Saya jd candu sendiri utk trs ngetik. Daaannn, kalian nnti liat ya video yg saya masukin. Harus:(, biar kerasa part ini.
---------
Rain membawa koper nya, tidak terlalu besar koper yang ia bawa. Karena ia tak berniat berlama-lama tinggal disana."Kamu yakin cuman bawa satu koper, Rain?" Arsen membuka kacamata hitamnya dan membantu Rain memasukkan kopernya ke dalam bagasi.
"Ya, aku nggak berniat lama disana. Setelah resepsi, aku berniat pulang." Jawab Rain yang membuat Arsen tersenyum tipis.
"Setelah kembali dari sana, kita harus menyiapkan acara kita juga. Kamu mau menggelar resepsi nya dimana?" Tanya Arsen ketika mereka sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju bandara. Rain terlihat berfikir sejenak.
"Di Amsterdam, keluarga ku hanya Tante Eriska. Bagaimana kalau di Indonesia? Setelah resepsi kita bisa langsung kembali." Jawab Rain yang membuat Arsen mengangguk.
"Tentu. Dimana pun, asal aku menikah denganmu." Jawab Arsen yang membuat Rain terkekeh.
Rain menatap jalan raya yang saat ini tengah mereka lalui, ia tak menyangka ini waktunya. Waktu ia untuk bertemu cinta lamanya. Cinta yang berujung kesakitan.
Rain tersadar dari lamunannya ketika dengan tiba-tiba Arsen menggenggam tangannya."Apa yang kamu fikirkan?" Tanya Arsen dengan lembut, dan mengurangi kecepatan laju mobilnya. Rain menggeleng.
"Rain, kenapa kamu selalu membawa Moyi kemanapun?" Sebenarnya Arsen sudah lama ingin menanyakan ini, dulu baginya ini hal yang tidak penting. Tapi ia merasa penasaran juga. Rain terdiam beberapa saat.
"Karena dia sudah seperti anakku." Jawab Rain dengan semyumnya. Arsen tak tahu apa arti dari yang baru saja Rain katakan. Mungkin bagi Arsen ini terdengar seperti lelucon biasa. Tapi bagi Rain ini benar-benar membawa kenangannya kembali. Sekelebat waktu-waktu bersama Adlan mulai berputar kembali. Air matanya diam-diam menetes, rasanya kembali menusuk lagi. Ia teringat liburan terakhirnya di Bali. Masih kental di ingatannya saat Adlan mengecup keningnya, lalu esoknya Adlan menatapnya seperti ia bukan manusia. Ia akhirnya kembali menangis terisak.
Arsen menoleh, ia hanya diam. Arsen tahu Rain butuh waktunya. Satu tahun lalu, hampir setiap hari Rain menangis seperti ini, Arsen mengerti apa yang Rain rasakan. Jadi dulu ia hanya akan merangkul Rain dalam diam, dan memberi tahu Rain bahwa dia akan selalu ada. Tapi itu dahulu ketika Rain masih hancur.
Dan saat ini Rain menangis lagi, setelah sekian lama."Jika kembali hanya membuatmu terluka lagi. Kita nggak perlu pergi, Rain." Ucap Arsen yang tanpa Rain sadari sudah tidak mengemudi lagi.
Rain menggeleng dalam tangisnya. Ia tak akan egois. Ia tak bisa selamanya meninggalkan Indonesia. Ia memiliki Arsen saat ini. Dan itu cukup untuk membuatnya mengangkat dagu saat bertemu dengan beberapa orang di masa lalunya.
"Ini bukan sesuatu yang penting, Arsen. Lajukan mobilnya lagi. Kita bisa ketinggalan pesawat." Jawab Rain. Arsen menatap Rain cukup lama, lalu membawa Rain dalam pelukannya. Ia mengecup bibir Rain lembut dan sekilas. Lalu mulai mengemudi lagi.
---------------
Rain mengeret kopernya, lalu ia menggenggam jemari Arsen erat. Saat ini mereka baru sampai di Bandara Soekarno Hatta. Arsen menghubungi seseorang untuk menjemput mereka. Sedangkan Rain, segera memberi kabar pada Keno bahwa dirinya sudah sampai."Rain, kamu mau ke Apartemen kamu atau kemana?" Tanya Arsen sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya.
"Aku mau ke rumah orang tua ku dulu. Bagaimanapun aku ingin bertemu Kak Keno." Jawab Rain yang disanggupi oleh Arsen.
"Rain, kamu lapar?" Tanya Arsen yang tanpa berfikir panjang Rain menganggukan kepalanya. Arsen terkekeh.
"Aku cari seseorang yang menjemput kita dulu ya, kamu bisa ke restaurant sebelah sana untuk pesan makanan terlebih dahulu." Jelas Arsen sembari menunjuk salah satu Restaurant yang tidak asing di kunjungi Rain saat berada di Indonesia. Setelah Rain setuju, Arsen segera melangkahkan kakinya melangkah jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain marriage
RomanceKarena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita