Chapter 6

5.6K 579 18
                                    

"Target kapan target, Ndra?" tanya Dirga sambil memutarkan kursinya 90° ke arahku. "Target lulus? Lulus 2013, kerja 23, nanti pas 25 kalo ada yang lamar baru deh nikah," jawabku panjang. Entah dari mana pertanyaan ini muncul dari benak Dirga di detik-detik kami mau pulang sebagai anak magang di tahun 2012 lalu.

Dirga Prasetyo is typing...

08.07

Happy birthday, andra and the backbone. Dapet pacar, kawin, undang gua. Taun depan udah 25. Amin

Ucapan ulang tahun dari Dirga di tahun 2015 untukku yang berulangtahun ke-24 dua bulan lalu di bulan Oktober. Dirga bahkan masih hafal dengan percakapan kami tiga tahun lalu. Lalu aku? Aku cuma bersyukur ada yang mengingatkan soal ini. Thanks to Dirga.

And yes, time flies. Tak terasa perjalanan menuju seperempat abad tinggal setahun. Setahun. Padahal ingatanku masih terlalu lekat saat-saat magang bersama Dirga di Kebon Jeruk, perjalanan Jakarta-Bandung dengan bawaan bak mau pindah rumah karena akan libur panjang semasa kuliah S1, jadi bookworms karena rajin baca skripsi dan buku referensi, hingga menjalani wawancara kerja pertamaku dengan Mas Abi yang kini jadi bosku.

And when time flies, banyak hal-hal yang terasa berubah sejak aku lulus kuliah dan bekerja, mulai dari topik pembicaraan hingga beragam hal yang dihadapi sehari-hari.

Lagi, aku mengklasifikan hal-hal yang aku temui di fase menuju seperempat abad hidupku dalam gambaran singkat seperti ini:

In Friendship
New friends are always great
New friends bring positivity
Meeting up with old friends is not easy
Old friends are the best place

In Pursuing Career
Getting great with what you're doing
Work place is getting more comforting
Updating CV is a never ending story
New job is tempting
Challenge yourself is what you have in mind
Unknown phone calls are exciting (in a hope of an interview invitation)

In Marriage
Engagement news is no longer a headline
Bridal shower is something you're currently good at
Wedding invitations can be overwhelming sometimes
Wedding partner is something that you care too much
Life after marriage is always interesting
Newly wed couples are inspiring
Babies are cuter than ever

In Finding The One
Me time only is fun
Friends keep promoting you
Set up promises always happen
Set up promises always happen but never actually happen
Open up to old friends seems a good idea
First move is what you always consider

I hope I didn't miss anything. Terlalu panjang kalau harus dijabarkan satu-satu tapi selalu ada yang menarik seputar In Finding The One, terutama bagian set up promises.

Ini adalah teoriku mengenai finding the one. Teori yang berhasil kurangkum dari ragam eksperimen selama 4 tahun terakhir sejak menginjak umur 20. Ini adalah bagian di mana semakin dekat kamu berteman dengan lingkunganmu, maka semakin kenal juga teman-temanmu dengan gaya dan kepribadianmu. Tak heran jika kadang-kadang ungkapan 'tipe lo banget' kerap muncul.

Kebanyakan dari mereka seperti sudah sangat hafal dengan 'tipe lo banget' dan sering kali mengingatkan mereka pada kenalan mereka yang memiliki kriteria mendekati 'tipe lo banget'. Selanjutnya ungkapan 'tipe lo banget' akan berkembang jadi 'temen gue kayaknya tipe lo banget' atau kata ganti 'temen gue' akan berganti dengan serangkaian nama. And most of the time you'll always say, 'Oh, iya?' Mencoba sebisa mungkin agar terlihat acuh tak acuh, tapi dalam hati berharap akan ada follow up dari pernyataan di atas. And that's why I called it 'set up promises always happen but never actually happen.'
Buatku ini bukan lagi hal baru. Ada kalanya aku hanya membalas dengan anggukan pertanda iya tanpa mau tahu urusan selanjutnya kalau teman-temanku sudah mulai dengan, 'Si A kayaknya tipe lo banget.'

Dan itulah yang membawaku teori tadi pada bagian Open up to old friends seems a good idea. Pernah terlintas dalam pikiranku mungkin jodohku akan datang dari masa lalu. Maka tak ada salahnya jika beberapa kali aku sempat lihat Facebook hanya sekedar lihat bagaimana gebetanku dulu saat ini. Tapi sepertinya ini bukan jawaban dari finding the one.

And lastly, here comes the last stage: First move is what you always consider. Dan mungkin harus ditambah dengan slogan YOLO, You Only Live Once (so you'd better stop overthinking stuffs). Get your guts together and say hi! Well, mungkin terdengar gampang, tapi bagiku gak ada salahnya be the first one who makes the move. Selebihnya baik ditanggapi atau tidak urusan belakang. At least you try!

"Pagi, Diandra. Sorry jam segini udah telfon. Kita masih tunggu feedback dari minutes of meeting kemarin ya," suara diujung telepon renyah juga, pikirku. Tapi aku masih belum sadar siapa gerangan yang berada di ujung telepon.

"Eh iya, ini Wisnu."

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang