Chapter 7

5.4K 551 23
                                    

"Oh ya, Mas Wisnu. Wisnu. Mau dikirim kok hari ini. I'll send it before lunch ya," jawabku panik setengah sadar. Aku tenggelam dalam suara renyah Wisnu sepertinya. "Okay, thanks ya, Diandra."

"Ciyeee Andra! I knew it, I knew it! Bisa aja si Wisnu telfon lo pagi-pagi. Please deh ini jam 9.30, kita huddle aja belum, dia udah duluan huddle ke lo," goda Vindy sambil melongok ke depan komputerku. "Haha gak lah gila, he's calling for the sake of his job. Following up things," aku mencoba santai. Bisaan deh, Diandra. "Following up things, including youuu," tambah Vindy makin jadi.

Aku belum cerita ke Vindy kalau Wisnu dan aku ada mutual friend-nya, takut-takut godaan Vindy makin menjalar kemana-mana bahkan sampai kuping Mas Abi atau lebih jauh lagi Jo. Wait, kenapa kamu yang panik sih, Ndra?

Beginilah aku, Diandra, yang sudah terlalu lama sendiri. Tidak peka, salah membaca situasi, penuh pertimbangan, dan banyak lagi hal-hal canggung yang sering terjadi kalau di dekat laki-laki.

Orang yang pandai merangkai kata sepertiku, belum tentu jadi orang yang paling berpengalaman soal cinta apalagi menikah. Umurku boleh hampir seperempat abad, tapi pengalaman nyata dalam pacaran nol besar. Iya, nol besar.

Aku hanya suka mengamati pelan-pelan, menyerap makna cinta dari mereka yang merasakan. Melihat perjuangan cinta dari mereka yang menjalankan. Menelaah masalah dari mereka yang berpengalaman. Panutanku soal cinta ada pada Ayah dan Bunda, Aki dan Nini, Kak Atikah dan Mas Aryo, Rania dan Chandra, Vindy dan Frans, dan banyak pasangan lain.

Jika kisah cinta seindah dan sesingkat 2 jam film atau 140 episode serial televisi, maka panutanku adalah Gigi Philips dan Alex dan Lily dan Marshall Eriksen. Gigi Philips (Jennifer Goodwin) dalam He's Just Not That Into You bagiku adalah contoh terbaik dari segala kecanggungan yang sering aku alami soal laki-laki. Dan yang paling utama soal 'reading signs'.

Gigi Philips dan Alex bisa jadi contoh untuk masa-masa pendekatan, terutama jadi tamparan bagaimana caranya mendekatkan diri ke laki-laki atau tidak salah langkah dalam mengambil keputusan setelah dating. Meski bagian endingnya terlalu klise, tapi adegan Alex menghampiri Gigi untuk akhirnya menyatakan cintanya adalah bagian terbaik. Oh and that Somewhere Only We Know from Keane was just perfect with that kissing scene.

Sementara Lily dan Marshall Eriksen adalah contoh bagi mereka yang sudah menemukan true lovenya sejak lama. The vows they made, the sacrifice they did, the ups and down, and not to be forgotten the high five they do as Lily Pad and Marshmallow. That's love, bitch!

Jika ini film romantic comedy, maka kini aku jadi aktris di kehidupan nyataku, sayang sosok aktor utamanya masih belum lolos casting sepertinya. Entah aku yang terlalu picky untuk memutuskan aktor utamanya atau mereka yang terlalu ragu untuk mengambil perannya atau mungkin sutradaraku masih mencari cara untuk merancang pertemuanku dengan aktor utamanya. Meski begitu, kehidupan nyataku toh masih bisa berjalan dengan sendirinya and you're doing just fine, Diandra!

Dalam kisah nyata, salah satu favoritku adalah Kak Atikah dan Mas Aryo. Mereka berkenalan sejak zaman kuliah, Mas Aryo adalah senior Kak Atikah dua tahun diatasnya. Lucunya, Kak Atikah adalah salah satu penggemar berat Mas Aryo saat itu sejak dia pertama kali menginjakan kakinya di perkuliahan. Mas Aryo yang badannya tinggi tegap dan berperangai cukup gahar ternyata malah jadi favorit Kak Atikah dan beberapa perempuan lain di angkatannya. Mas Aryo sepertinya the it guy di kampus. Mas Aryo? Kabarnya dia hanya lempeng saja tanpa pernah berkenalan sama Kak Atikah sepanjang mereka satu kampus.

Katanya jodoh itu gak akan ke mana-mana atau mungkin doa Kak Atikah dijabbah. Entah bagaimana di tahun 2010 mereka bertemu lagi di sebuah pernikahan, baru berkenalan saat itu, and they just clicked. Their love story continued. Aku masih ingat bagaimana muka Kak Atikah yang begitu bahagia ketika cerita dia bertemu lagi dengan Mas Aryo. Dan itu pertama kalinya aku lihat muka Kak Atikah sesumringah itu.

Cara melamarnya pun cukup lucu, Mas Aryo yang kaku meminta bantuanku untuk merancang dinner. All set up, Kak Atikah datang lebih dulu, tapi Mas Aryo yang datang belakangan justru lupa bawa cincinnya! Mas Aryo mencoba tidak panik saat merogoh semua saku di kemeja dan celananya. Akhirnya dinner kali ini jadi hanya date biasa dan Kak Atikah tidak berprasangka apa-apa. Kak Atikah diantar pulang seperti biasa sampai rumah, sebelum masuk ke rumah, Mas Aryo keluar dari mobil sambil lari tergopoh-gopoh sambil membawa cincin di tangan kanannya, and he proposed. Ternyata Mas Aryo yang serba well-prepared bisa begitu panik sampai lupa menaruh cincin penting ini yang ternyata dia simpan di sela-sela tas kerjanya. Aku cuma bisa senyum-senyum saat dengar keduanya bergantian menceritakan kejadian ini.

Love works in a different way to different person. Me? I haven't figured out how love's gonna work in my life or how love will find me to my significant other.

TODAY
12.30

Sy lagi di area kantor kamu. Bisa ketemu?

Arjuna datang lagi. Sesaat namanya yang muncul di screen membuatku deg-degan dan ingin tarik nafas dalam-dalam.

Arjuna Ardiwilaga is typing...

12.31
Bantu sy cari kado utk Alanda

Seberapa ingin aku bertemu dengan Arjuna, tapi aku harus mengurungkan ini sepenuhnya. Arjuna sudah bersama Alanda. Dan permintaannya kali ini cuma akan buatku nangis sesenggukan setelahnya.

12.31

Kayaknya belum bisa, Kak. Maaf ya.

Baru kali ini, tanpa aku harus pikir panjang, tanpa perlu aku tunggu dalam hitungan menit, Diandra bisa juga langsung balas dengan singkat, jelas, dan padat. Aku kembali bergumam dalam hati, you're doing just fine, Diandra!

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang