Telling The Truth

432 22 1
                                    

"Bener kan Anna disini" Tamma memarkirkan motornya dan turun mendekati Anna.

Tamma tidak langsung menghampiri Anna. Tetapi ia bersembunyi di pohon besar tepat dibelakang Anna.

"Gue apa apaan coba. Gitu aja baper. Lagi juga si Tamma ngapain ngomong gitu? Ehh kok gue jadi mikirin Tamma gini sih.. Jangan jangan kata Chaca bener, kalo gue suka sama Tamma? Duhh gimana nih.." ucap Anna gelisah.

Tamma yang medengar itu tersenyum. "Gue juga suka kok sama lo Na.."

Kehadiran Tamma yang tiba tiba membuat Anna terkejut tak percaya. "L--lo k--kok disini?" ucap Anna terbata bata.

"Udah gue duga lo disini." Tamma duduk disamping Anna.

"Jangan bilang kalo lo nguping." Anna menatap Tamma sinis.

Tamma tersenyum meledek. "Semuanya malah."

Anna memukul pundak Tamma. Tamma pun tertawa.

"Tadi lo bilang suka sama gue? Suka mah bilang aja kali" Tamma menatap Anna serius.

Anna menunduk saat sadar akan tatapan Tamma yang membuat jantungnya kembali berdebar.

"Ya gue juga punya malu lah. Gila aja gue jujur ke lo."

"Sebenernya gue juga suka sama lo Na.. Tapi ada masalah yang bikin gue gak bisa jujur sama lo." Tamma menaikan dagu Anna dengan tangannya.

Mereka saling menatap.

"Tapi kenapa?" tanya Anna yang menahan air matanya.

"Ya lo juga gak perlu tau.. Tapi gue janji gaakan jauhin lo kok. Kita sama sama saling jaga hati satu sama lain aja, walaupun kita gak terikat status apapun." Tamma mengusap pipi Anna dengan jemarinya.

Anna mengangguk dan tersenyum "gue akan coba. Dan gue akan pegang janji lo itu."

"Pulang yuk.. Nanti lo dicariin nyokap lo lagi." Tamma bangkit dan mengulurkan tangannya untuk membantu Anna berdiri.

Anna meraih tangan Tamma dan Tamma pun mengantar Anna pulang kerumahnya.

[ Anna POV ]

Sungguh bahagia hari ini. Tamma mengutarakannya padaku, namun kami tetap bersahabat tanpa terikat status. Kupikir itu hal yang bagus.

Mengapa? Karena kami bisa selalu dekat tanpa ada kata pisah.

"Ann kok kamu baru pulang jam segini?" ucap Mom yang sedang menonton tv.

"Hehe sorry Mom.. Tadi Ann nonton ekskul basket dulu." Aku mencium punggung tangan Mom.

"Oh gitu.. Udah falling in love ya sekarang.." ledek Mom.

"Ih Mom apaan sih.. Yaudah Ann mau mandi dulu ya Mom. Bye" Aku berlari ke kamarku.

"Jangan lupa makan malam nanti turun ya Ann!!" teriak Mom dari bawah.

"Iyaa Momm!!!" balasku yang sudah merebahkan diriku di kasur.

Ya, kedua orang tuaku memanggilku dengan panggilan Ann.

Mom selalu meluangkan waktunya untuk keluarga. Walaupun tidak sering, tetapi ia tetap berusaha meluangkan waktunya untukku dan kakakku.

Kalau Dad, jika pekerjaannya telah selesai, ia selalu mengajak kami berlibur. Namun jika belum selesai, kami akan jarang melihatnya.

Aku menatap langit langit kamarku. Tak lama kemudian pintu kamarku terbuka seperti ada yang masuk.

Saat kulihat, ternyata ia adalah kakak ku.

"Bisa ketuk dulu gak?" ucapku jengkel dengan kelakuan kakakku yang tidak sopan ini.

"I'm sorry.. But the door unlocked. Jadi gue masuk aja deh." ujarnya santai sambil duduk dipinggir kasurku.

"Tapi gak sopan Dan!!" ucapku dengan nada tinggi.

"Promise gak akan ngulang deh." jawabnya sambil membuka handphoneku.

"Tuh kan ini lebih gasopan. Privasi tau gak!" aku mengambil handphone ku dari tangan daniel.

"You so pelit. You know?" celetuknya sambil keluar kamarku.

"Bahasa lo gak lucu sumpah." teriakku sambil menutup pintu kamarku.

"Whatever" balasnya dari kamarnya.

Aku hanya mendengus kesal dan berlari kekamar mandi di kamarku untuk membersihkan diriku.

[ Tamma POV ]

"Tamma pulang.." teriakku sambil menutup pintu rumah.

"Dari mana aja kamu?" tanya Bunda yang datang tiba tiba.

"Tamma kan habis ekskul bun.." ucapku sambil mencium punggung tangan Bunda.

"Kenapa lagi lagi kamu gak ngabarin Riska? Kan bunda udah bilang Tamma!" omel Bunda.

Aku hanya memasang raut wajah bete lalu membuang nafasku kasar. "Bunda kenapa sih pake jodoh jodohin Tamma segala. Tamma udah gede bun.. Tamma bisa nyari jodoh Tamma sendiri tanpa harus dijodohin."

"Tamma.. Bunda ngelakuin ini karena alasan tertentu!" bentak Bunda.

"Alasan apasih bun? Sampe bunda nekat jodoh jodohin Tamma segala?" dengusku kesal.

"Riska punya penyakit kanker otak stadium 2!! Dan dia cinta sama kamu. Makanya bunda minta tolong sama kamu untuk bahagiain dia. Karena mungkin hidupnya sudah tidak lama lagi." ucap Bunda dengan nada bersedih.

Ya ampun.. Jadi Riska punya penyakit kanker otak? Ya tuhann..

Aku hanya bisa diam mendengar perkataan bunda. Disatu sisi aku menyayangi Anna. Namun disisi lainnya aku kasihan pada Riska.

"Dan bunda minta tolong lagi sama kamu Tamma." bunda menarik nafas panjang.

"Jauhin Anna."

Entah mengapa hati ini sakit saat bunda menyuruhku untuk menjauhi Anna. Aku ingin menuruti kata bunda karena aku tak ingin jadi anak durhaka. Namun aku sudah terlanjur berjanji pada Anna.

Aku menarik nafas perlahan. Lalu aku menggelengkan kepalaku. "Kalo itu aku gak tau bun.." ucapku sambil berjalan ke kamarku.

Ya tuhan cobaan apalagi ini??

For HerWhere stories live. Discover now