Chapter 3

9.3K 671 7
                                    

"Ndraaaa, lupa ngasih tau! Gue ada tiket nonton dapet dari partner. Tapi harus dipake hari ini besok expired. Lo mau? Gue tag dua, buat gue sama Chandra. Terserah deh lo mau pake berapa. Gimana?"

Ini masih jam 10 pagi di hari Senin, tapi teriakan Rania diujung telepon sudah lebih kencang dari kicauan bosku pagi ini. Rania memang yang paling periang diantara geng kuliahku yang dinamakan Jamaah (paling tidak untuk sementara waktu).

Sekilas tentang Rania, kami berdua kenal karena sama-sama berkuliah di Bandung, satu fakultas, beda jurusan. Di minggu pertama perkuliahan, aku yang sedang jalan sendiri menuju pangkalan angkutan umum melihat sosok Rania, tapi waktu itu aku belum tahu namanya. Tanpa ragu aku hampiri mencoba melemparkan pertanyaan basa-basi.

"Halo, anak Fikom kan? Diandra, panggil aja Andra!", sapaku di siang itu pada perempuan berkulit kuning langsat dengan rambut sebahu yang dikuncir satu.

"Rania. Pulang ngangkot juga?", jawabnya singkat dan ramah. Begitu kiranya impresiku pada pertemuan dengan Rania yang kini jadi teman dekatku. "Iya, eh, dulu lo SMA mana?"

Setelah mendengar jawabannya, aku mulai menemukan mutual friends kami. Kami berdua sama-sama bersekolah di dua SMA Negeri terfavorit di Jakarta. Jarak antar sekolah kami cukup dekat, tak heran jika circle of friends kami banyak yang sama dan familiar.

Sejak saat itu kami jadi berteman dekat bersama dengan enam wanita lainnya. Satu geng, bisa dibilang. Pribadinya beda-beda, tapi gilanya cukup merata.

"Gila lo ya! Sayang amat tiketnya banyak gitu tapi cuma bisa dipake hari ini. Ya udah, gue tag dua! Gak tau sih ngajak siapa." Aku sedikit banyak ngedumel karena kesal tapi disaat yang bersamaan ingin juga nonton gratisan.

"Duileh, dua banget, Ndra? Emang sama siapa sih? A, a siapa tuh yang namanya kayak wayang.."

"Arjuna, Ndut!"

Namanya juga Rania, dia yang paling bisa menggoda dan mengakibatkan aku jadi tersipu malu kalau lagi jatuh hati begini. Untung ini cuma pembicaraan kami berdua via telepon.

Speaking of that, sebenarnya aku belum ada ide mau ajak siapa. Ada dua nama terlintas di benakku dan salah satunya Arjuna. Kali ini tanpa perlu pikir panjang, bahkan kurang dari satu menit, aku langsung menuju layar handphoneku, mengetik namanya menawarkan ajakanku.

10.05

Kak, aku ada dua tiket nonton gratis tapi buat hari ini aja. Mau?

Arjuna Ardiwilaga is typing...

10.06

Ok, sy ikut. Di mana? Jam?

Cepat juga tanggapannya. Great. Aku mendadak senang, berita ini langsung alu sebarkan ke teman-teman, tak terkecuali Rania. Kami akhirnya berencana nonton di Pacific Place. Yang aku maksud dengan kami, adalah aku, Arjuna, Rania, dan Chandra tapi tujuan kami berdua berbeda-beda. Singkatnya, aku jadi nonton berdua dengan Arjuna. Rania akan nonton dengan agendanya sendiri.

18.35

Sy sudah di atas ya. Mau nntn apa?

Cepat juga (lagi-lagi). Aku bergegas dari tempat parkir, menuju lift, dan menuju ke lantai enam. Ada laki-laki bertubuh kurus menggunakan sweater biru tengah melihat-lihat jadwal film yang diputar hari ini. Tanganku menuju pundaknya mencoba untuk menyapa, "Udah lama, Kak?"

"Baru sebentar kok. Kamu mau Inside Out? Tadi katanya pengen kan? Saya sudah nonton sih, tapi filmnya bagus, gak apa-apa kalau nonton itu lagi."

Lucu juga pilihannya jatuh ke film animasi, tapi memang jadwal film hari itu tidak banyak pilihan menarik dan via WhatsApp aku sempat sebutkan keinginanku untuk nonton film ini.

"Maaf Mas, Mbak. Untuk voucher hanya bisa dipakai di film biasa bukan 3D. Inside Out 2D baru ada jam 20.30. Mau tetap Inside Out atau film lain?" kami diam sejenak, saling tatap kebingungan, dan kecewa sekaligus.

"The Man From U.N.C.L.E aja kalo gitu ya, Kak? Tadi udah sempet cek di IMDB sih rating 7.4, jadi kayaknya bagus!"

"Oke. Saya ikut Diandra aja."

The Man From U.N.C.L.E it is! Hanya berpegangan pada rating IMDB, tapi lihat trailernya malah belum. Aku cukup picky masalah film apalagi yang diputar di bioskop. Kewajiban sebelum nonton buatku adalah lihat trailer, cek rating IMDB atau Rotten Tomatoes, dan review lainnya. Tunggu, ini seharusnya bukan tentang film, tapi tentang Arjuna.

"Andraaa! Kok lo belum masuk? Lo bukannya mau nonton Inside Out?" teriakan dari kejauhan itu mulai mendekat, ada Rania dan Chandra menghampiri kami. Duh, semoga Rania gak banyak tanya. Kali ini aja, ya.

"Hahaha gak bisa dipake buat 3D gila! Ya gue nonton yang jam 19.00, U.N.C.L.E jadinya. Eh iya, Rania kenalin ini Arjuna," aku mencoba sopan dan tidak mau membuatnya berdiri mematung diantara pembicaraan ini.

"Kak, ini Rania, temen kuliah. Dia yang kasih tiket gratisannya."

"OOOH. Raniaaaa! Halo Arjuna! Oh iya, kita juga mau nonton U.N.C.L.E, film apaan ya by the way?"

Arjuna dengan tegas menyebutkan namanya pada Rania dengan diiringi ketawa ketawa kecil melihat kelakuan Rania.

Dari huruf O yang dikeluarkan dalam seruan OH milik Rania, bisa terdengar betapa dia begitu senang mengetahui Arjuna asli yang biasanya hanya bisa dilihat via profile picture di WhatsApp. Dan pastinya senang mendengar temannya mengajak laki-laki untuk nonton bersama. Berdua saja.

Kami tetap berjalan dalam agenda masing-masing. Aku dan Arjuna masuk lebih dulu, kami duduk di bagian paling tengah bioskop. Tak lama ada yang mencolek pundakku, "Deuuh! Kabarin ah kabarin di grup! Andra nonton sama Arjuna guys!"

"Hahaha bangkeee. Kenapa sih pas banget lo duduk di F gue di E. Pssst! Jangan gosip pokoknya di grup!"

Kini aku panik, aku cuma takut Arjuna bisa lihat kelakuan aneh yang terjadi diantara kami berdua. Lebih jauh lagi, aku takut dia tahu apa yang sedang aku tutupi di dalam hati ini. Dirinya, Arjuna.

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang