ser·en·dip·i·ty
(sĕr′ən-dĭp′ĭ-tē)n. pl. ser·en·dip·i·ties
1. The faculty of making fortunate discoveries by accident.
2. The fact or occurrence of such discoveries.
3. An instance of making such a discovery.Love wil find you anyway, love happens when you least expect it, atau kalau jodoh gak akan ke mana adalah bentuk paling sederhana dari serendipity. Paling tidak itu penafsiran menurutku, Diandra Natalia Adinigrat, Libra, 24 tahun yang kini sedang menyetir menyusuri Tol Cipularang menuju ke Bandung. Iya, bahkan pikiranku masih suka berjalan entah ke mana saat menyetir. And anyway, how do you know if it's just a fortunate event or it's a true serendipity?
Di sampingku ada Rania yang daritadi sudah di bawah alam sadarnya dan mungkin sekarang sedang bermimpi cantik dengan Chandra di dalamnya. Hebat juga kamu, Ndra. Aku memuji diriku sendiri karena rela menempuh perjalanan dua jam di hari Sabtu untuk pernikahan orang yang pernah aku sukai diam-diam, Arjuna.
Kami sengaja berangkat subuh agar bisa sedikit beristirahat di Airbnb tempat kami akan menginap satu malam, lalu mungkin ke salon untuk sekedar creambath dan dilanjutkan dengan makan siang, lalu menjelang malam menuju ke resepsi pernikahan Arjuna.
Bandung, kota yang pernah aku singgahi hampir 4 tahun lamanya selalu memberi kesan bermakna. Gampang dirindukan jika hendak ditinggalkan. Meski macet sering kali membuatku bergumam kesal, seperti antrian Tol Pasteur pagi ini, tapi kesalku mudah hanyut dengan tetesan air hujan. Bandung, pagi, dan hujan. Satu kesatuan yang membawa kedamaian.
"Di mana nih, kita? Ya ampun, Ndraaa. Kita kan harusnya gantian nyetirrrr!"
"Pulang lo yang nyetir aja gantian ya? Udah di Pasteur, Ran."
"Gilaak mulus banget disetirin lo sampe gue ngantuk. Parah!"
Bandung, jalanannya semakin padat, anak-anak bermandikan perak masih juga mendekat, tapi apapun itu Bandung selalu jadi destinasi tepat untukku menghilangkan penat. Tapi malam ini akankah penatku hilang? Atau hanya akan bertambah ketika kedua sejoli ini merapat?
Stop over thinking it, Ndra, you'll be fine. Inilah mantraku hari ini sejak pagi setelah ritual sebelumnya adalah menarik nafas dalam-dalam.
Seusai menaruh barang, aku dan Rania bergegas makan siang. Meski agak jauh dari tempat menginap, tapi kami rela mampir ke salah satu tempat favorit kami, Mie Linggarjati. Aku ingat waktu pertama kali mati-matian harus cari Mie Linggarjati sambil hujan-hujanan sepulang dari kampus dan begitu bahagianya bisa berhasil menemukannya di sudut kota Bandung!
"Rasanya kayak napak tilas ya, Ndraaa. Ah coba bisa bawa Azka dan anak-anak."
"Nostalgic! Bandung emang bikin ngangenin, padahal love life gue biasa aja di Bandung gak ada yang jadi."
"Gue kalo ke Bandung ingetnya Chandra. Ah and time flies and I'll be soon becoming his wife..."
Aku diam sejenak. Enaknya jadi Rania. Tak perlu waktu lama untuknya ketemu Chandra dan tak lama lagi menjadi pendamping hidupnya.
"I'll find mine too, right?"
"Ngomong apa sih, Ndraaa. Nikah itu bukan lomba, bukan siap atau gak, when the time comes, it just happens.."
"Lagiaaan nanti kan ada yang janjiin lo ketemu calon kan. Yaaa who knows! Jangan mellow ah ke kawinannya juga belom!"
Iya. Urusan jodoh atau nikah memang gak ada rumus atau teorinya karena hanya perlu dirasakan.
Kami lanjut pergi ke salon terdekat. Dandan cantik dan niat banget sekali-kali gak apa-apa ya? Apalagi untuk nikahan Arjuna. And I actually care less with his promise. I expect nothing today. Really.
Rania mengambil alih setir kali ini, aku yang duduk di sampingnya cuma bisa diam sepanjang perjalanan ini. Perjalanan menuju ke pelaminan milik Arjuna dan Alanda.
Pernikahannya semi-outdoor, kelihatannya akan jadi resepsi pernikahan yang intim. Aku melongok dari kejauhan, tampaknya kedua mempelai belum hadir. Okay, great. I'll be watching them walking down the aisle.
Aku dan Rania mecoba melebur dengan tamu yang datang. Mini terrarium dijadikan souvenir bagi para tamu undangan. Cantik, minimalis.
Keluarga kedua belah pihak terlihat cantik dan gagah dalam seragam berwarna merah bercampur gold. Beberapa teman alumni juga terlihat datang. Maaf tapi aku ingin menghindar, aku mau sembunyi di balik badan Rania saja untuk malam ini.
Tak berapa lama kemudian, resepsi dimulai. Diiringi lantunan lagu jazz, Arjuna dan Alanda melangkah bersama dalam balutan pakaian adat semi-modern berwarna gold dan merah sebagai sentuhan. Keduanya terlihat bahagia. Sesekali keduanya melempar senyum pada sosok yang mereka kenal.
Rasa sedihku hilang, tak pernah rasanya aku sebahagia ini melihat Arjuna setelah ia bersama dengan orang lain. I'm happy for you, Kak.
Kami menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Round table berisikan sepuluh orang random yang tidak kukenal sama sekali, kecuali Rania.
"Aahh, selamat ya Alanda! Kamu cantik bangettt," aku mencium pipi kanan dan kiri Alanda, memberikan ucapan selamat ketika mereka mendatangi meja kami.
"Selamat juga, Kak!" aku menjabat tangan Arjuna. Tak banyak kata yang bisa aku sampaikan kecuali kata selamat. Rasanya sudah cukup.
"Thank you ya, Ndraaa udah dateng. Itu banyak anak-anak di sana. Udah ketemu?"
"Udah tadi beberapa kok."
"Oh iya, saya janji kenalin Andra ke adiknya Lintang. Tapi kayaknya belum dateng. Nanti kalau kamu liat kabarin juga ya. Meanwhile, enjoy the food dan tunggu ya."
Aku cuma mengangguk. Again, I expect nothing. Rania hanya bisa melirik dalam ke arahku untuk memastikan ekspresi mukaku sepanjang berbincang dengan Arjuna dan Alanda. But, hey, I'm fine! I pass it!
Aku dan Rania kembali melanjutkan hidangan yang tersaji. Sesekali kami berkeliling melihat foto-foto pre-wedding keduanya dan ragam puisi yang bergantian ditulis keduanya. This is probably the sweetest wedding I've ever been to.
"Hey, Ndra!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra
ChickLitBeing clueless over men's signs is a problem for Diandra Natalia Adiningrat atau Andra begitu ia disapa teman-temannya. Di umurnya menuju seperempat abad, Diandra kurang lebih sama seperti wanita seusianya yang sering diam-diam membaca artikel tenta...