Rain terbangun dari tidurnya
ketika mendengar suara celoteh Adlan yang sedang berbicara dengan seseorang di ujung telepon sana. Ia melirik jam, masih pukul 03.00 pagi.
Tenggorokan nya terasa amat kering dan ia membutuhkan air. Tapi ia malas untuk melewati kamar Adlan, belum lagi sepertinya Adlan sedang sangat sibuk.Rain berusaha memejamkan matanya lagi dan menambah suhu pendingin ruangannya. Tapi sepertinya tenggorokan nya sedang tidak bisa diajak kompromi. Dengan berat hati ia membuka selimutnya, berdiri dan membuka pintu penghubung.
Adlan yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper dan sedang sibuk bertelepon terkejut melihat Rain membuka pintu. Ia menghentikkan sebentar aktivitasnya, dan dengan gerakan mulutnya ia bertanya kepada Rain.
"Kenapa?"
Rain hanya menggeleng dan mengusap tenggorokannya, lalu keluar dari kamar Adlan dan berjalan menuju dapur.
Rain tahu betul siapa yang sedang berbicara lewat ponsel genggam sepagi ini. Brendya.
Setelah minum, Rain tak kembali lagi ke kamar melainkan berjalan ke balkon apartemen, ia membuka pintu balkon. Dari sini Rain bisa melihat suasana Jakarta yang tak pernah lenggang, mobil yang sudah mulai ramai lagi. Ia menikmati angin yang menerbangkan rambutnya. Menikmati kesendiriannya.
"Rain,"
Rain berbalik dan melihat Adlan sudah berada di belakangnya.
"Tidurmu jadi terganggu ya," Ucap Adlan sembari meringis. Rain hanya menggeleng dan tersenyum.
"Aku mengerti," Jawab Rain setelah lama terdiam.
"Besok aku harus mengurus beberapa pekerjaan dan tidak ada waktu, jadi aku menata barangku dari sekarang." Jelas Adlan.
"Tenang saja Kak, aku terbangun bukan karena itu. Aku hanya haus, itu saja." Jawab Rain sembari mengelus tangannya.
Rain berfikir sejenak.
"Kak,"
"Hm,"
"Jangan sampai bertemu Kak Keno disana, atau rahasia kita akan terbongkar." Ucap Rain akhirnya.
"Aku bisa mengatur itu semua," Jawab Adlan sembari tersenyum simpul.
"Kakak perlu bantuan ku untuk memasukkan dan menata barang- barang ke koper?" Rain menawarkan diri. Sedangkan Adlan hanya menggeleng.
"Tidurlah," Ucap Adlan dengan pelan hingga hampir tak terdengar.
-----------------------------------------
"Lo serius mau berangkat bareng gue, Rain?" Ucap Neta -sahabat Rain- dengan tatapan anehnya. Lalu, ia menyesap secangkir kopinya.Rain bertemu Neta, dan meminta Neta untuk menemaninya pergi ke Paris. Saat Adlan meminta Rain untuk pergi dengan kekasihnya, Rain ingin tertawa rasanya. Sejak dulu Rain tak pernah bisa berpaling, meskipun seiring berjalannya waktu ia selalu mencoba.
"Lo fikir sama siapa lagi?" Jawab Rain memutar bola matanya. Sejak dul Rain selalu bersikap apa adanya di depan sahabatnya.
"Rain, ini tuh bulan madu. Masa lo pergi sama gue? Sebenarnya apa sih motif kalian menikah?" Tanya Neta dengan heran dan to the point.
Rain terdiam. Ia tak mau menjelaskan apapun tentang pernikahannya dengan Adlan. Cukup dirinya yang tahu. Ia tak akan berbagi. Tak akan pernah.
"Temenin gue ya, Net?" Ucap Rain sembari memelas. Neta memandang Rain dalam-dalam, mencari rahasia apa yang ditutupi sahabatnya. Namun ia tak berhasil membuat Rain menceritakan rahasia nya sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain marriage
RomanceKarena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita