[ Author POV ]
Daniel memasuki mobilnya. Dan ia terkejut ketika melihat adiknya.
"Ann jok mobil gueee... Kan gue udah bil--" ucapan Daniel terputus karena mendengar isak tangis Anna.
"Ann are you okay?" Daniel menyentuh bahu Anna.
Anna langsung memeluk kakaknya itu.
"Kamu kenapa?" Daniel mengusap kepala Anna.
Hanya isak tangis yang Daniel dengar. "Oke kita pulang ya.." Daniel melepaskan pelukannya dan segera menancap gas.
[ Anna POV ]
Aku mengerjap ngerjapkan kedua mataku. Rupanya aku sudah di kamarku.
Bukankah semalam?
Ah sudahlah. Aku tidak ingin mengingatnya.
Tiba tiba Mom memasuki kamarku dengan membawa nampan.
"Sudah bangun rupanya.." ucap Mom sambil menaruh nampan itu di meja pinggir kasurku.
"Mom kok Ann sudah disini ya?" tanyaku pada Mom yang sepertinya akan menyuapi ku.
"Semalam sepulang dari toko buku. Daniel menggendong kamu ke kamar. Pas Mom tanya kamu kenapa. Katanya kamu ngantuk dan ketiduran. Trus tadi pas kamu belum bangun, badan kamu panas banget. Akhirnya Mom minta tolong Daniel untuk kasih tahu salah satu temen kamu kalo hari ini kamu gak masuk dulu." Mom menjelaskan panjang lebar.
"Daniel gak apa apain Ann kan mom?" tanyaku sambil menutup badanku dengan selimut.
"Haha masa iya Daniel mau apa apain kamu. Semalem abis naro kamu. Dia bilang ke Mom gini 'Ann berat banget Mom. Daniel males ah kalo disuruh gendong dia lagi' dia ngomong sambil jalan ke kamarnya." jawab Mom sambil tertawa.
"Huuh mau Ann tidur atau engga tetep aja nyebelin." aku mengerucutkan bibirku.
"Sudah sudah.. Nih makan dulu, habis itu minum obat. Biar cepet sembuh" Mom menyuapi ku bubur ayam kesukaanku.
Aku memakannya dengan lahap. Sungguh aku rindu suapan Mom. Aku bersyukur walaupun Mom adalah wanita karir, tetapi ia tetap meluangkan waktunya untukku dan kakakku.
"Mom gawk kewja?" ucapku dengan mulut penuh bubur.
"Ditelen dulu sayang.." ucapnya sambil memberikanku segelas air putih.
Aku meneguknya lalu kuberikan pada Mom.
"Seminggu ini Mom lagi gak ada kerjaan dan tugas. Jadi Mom gak kerja." ucap Mom sambil membersihkan bekas makananku tadi.
Aku hanya manggut manggut tanda mengerti. Setelah itu Mom memberiku dua butir obat untuk kuminum pagi ini.
Setelah Mom keluar aku menuju balkon kamarku dengan wajah yang masih muka bantal ini.
Dengan rambut acak acakan. Aku duduk di balkon kamarku sambil melihat langit pagi yang amat cerah ini.
Sinar mentari pagi dan Kicauan burung seakan akan menyapaku.
Sungguh segar udara pagi ini.
Saat aku sedang menikmati mentari pagi di balkon kamarku.
Seseorang menutup kedua mataku dari belakang. "Guess who?" ucapnya sambil cekikikan
"Ichaaa" balasku sambil memegang tangannya yang menutupi mataku.
Ya itu Icha sepupuku. Kami sudah lama tidak bertemu.
"I miss you so muchh Ann!!!" ia memelukku dengan erat.
Aku membalas pelukannya "i miss you more chaa!! Kamu kok gak bilang bilang mau kesini?"
"Surprise dongg.. Oh iya, tumben lo sakit? Kenapa?" kini Icha sudah berada di sampingku.
"Huftt.. Semalem aku broken heart cha." ucapku sedih.
"Duhh lo udah gede yah ternyata" ia tertawa.
"Ihh lo mah gitu.." aku mengerucutkan bibirku.
"Sorry gue cuma bercanda. Emang broken heart kenapa?" tanyanya dengan nada serius.
"Iya.. Gue suka sama cowok. Trus cowoknya juga suka sama gue. Trus dia janji gaakan ninggalin gue. Eh nyatanya dia ngingkarin itu. Trus semalem gue liat dia lagi pelukan sama cewek." aku menceritakan kejadian semalam lalu Icha memelukku dari samping.
"Siapa sih yang berani beraninya buat Ann gue nangis? Sini gue hajar dia.." ucap Icha
"Ih lo cha kayak lo berani aja." ujarku.
"Berani kok. Tapi bareng kak Daniel. Hehe" ia tertawa.
"Yee dikirain.."
Kami pun bercanda dan melepas rindu. Hingga pukul jam 9 pagi ia berpamitan karena ingin check up.
Ya ia punya penyakit Kanker otak stadium 2. Dulu panjang rambutnya sama persis denganku. Namun karena penyakitnya ia harus merelakan rambut hitam indahnya itu dipotong hingga sebahu.
Aku amat menyayanginya dan ia sudah kuanggap sebagai saudara kandungku. Dan aku amat sedih ketika mengetahui ia positif mengidap kanker otak stadium 2.
Aku kembali ke kasurku dan menonton televisi. Sehabis itu aku tertidur lelap dengan televisi yang masih menyala.
YOU ARE READING
For Her
Teen FictionMengapa pilihan begitu sulit? Cinta itu tidak bisa dipaksa Jika dipaksa pasti bukan tulus yang diterima. Tetapi pilihan yang membuatku harus memaksa. Sehingga seseorang merelakan sakit hatinya untuk dia. copyright ©2015 by Skyegirlx