I know that I let you down

13.8K 846 8
                                    

  Pria itu masih terdiam di balkon Apartemennya, ia merasa menyesal tak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi hingga pulang tak tepat waktu dan mengingkari janjinya.

----------------------------------------------------
    "Dok, pulang kerja kita mau makan malem bareng-bareng ngerayain ulang tahun pernikahan dokter Anne dan dokter Hans. Dokter mau ikut?"  Tanya Fransiska, salah satu dokter gigi di rumah sakit Amster.

  "Waduh, saya bukan tak ingin. Tapi saya sudah punya janji dengan seseorang," Tolak Adlan halus. Ia ingat janjinya kepada Rain bahwa ia akan makan malam di rumah. Kali ini saja Adlan ingin mengiyakan keinginan Rain, karena merasa sedih saat Rain menangis seorang diri saat hujan petir itu. Toh baginya ini hanya sebuah makan malam biasa.

  "Begitu? Baiklah saya akan sampaikan kepada yang lain," Ucap Fransiska dengan ramah dan meninggalkan ruangan Adlan.

---------------------------------------------

  Adlan melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 20.00 wib. Seharusnya jadwal prakteknya sudah selesai hari ini. Tapi ia harus bersabar karena pasien yang sudah terdaftar untuk kontrol masih cukup banyak. Ia sebenarnya ingin memberi tahu Rain bahwa mungkin ia akan pulang terlambat. Tapi, karena pasien begitu banyak dan ia bahkan tak memiliki banyak waktu untuk sekedar memegang ponselnya. Beberapa kali panggilan masuk dari Brendya pun tak sempat ia angkat karena saking sibuknya.

  Pasien berakhir pada pukul sembilan malam, ia melepas jas putih nya dan membawa barang-barang nya untuk pulang. Ia akan mengemudi dengan cepat karena sudah memiliki janji dengan Rain. Mau bagaimanapun sebuah janji tetaplah janji yang baginya harus di tepati.

  "Dok,"

  Adlan tetap melangkah. Mungkin ia memanggil dokter lain, bukan aku. Fikir Adlan di dalam hatinya.

  "Dokter Fadlan," Adlan membalikkan tubuhnya dan menatap suster itu dengan pandangan bertanya.

  "Ada apa ya, sus?" Tanya Adlan dengan sedikit tak sabar. Suster tersebut menghela nafasnya dengan kasar karena kelelahan mengejar Adlan.

  "Pasien di kamar nomor 136 kritis, dok." Ucap Suster itu dengan waswas. Adlan terkejut mendengarnya.

  "Dokter Radit kemana? Bukankah dia piket sekarang?!" Tanya Adlan menyebut salah satu dokter yang menangani pasien di kamar tersebut yang seharusnya bukan bagiannya.

  "Dia baru saja izin pulang, dok. Istrinya melahirkan. Dokter Anne sebagai penggantinya belum datang." Jelas suster itu. Adlan memutar bola matanya, dokter penggantinya saja sedang merayakan makan malam. Bagaimana mau datang dengan cepat.

   Akhirnya Adlan berlari menuju ruangan yang disebutkan suster tersebut. Ia memeriksa keadaan pasien, saat Adlan memeriksa pasien tersebut sempat terhenti napasnya. Ia melakukan CPR beberapa kali hingga napas pasien tersebut kembali stabil. Ia harus terus memeriksa keadaan pasien tersebut karena khawatir kondisinya kembali memburuk. Meninggalkannya saat tidak ada dokter yang bisa diandalkan bukanlah pilihan yang benar.

  Adlan melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 22.30 wib. Sial. Ia sampai lupa mengabari Rain. Ia hendak mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Rain, tapi ia ingat bahwa ia mungkin akan mengganggu tidur Rain jika gadis itu sudah tidur. Jadi yang ia lakukan hanya diam menunggu kedatangan dokter Anne.

  "Dok, terimakasih. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kalau dokter nggak ada." Adlan memandang pintu ruangannya ketika dokter Anne datang. Ia tersenyum tipis.

  "Ya, saya juga seorang dokter. Itu juga tugas saya." Jawab Adlan dengan tulus. "Kalau begitu saya pulang dulu ya, dok. Dan selamat atas ulang tahun pernikahan Anda." Ucap Adlan sebelum meninggalkan ruangannya.

---------------------------------------------------

Nah itu alasannya lohh:p, tenang adlan ga sejahat itu banget ko hihi

vomment!!!!!!!!

Rain marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang