------
  Rain masuk ke dalam butik bersama Adlan di sebelahnya. Hampir semua pegawainya terkejut melihat Rain datang bersama Adlan. Meskipun Adlan tak menyadarinya. Sedangkan Rain membalas semua pasang mata itu dengan tersenyum singkat, lalu meneruskan langkahnya ke dalam ruangannya.
  Rain membuka blazernya dan menaruh tasnya di meja kerjanya. Lalu, meminta Adlan untuk duduk di sofa.

  "Aku mau meriksa daftar keuangan dulu ya." Ujar Rain. Adlan mengangguk, lalu melihat beberapa hasil sketsa yang Rain buat dan diam-diam terkagum.

  "Kapan-kapan bisa bikinin aku baju kan, Rain?" Ucap Adlan tiba-tiba. Rain mengalihkan tatapannya dan langsung menatap Adlan.

  "Bisa," Jawab Rain. "Aku memang berniat bikin baju buat Kakak. Masih di rancang sih sebenarnya."

  "Samaan sama kamu ya bajunya." Ujar Adlan sambil tersenyum simpul. Rain terkekeh lalu menutup map yang berisi daftar keuangan. Tawa Rain memudar ketika ia melihat majalah fashion dengan gambar Brendya sebagai cover majalah tersebut. Pegawai butiknya memang selalu menyiapkan majalah fashion edisi terbaru di mejanya, hanya sebagai referensi Rain dan agar tak tertinggal mode.
Rain membawa majalah tersebut, dan memperlihatkannya kepada Adlan. Mungkin ini saatnya.

"Ingat dia?" Tanya Rain dengan serius. Adlan menutup buku sketsa Rain lalu menatap majalah yang Rain julurkan.
Adlan menatapnya sedikit lebih lama, Rain tak tahu harus bereaksi apa jika Adlan mengingatnya. Tapi ia masih bisa bersyukur karena saat itu Adlan menggeleng.

"Aku tak ingat." Jawab Adlan acuh sembari mengedikkan bahu nya terlihat tak peduli dengan apa yang ia lihat.

"Harusnya kamu ingat dia." Jawab Rain, lalu duduk di sebelah Adlan.

"Oke. Aku ingat." Jawab Adlan dengan cepat, karena melihat Rain terdiam cukup lama.

Rain terdiam di tempatnya. Ia meremas jarinya dengan gelisah. Harusnya ia tak bereaksi sejahat ini ketika Adlan mengingat sesuatu.

"Dia model kesukaan aku.. Apa iya?" Tanya Adlan dengan serius. Mata Rain langsung membelalak. Adlan jelas-jelas sedang mengawur tentang ini.

"Tapi, Rain kamu nggak perlu cemburu. Meskipun dia model kesukaan aku dulu, aku cintanya sama kamu." Jelas Adlan membawa Rain ke dalam pelukannya. Mencoba meyakinkan Rain dengan kata-katanya.

"Kamu jauh lebih cantik dari wanita yang ada di majalah itu." Jelas Adlan. Rain masih tetap diam dan ia merasa sedih sekali karena, Adlan tak tahu apa yang sedang ia katakan itu sebuah kesalahan besar.

Tok tok.

"Masuk." Ujar Rain sembari melepas rangkulan Adlan dibahunya. Salah satu pegawainya, tampak salah tingkah melihat Adlan yang masih menatap Rain layaknya remaja SMA yang memuja kekasihnya dengan prosesif.

"Ada apa?" Tanya Rain.

"Anu.. Ada yang mencari Ibu. Di bawah." Ujar pegawai tersebut. Rain mengerutkan keningnya. Biasanya jarang ada yang mengunjunginya, jika itu teman dekatnya pasti langsung masuk ke dalam ruangannya. Dan jika klien pasti ia akan membuat janji di luar kantor terlebih dahulu.
Saat sedang berfikir, terdengar langkah kaki yang disusul dengan kedatangan seseorang yang tak Rain sangka.

"Maaf bu, tadi saya minta Bapa ini menunggu, tapi sepertinya ia tak bisa menunggu." Ujar pegawai Rain. Rain mengangguk dan mengizinkan pegawainya untuk kembali bekerja.

"Iya aku terlalu sibuk untuk menunggu saat ini." Jawab pria tersebut sembari tersenyum, ia masih tak sadar Adlan berada diruangan yang sama.

"Kamu harusnya tanya aku dulu, Arsen." Ucap Rain.

--////

Hohoho. Maaf saya sibuk syekaleeh. Sedikit yaaaaaa? Maaf:v. But komen dan vote ya. Wajib komen. Kalau ngga saya malas buat lanjutnya. Tidak ada motivasi😭 haha maksa gini.

Rain marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang