Dear Adlan

14.1K 859 11
                                    

(Ini lanjutan bab sebelumnya)

  "Pinjam, sebentar saja." Adlan bersandar di paha Rain dan sedikit meregangkan tubuhnya. Rain menatap Adlan yang sedang menutup kelopak matanya, lalu Rain menyandarkan punggungnya di sofa. Keheningan menyelimuti mereka, Adlan menggumamkan nama Rain saat Rain mengira Adlan sudah benar-benar terlelap dalam tidurnya.

  "Ceritakan tentangmu," Rain mengira dirinya salah dengar penuturan kata-kata yang Adlan ucapkan, jadi ia meminta Adlan mengatakannya lagi.

  "Ceritakan tentang kamu, yang Kakak nggak tahu." Ulang Adlan lagi.

  "Tentang aku? Aku.." Rain bingung dengan apa yang harus ia katakan. Tak ada yang menarik mengenai dirinya, dalam hidupnya ia tak memiliki suatu hal spesial untuk diceritakan, hidupnya hanya berjalan dengan datar setiap harinya, menunggu suatu keajaiban mengenai kisah percintaannya.

Adlan mendongakkan kepalanya ketika Rain tak kunjung melanjutkan ucapannya.
"Ceritakan apa saja, seingat Kakak kita nggak pernah punya waktu kayak gini sebelumnya," Ujar Adlan. Bagaimana mereka mau punya waktu jika waktu yang tersisa di sela pekerjaan Adlan digunakan untuk berhubungan dengan Brendya?

  "Aku.. Aku bisa menghabiskan seharian penuh untuk menonton berbagai genre film. Saat aku diam berarti saat itu aku sedang berfikir dengan keras, memfikirkan segalanya.."

"Kenapa nggak berbagi?" Tanya Adlan. Rain mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.

"Saat ada masalah, perempuan biasanya cerita ke sahabatnya, bukan?" Ucap Adlan sembari melipatkan sikunya. Rain tersenyum menatap Adlan.

"Terkadang aku juga melakukannya, tapi ada saat dimana masalah yang kulalui tak bisa kubagi pada siapapun. Kadang meskipun kita jelaskan, orang lain nggak akan mengerti." Jelas Rain yang disetujui oleh Adlan.

"Benar," Ucap Adlan singkat.

"Mengenai keluarga Kakak, apakah.." Pertanyaan Rain menggantung. Adlan sudah kembali duduk dengan tegap dan menunggu ucapan Rain selanjutnya dengan serius.

"Brendya nggak tahu. Kalau itu yang mau kamu tanyain." Ujar Adlan dengan senyum tipis nya. Rain merasa menang di dalam hatinya. Setidaknya ia menang satu poin dari Brendya.

"Dan jangan ceritakan, karena.. masih banyak yang harus dia fikirkan dan kerjakan setiap harinya." Adlan mengatakannya sembari menerawang. Rain segera menyetujui permintaan Adlan. Mereka terdiam beberapa saat.

  "Rain.."

  "Hmm?"

  "Kapan-kapan kita bisa habiskan satu hari buat nonton berbagai genre film. Kalau Kakak dan kamu ada waktu," Ucap Adlan yang membuat mata Rain berbinar seketika. Lalu, Rain teringat dan menambahkan ucapan Adlan di dalam hatinya. "Dan kalau Brendya nggak hubungin Kakak."

-----------------------------------------
  Hai. Ini dikitt banget ya? Part ini. Cuman buat ngobatin rasa kangen kalian sama Rain dan Adlan #ehemangadaygnunggu? Btw saya sibuk banget. Banyak yang harus dikerjain di dunia nyata. Tpi karena saya juga kangen mereka, jadi saya tulis ini.

Vomment. Dan minta doanya aja supaya cepettt updatenya😊

Rain marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang