"Jodoh itu jorok!"
"Iya, jorok. Ketemunya bisa di mana aja!" aku tetiba teringat ucapan Rania dulu sekali waktu kami masih kuliah dan ia baru berpacaran dengan Chandra. Aku tak ada habisnya ketawa setiap ingat ini.
Apa mungkin jodohku ada di tempat ini? Pernikahan Arjuna, orang yang pernah aku suka cukup lama dan bahkan diperkenalkan oleh Arjuna sendiri. Mungkin benar kata Rania, jodoh itu jorok.
Aku sedikit menaikan pundakku setelah mendengar suaranya menyapa ketika aku dan Rania melihat-lihat foto pre-wedding Arjuna dan Alanda. Aku menoleh dan menemukan sosok yang tak asing lagi, Dirga.
"Dirgaaaaa. Ngapain lo di sini?" aku reflek menyambutnya dengan pelukan hangat. Teman magangku dulu yang sangat lama tak kutemui bahkan ada di sini.
"Ya ke kawinan lah gila. Makin cakep aja lo, Ndra? Sama siapa? Sendiri?"
"Tetep ya ledekan lo pertama nanyanya gitu. Haha gak lah. Eh, kenalin ini temen gue, Rania."
Mereka berjabat tangan, Dirga masih terlihat seperti dirinya yang lama, hanya saja kali ini badannya lebih berisi.
"Lo sendiri?"
"Oh gaak. Ini yang kenal bukan gue sih sebenernya. Gue cuma nemenin doang. Sama cewek gue, Ndra. Lagi ke toilet dia. Nanti gue kenalin deh ya. Elo dong kapaaaan?"
"Gaya ya sekarang bawa cewek. Doanya aja, capek ngejar target, Ga."
"Di nikahan suka banyak yang lucu loh! Lo amatin yang bener, sortir, kenalan deh."
"Thanks loh tipsnya. Hahaha iyain aja gue."
"Gue lanjut ke sana ya, Ndra!"
Dirga menjemput pacarnya, mereka pergi menjauhi kami. Ah, wedding. Yes it's true that you'll probably find someone you've never expected before. In my case today, I met my old time friend, Dirga.
"You know what, Ndra? I thought he was the person that Arjuna promised to you."
"Hahaha gak lah gila. We're good friend."
Kali ini sepertinya Rania yang semakin penasaran. Kami kembali duduk dan sesekali berfoto. Baik suasana pernikahannya maupun kami berdua. Mungkin bisa jadi inspirasi kelak, pikirku.
Suasana musik dari band pengiringnya berubah, Arjuna dan Alanda memasuki tengah arena untuk berdansa berdua. Sebelumnya Arjuna memberikan speech singkat dan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada keluarga dan kerabat yang menyempatkan hadir. Mereka lalu berdansa berdua diikuti puluhan pasang mata yang menikmatinya.
Satu per satu pasangan dari keluarga dan kerabat mulai ikut berdansa penuh tawa, tak terkecuali Dirga dan pacarnya.
"Shall we dance?" Rania memaksaku ikut menari mungkin agar ini cara terbaik untuk menghiburku saat ini. Thanks, Rania.
18.45
Ndra, gue di Bandung. Gak jadi nemenin kakak gue nih. Yuk?Datangnya dari Wisnu Harum Hadisurya, aku memandang layar handphone sejenak dan menjawab pesannya singkat.
18.50
Yuk!Aku kembali menikmati alunan lagu sambil berdansa dengan Rania. Namun pikiranku melayang, maybe this is all I need, an escape. This been a very tough day and dancing while watching his moves is hard. But, Wisnu should not be an escape.
"5 menit lagi cabut ya, Ran!"
"Yakin gak mau nunggu sampe dikenalin? You'll never know what's coming loh
What if he's right, maybe he's the one. Ndra, are you sure?""Pretty sure I'm sane and pretty sure this is a good call. Kalo jodoh gak ke mana, Ran."
"It's your call then," Rania mengikuti arahanku berjalan menuju Arjuna dan Alanda untuk berpamitan. You'd better be quick ya, Ndra!
"Alandaaa, maaf ya gak bisa sampe selesai masih ada acara lagi soalnya. Sekali lagi selamat yaaa."
"Thank you ya, Ndra udah dateng. Kamu yakin gak mau tunggu kenalannya Juna."
"Loh, Ndra? Udah mau pamit lagi?" Arjuna matanya seolah membelalak kebingunan.
"Itu sahabat saya yang adiknya mau dikenalin ke kamu baru banget dateng loh. Saya kenalin ya cepet aja kok," Arjuna menunjuk ke seorang pria gagah yang baru datang dengan membawa pasangannya. Mataku menyipit mencoba melihat mukanya.
"Gak usah, Kak. Gak enak juga baru dateng. Sekali lagi selamat ya kaliaaan. Thank you, aku suka banget konsep nikahannya. Byeee."
"Thank you ya, Ndra. I owe you one!" pesan Arjuna singkat.
Kami berjalan menjauh dari kerumunan. Kini giliranku yang akan menyetir.
"Buru-buru amat woy. Dari jauh ganteng tuh tadi, kayak kenal mukanya. Hmmm..."
"Iya itu kakaknya. Yang dijodohin ke gue ya auk yang mana."
"Well looks promising to me!" Rania bergumam sendiri. Otaknya mencoba mengingat-ingat muka familiar pria tadi.
"Oh my God! Itu kan kakaknya Wisnu! Like seriously he is Wisnu's brother! Wisnu, Ndra!"
Aku memberhentikan mobil, menatap Rania tajam. But Wisnu is not coming anyway and I'm going to meet him tonight. Will it be weird if it's the truth?
"O, okay. I didn't see that coming. Gue mau ketemu Wisnu anyway sekarang, Rania. Lo ikut ya."
"I'm beyond happyyyy, Ndra. You're right, it's a good call! Go get him, I'm supporting you! Udah gue di drop aja buat istirahat, I'm fineee. Masak gue ngintil jadi obat nyamuk?"
Rania memelukku yang sedang menyetir dengan sangat erat. I'm beyond happy as well.
"Bener? Hehe. Gue takut lo marah kalo gue tinggal gitu aja."
"Masih aja kaku kayak kanebo kering!"
Aku mengantar Rania pulang. Tanpa harus berganti baju dan make-up, aku akan menghampiri Wisnu di daerah Setiabudi. Dia sempat mengirim pesan setelah jawaban 'yuk' yang aku berikan tadi. Wisnu yang memilih tempatnya dan aku hanya ikut dengan pilihannya.
You'll be fine, Ndra. Mantraku hari ini semoga bertahan cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra
ChickLitBeing clueless over men's signs is a problem for Diandra Natalia Adiningrat atau Andra begitu ia disapa teman-temannya. Di umurnya menuju seperempat abad, Diandra kurang lebih sama seperti wanita seusianya yang sering diam-diam membaca artikel tenta...