[ Anna POV ]
Aku sudah bersiap dengan seragam putih abu abuku.
Dan aku pun berangkat diantar oleh Daniel.
"Oke gue sekolah yaa.. Nanti jemput.." ucapku saat mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolahku.
"Oke.. Good luck" Daniel mencium puncak kepalaku.
Aku mengangguk dan keluar dari mobilnya.
Aku akan memulai lembaran baru.
Saat aku sampai dikelasku, disana sudah terlihat Chaca, Marcell dan Aryo.
"Ceritain ke kita yang sebenarnya Na.." ucap Chacha padaku.
aku pun menceritakan semuanya pada mereka.
"Jadi itu yang bikin kalian jauh?" Tanya Marcell dan dijawab dengan anggukan Anna.
Tiba tiba.. "Gue gak diajak?" Seseorang ikut nibrung bersama kami.
"Lo kenapa gak mau jujur sama kita soal problem lo itu? Kita kan udah sahabatan lama Tam.. Apa lo masih gak percaya sama kita?" ucap Aryo sebal.
"Bukan gitu.. Gue gak mau ngerepotin kalian."
"Lo selalu bilang gitu. Justru dengan lo cerita mungkin kita bisa ngebantu meringankan." ujar Chaca.
"Oke kalian juga udah tau yang sebenernya kan? Trus gue harus apa? Gue kasian sama Riska. Tapi disisi lain gue sayangnya sama Anna."
"Yaudah Tam.. Gue ikhlas kok kalo lo sama Riska, gue mau dia bahagia. Kalo gue mah gampang belakangan nanti." Anna tersenyum pada Tamma.
"Gue boleh duduk sama Anna? Mungkin besok kita gak akan bisa sedeket biasanya di sekolah." ucap Tamma sambil menyambar tasnya.
"Lo gimana Cha?" tanya Anna bingung.
"Ya gapapa. Gue sama Marcell kok.." jawab Chaca yang langsung memindahkan tasnya.
Selama pelajaran berlangsung, Anna hanya bisa melamun memikirkan permasalahannya itu.
Hingga Tamma yang menyadarinya pun menggenggam tangan Anna dari bawah meja lalu tersenyum pada Anna.
Anna yang melihat itu pun mempererat genggamannya dan membalas senyum Tamma.
^^
Sepulang sekolah Anna masih menunggu Daniel. Namun alhasil, Daniel tak kunjung datang sampai sekolah sepi.
"Is ngeselin banget sih." gerutu Anna sambil berjalan menuju gerbang.
Saat sedang menunggu, Anna merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya.
Ia pun dengan takut dan berkomat kamit dalam hati membalikan badannya.
"Huaaaa...."
YOU ARE READING
For Her
Teen FictionMengapa pilihan begitu sulit? Cinta itu tidak bisa dipaksa Jika dipaksa pasti bukan tulus yang diterima. Tetapi pilihan yang membuatku harus memaksa. Sehingga seseorang merelakan sakit hatinya untuk dia. copyright ©2015 by Skyegirlx