[ Author POV ]
Keesokan harinya, seperti biasa. Anna dan sahabat sahabatnya bersekolah. Mereka bercanda dan bercengkrama.
"Si cewek lo gak sekolah?" tanya Marcell pada Tamma.
"Sekolah. Cuma dia gak sekelas kita. Gue sih bersyukur masi bisa deket walaupun di kelas." jawab Tamma yang langsung melihat Anna.
"Ya klo gitu lo duduk aja terus sama Anna aja Tam.." celetuk Chaca sambil menyenggol Anna.
"Gapapa nih Na?" Tamma meminta kepastian Anna.
"Ya terserah lo. Trus Chaca dimana?" Anna menatap Chaca bingung.
"Ya gue sama Marcell lhaa.. Gimana si lu." Chaca memutarkan bola matanya.
"Yaudah gue disitu terus ya.." Tamma mengambil tasnya dan memindahkannya disamping Anna.
Setelah itu bel masuk berbunyi. Akhirnya mereka membubarkan obrolan mereka dan duduk di tempat mereka masing masing.
Selama pelajaran Anna sangat khawatir apabila Riska yang langsung datang menghampiri Tamma dan apa responnya ketika melihat ku duduk bersama Tamma?
Anna gelisah dan tidak bisa konsentrasi belajar. Tamma yang melihat Anna gelisah pun menggenggam tangan Anna dari bawah meja.
"Na.. Lo tenang aja, kalo Riska kesini. Kita tinggal bilang klo duduknya acak."
Anna menatap Tamma dan tersenyum "makasih ya."
Tamma hanya membalas senyuman Anna.
Selama pelajaran berlangsung, Tamma selalu menggenggam tangan Anna. Anna pun tidak menolak jika itu tidak mengganggunya.
Hingga jam istirahat..
Seperti biasa geng Tamma dan Anna sudah berada di kantin.
"Haha gila lo Cell.. Trus tu orang gimana reaksinya pas tau lo anak pemilik resto itu?" Aryo sangat penasaran.
"Ya cengo, trus dia kayak malu gitu. Ah pokoknya kocak deh." Marcell tertawa diiringi tawa teman temannya.
Tiba tiba "hay boleh gabung?" ucap seorang wanita.
Semua yang ada di meja itu langsung melihat wanita itu.
"Ya boleh lah Cha eh Ris.. Sini duduk" Anna menggeser duduknya.
Tamma memasang wajah malasnya namun tidak terlalu menampakkannya.
"Guys kenalin ini Riska.." Anna memperkenalkan Riska pada teman temannya.
"Gue Chaca"
"Aryo"
"Marcell"
"Tamma" Tamma membuang nafasnya kasar.
"Nice to meet kaliann.. Semoga kita bisa dekat ya." Riska tersenyum pada semua yang ada di meja itu.
Tetapi saat dia melihat Tamma.
"Kamu kenapa Tam?""Enggak." Tamma meminum jus alpukatnya.
Riska tertunduk sedih, karena ia pikir. Dia mengganggu obrolan mereka.
"Riska.. Sabar ya, mungkin Tamma lagi banyak problem. Jadi dia bete sama siapapun. Jangan dimasukin hati ya" Anna berbisik pada Riska.
Riska hanya mengangguk sedih. Lalu teman temannya mengajaknya mengobrol. Sedangkan Tamma hanya memperhatikan Anna yang sedari tadi diam.
Anna yang merasa diperhatikan pun menatap Tamma lalu tersenyum.
2 minggu kemudian..
"Guyss aku mau undang kalian ke birthday party aku nanti malem. Dirumahku ya, kalian harus pake baju putih." Riska membagikan undangan pada geng Tamma.
"Okedeh!!" ucap Marcell dan Aryo serempak.
"Makasih Ris.." Chaca tersenyum pada Riska.
"Tam.. Kamu nanti malem pake baju hitam ya?" Riska membagikan undangan pada Tamma.
"Loh kok beda sama yang lain?" Tamma bingung.
"Iya yang pake baju hitam itu aku, sama kamu. Kan kita pacaran. Dan kayaknya nanti malem kita bakal tunangan juga." ujar Riska senang.
Tunangan? Batin Anna.
Chaca mengusap pundak Anna.
Tamma tersenyum paksa pada Riska. Dan ia melihat Anna.
"Oke guyss!! Nanti malem ditunggu kedatangan kaliannn!!" Riska berlari meninggalkan mereka.
"Gue janji gak akan tunangan sama Riska." Tamma melihat Anna.
"Jangan Tam.. Lo harus. Gue gak mau Riska drop karna lo gak mau." Anna tersenyum getir.
Tamma hanya bisa menghela nafasnya kasar.
Apa perjuanganku sudah berakhir nanti malam? Batin Tamma.
Mungkin inilah saatnya merelakan dia. Batin Anna.
YOU ARE READING
For Her
Dla nastolatkówMengapa pilihan begitu sulit? Cinta itu tidak bisa dipaksa Jika dipaksa pasti bukan tulus yang diterima. Tetapi pilihan yang membuatku harus memaksa. Sehingga seseorang merelakan sakit hatinya untuk dia. copyright ©2015 by Skyegirlx