"Jam 9 malam kalau di Jakarta masih macet."
"Di kampung kalau jam segini cuma suara jangkrik."Eh? Sadarku. Ternyata supir taksiku mencoba mencairkan suasana beberapa menit setelah mobil ini melaju, setelah sebelumnya Adrian menutup taksiku rapat-rapat dan aku mulai melambaikan tanganku dalam gerakan lambat. Sambil melihat dari kejauhan, mencari muka yang belum kulihat.
Tatapanku kosong, dahiku mengernyit, Damn it, di mana sih dia? Aku mulai kesal. Jadi, malam ini adalah semacam reuni kecil antara aku dan teman-teman pertukaran pelajarku dulu di masa kuliah. Ada 19 orang dari beberapa provinsi berbeda di tahun 2012 yang lalu. Program ini sudah memasuki tahun kelimanya, angkatan baru mulai masuk dan seperti biasa beberapa alumni ikut menemani, termasuk teman-teman di angkatanku dan dia yang belum kulihat batang hidungnya saat aku pamit pulang.
Ada dua jurnal kecil bertumpuk bertolak belakang di dalam tasku. Di atasnya disematkan amplop berukuran sama, tulisannya dibuat seperti kaligrafi padahal hanya tulisan sambung, Surprise! It's a gift for you! Open it!. Terlalu sumringah, bahagia, jika orang tahu bagaimana cara membaca kalimat penuh seruan itu.
Di dalamnya ada kartu ucapan ulang tahun dengan tagline Star Wars, May The Force Be With You, di halaman depan. Gak tahu sih siapa yang suka Star Wars, dia kayaknya gak, tapi ini lucu juga untuk jadi kado. Jika dibuka, ada pesan kecil sangat standar, bunyinya:
Happy birthday! Wish you all the best, be wiser, have a great year ahead!
Stay young,
DNASemua ditulis sangat rapi lagi-lagi dalam tulisan sambung. Kalau diingat proses menulisnya, aku butuh 3 - 5 menit untuk cari posisi terbaik, ukur margin kanan kiri yang sebenarnya hanya di khayal dalam otak, memastikan penempatannya di tengah persis, rapi. Dasar OCD!
Kembali ke dua jurnal kecil berwarna putih. Dalamnya polos hanya kertas putih, siap dinodai dengan tulisan, gambar, terserah kepada pemiliknya nanti. Jurnal ini memang biasa saja, tapi cover depannya yang membuatku jatuh hati. Katanya kalimat ini klise, don't judge a book by its cover, ah tapi nyatanya itu hal yang pertama aku amati semenjak datang ke Aksara, mencari kado ulang tahun untuknya.
Cover jurnal I: Citizen of The World
Cover jurnal II: You Are An Explorer. Your mission is to document and observe the world around you as if you've never seen it before. Take notes. Collect things you find on your travel's. Document your findings. Notice patterns. Copy. Trace. Focus on one thing at a time. Record what you are drawn to.Siapa yang tidak jatuh hati? Covernya sudah bagus, isinya kedepan tentu diharapkan lebih bagus dari covernya, berisi perjalanan dia yang memilikinya. Sayang, malam ini seperti bukan waktu yang tepat untuk menyampaikan kado yang aku siapkan H-7 sebelum kami bertemu.
Damn it. Di mana sih dia? Aku masih mengendus kesal. Aku panik tidak pamit atau mungkin ini akibat rindu yang menggelitik. Pertemuan kami lagi-lagi cuma sebentar, kami mengobrol sedikit, lalu dia pergi begitu saja, sementara aku akhirnya memutuskan pulang lebih awal dengan taksi.
Maybe I should text just to tell him that I leave earlier and apologize to him? Tapi ayolah, ini bukan kebiasaanmu! Akal sadarku seperti menyadarkan pikiran macam-macam untuk mengabarinya via WhatsApp. Hal yang terlalu aneh untuk dilakukan karena ini bukan suatu kebiasaan. Jangan mengada-ada!
Or maybe I should text just to let him know that I actually brought him something. A birthday gift. Wait... this idea sounds even more stupid! Pertanyaan-pertanyaan penuh probabilitas terngiang di kepalaku, sambil ditemani lagu lawas yang diputar supir taksiku, jari ini tanpa disadari ikut berdansa cepat, mengetik dua kalimat yang terlihat bodoh bagiku.
TODAY
21:57Kak gue balik ya. Tadi mau pamit lupa bilang.
Eh iya mau kasih kado juga tapi gak sempet. Nanti kalo ketemu lagi ya.
Oh wait! Did I just text him! Oh great, now your heart will stop beating for couple minutes. Iya, memang. Rasanya jari ini sudah tak tahan dan aku membiarkannya begitu saja berdansa cepat mengetik kata-kata ini. Ternyata aku bukan tanpa sadar, aku mengelak untuk berpikir demikian. Sungguh, aku sadar.
Lalu seperti yang bisa aku prediksi juga, beberapa menit kemudian aku mulai membayangkan beragam kemungkinan jawaban yang akan dia berikan dan muncul ragam-ragam jenis teks yang biasa diberikan laki-laki.
Iya, kebiasaan memperhatikan teks dari beberapa laki-laki sepertinya jadi keahlianku. Paling tidak dari beberapa laki-laki yang pernah berkirim pesan padaku, aku jadi bisa mengklasifikasikan beberapa di antaranya, seperti:
The Good Listener
Mereka yang siap mendengarkanmu. Kalau berkirim pesan dia akan balas dengan keingintahuan seperti pertanyaan. Biasanya teman laki-lakimu.The One You Rely On
Mereka yang akan menertawaimu sampai habis, tapi kemudian mendengarkanmu seutuhnya. Ini sahabatmu. Teksnya bisa pendek atau panjang, dia tidak dinilai dari panjang pendek pesan yang dia sampaikan tapi dari berbagai pertanyaan dan jawaban. Tahu kapan dirinya harus berhenti dan bergiliran berganti kabar.The Old Guy
Mereka yang mungkin terlalu tua seperti Bapak-bapak baru bisa SMS atau memang begitu adanya. Singkat padat jelas, eh, kadang lebih banyak sulit dimengerti daripada jelasnya. Mungkin kalau ditanya, 'Kamu kalau bales singkat-singkat banget'. Mungkin dia akan bilang, 'Terus aku harus bales apa?' atau malah tidak acuh sama sekali.Tapi aku sudah tahu dia yang mana. Tidak lama handphoneku bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra
ChickLitBeing clueless over men's signs is a problem for Diandra Natalia Adiningrat atau Andra begitu ia disapa teman-temannya. Di umurnya menuju seperempat abad, Diandra kurang lebih sama seperti wanita seusianya yang sering diam-diam membaca artikel tenta...