Chapter 12

4.4K 500 2
                                    

"Jadi target lo kapan, Ndra?" pertanyaan yang dilontarkan Wisnu persis seperti apa yang dilontarkan Dirga dulu.

"Haha, santai aja, Nu. Katanya sometimes love happens when you least expect it. Beban kalo ditarget apalagi udah umur segini. Serius banget ya jawaban gue?" serius banget, Ndra jawabannya. Aku mendadak takut Wisnu jadi jaga jarak setelah dengar jawabanku ini.

"Hahaha, gak kok, setuju juga. Kalo cowok apalagi gue gini santai sih, tapi kalo udah di depan mata ya gak ditolak juga. Nunggu jadi bos dulu takut lama nanti kabur duluan, hadapin aja, ya gak?" Damn you, Wisnu. Rasanya susah untuk tidak melepaskan pandanganku ke matanya saat dia mengucapkan kata-kata ini, apalagi saat kalimat 'kalo udah di depan mata ya gak ditolak juga'. Semoga Diandra Natalia Adiningrat ini yang kamu lihat di depanmu selalu ya, Nu.

Dan untuk pertama kalinya aku benar-benar jatuh hati sama Wisnu. Rasanya gak ada yang salah kalau aku harus suka sama dua orang di saat yang bersamaan ya, kan?

"Iya, face it or lose it. Ada satu artikel bagus dari temen gue, katanya hidup itu cuma ada dua pilihan, fear of decisions or growth decisions. Are you being in a relationship cause you're afraid of the time limit or you're really grateful for what you have. And we all wish to always make growth decisions even in getting married." teoriku panjang, semoga Wisnu bisa tangkap maksudnya.

"Gue jadi ngeri selama ini jangan-jangan gue adalah orang-orang yang ambil keputusan karena takut bukan karena alasan yang sesungguhnya," Wisnu menyeruput minumnya dan pelan-pelan menganggukan kepalanya. "Semoga kita bikin growth decisions ya nanti kalau udah waktunya haha. Gue jadi kepikiran."

That line, 'Semoga kita bikin growth decisions ya nanti kalau udah waktunya', rasanya bikin aku ingin tarik tangan Wisnu Harum Hadisuryo dan bilang 'I will'. Maaf tapi Wisnu benar-benar bikin wanita manapun jatuh hati kalau terlibat dalam pembicaraan ini.

"Good talk, Ndra. Gue ke dalem lagi ya, kayaknya gue mesti balik duluan," Wisnu menghampiri keluarganya di dalam, berpamitan karena ada urusan, entah apa. Rania dan Chandra mengantarnya keluar sampai pagar.

"Wisnu single kok, Ndra. Pacarannya jarang-jarang, baru dua kali. Kayaknya kali ini gak usah gue bantuin ya. Sama-sama cocok lo berdua," Chandra tiba-tiba menghampiriku dan berpesan panjang. Chandra memang beberapa kali pernah mengenalkan temannya untukku, sayang banyak yang gagal. Mungkin ini alasannya Chandra bilang 'gak usah gue bantuin'.

"Iya, lo berdua keliatan nyambung. Told you, we approve!" Rania ikut menambahkan, mukanya ikut senang.

"Iya iya hahaha. Kalo memang jodoh semoga gak ke mana," doaku pada Wisnu Harum Hadisuryo.

***

TODAY

10.45

Ndra, sibuk gak? Lunch bareng yuk, gue abis ada meeting di PP.

Sudah lima hari dari terakhir kali aku melihat Wisnu di tunangan Rania dan Chandra. Dan untuk pertama kalinya ada WhatsApp dari Wisnu berisi ajakan makan siang.

10.46

Boleh, nanti kabarin aja mau di mana ya, Nu.

10.50

Urban Kitchen ya. See you, Ndra.

Jantungku tidak berdegup kencang seperti waktu dia meneleponku tanya soal kerjaan atau kami mendadak ngobrol di Strabucks pulang kantor. Mungkin nanti pikirku, setelah aku benar-benar melihat sosoknya.

Tepat di jam 11.50, aku bergegas naik lift ke Level 5. Wisnu menungguku di luar agar bisa cari kursi bersama-sama. "Non-smoking kan ya, Ndra?"

"Iya, lo gak ngerokok kan, Nu? Gak kok."

Aku selalu suka view dari Urban Kitchen walau di seberangnya hanya bisa terlihat bangunan tingginya SCBD dan Gatot Subroto, tapi aku selalu suka lihat ke jalanan apalagi kalau malam. Lucky for us, kami berhasil dapat kursi di pinggir jendela persis.

Setelah pesan sana sini, kami kembali ke meja menunggu pesanan masing-masing. Inilah saatnya jantungku berdegup kencang gak karuan. Momennya. Duduk berdua walau hanya sekedar makan siang. "Lagi sibuk, Ndra?"

"Gak juga. Eh iya tadi udah mulai meeting launching sih. Kemungkinan ada press conference."

"Cool. Nanti gue sounding dikit deh ke Jo. Gak enak ngomong kerjaan mulu. Udah hari Kamis. Weekend ke mana, Ndra?"

"Nikahan! Kakak sepupu gue married hari Sabtu, Minggunya gantian nikahan temen SMA."

"Hahaha tipikal ya. Lo gak jadi bridesmaid-bridemaid gitu?"

"Lagi gak. Lumayan juga jadi bridesmaid harus siapin ini itu haha."

Really? Makan siang tapi topiknya kok modus begitu, Ndra. Pesanan kami mulai berdatangan, makanan kami ternyata sama bebek hanya saja dibeli dari dua station berbeda. Jangan celamitan ya, Ndra. Makannya yang cantik sekali-kali.

"Kalo ke nikahan lo sendiri aja gitu?" tanya Wisnu tiba-tiba. Aku mencoba meresap pertanyaannya dan menangkap maksudnya.

"Sendiri aja, tinggal nyetir sendiri. Kalo pas ada janjian temen juga paling ketemuan di sana. Easy!" aku mencoba untuk tenang dan meresap sendiri jawabanku. Jawabanku benar kan?

Wisnu sepertinya hanya manggut-manggut, sementara garpunya bergelut dengan bebek, entah dia memperhatikan jawabanku atau tidak. Sesekali kami berbincang lagi seputar pekerjaan dan ada obrolan soal Rania dan Chandra juga yang masih jadi topik hangat pembicaraan kami berdua.

Sementara kami asyik makan dan berbincang, handphoneku kembali bergetar dua kali. Ada satu nama yang kembali muncul di layar handphoneku. Lagi, datangnya dari Arjuna Ardiwilaga.

12.55

Jangan lupa ya, ndra.
Pulang ktr saya ke sana. Urban Kitchen gmn?

Raut mukaku mungkin tidak karuan, antara senang, kesal, tapi jelas kebingungan. Di hari yang sama aku bertemu Wisnu dan Arjuna. Pilihanku berat ke Wisnu untuk saat ini, tapi hatiku mengganjal pada Arjuna. Ada kado yang belum sempat aku sampaikan, ada perasaan yang diam-diam masih kusimpan.

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang