Trying To Be Strong

328 15 0
                                    

[ Anna POV ]

"Huaaa...." teriakku.

Ia lalu menutup mulutku. "Syuttt lu kenapa sih?"

Aku mencoba melepaskan tangannya dari mulutku. Ia pun melepaskannya.

"Ish ngagetin tau gakk!" bentakku pada Tamma.

"Sori sorii.. Gue gak maksud buat ngagetin lo. Btw lo nunggu kak Daniel ya? Bareng gue aja yuk. Lo mau ke rs juga kan?" Tamma menawarkanku.

"Boleh deh.. Daripada nunggu Daniel lama." aku pun menerima ajakan Tamma.

Dan kamipun pergi ke rs dengan ninjanya.

Ya tuhan.. Aku merindukan saat saat seperti ini..

Sebelum memasuki kamar Icha. Aku dan Tamma sudah berjanji untuk pura pura tidak mengenal.

Saat aku memasuki kamar inap Icha. Aku melihatnya yang sedang duduk menatap arah jendela.

"Chaa??" panggilku.

Ia menengok dan tersenyum. Namun wajahnya tampak bingung melihatku berdua dengan Tamma.

"Kok kalian bareng?" tanyanya bingung.

Aku melihat Tamma dan mengokodenya agar Icha tidak curiga.

"Oh iya tadi ketemu di depan. Sekalian aja bareng. Ya gak Ann?" ucap Tamma ragu.

Aku mengangguk dan Icha hanya manggut manggut tanda mengerti.

Dia manggil gue Ann?

"Cha tadi Daniel kesini gak?" tanyaku untuk memecahkan keheningan.

Icha menggelengkan kepalanya.

"Bentar ya.. Gue mau nelpon Daniel dulu, takut dia jemput." ucapku sambil berjalan keluar.

Setelah aku memberitahu Daniel. Aku kembali masuk.

"Lha Ann.. Trus kesini sama siapa?" tanya Icha saat aku baru masuk.

"Eh.. Itu.. Naik taksi. Iya taksi." ucapku berbohong.

Icha memasang raut muka tak percaya namun Tamma mengajaknya bicara. Hingga Icha pun percaya.

Syukurlah. Thanks Tam..

Aku memperhatikan mereka yang sedang bercanda. Sakit rasanya. Tapi sakit hatiku tak sebanding dengan sakit yang Icha derita.

Huft.. Aku harus kuat nerima semuanya. Ini sudah takdir. Aku mau Icha bahagia.

Trying to forget him. But i won't forget our memories.

Maybe i'll always love you in the silence.

"Hm.. Cha.. Daniel nyuruh gue pulang. Gue balik ya?" aku berbohong karena, aku tidak kuat berlama lama disini. Yang ada aku malah menangis nantinya.

"Yah lo kok gitu sih?" Icha terlihat kecewa.

"Gue banyak pr Cha.. Cepet sembuh biar cepet pulangnya.." aku memeluk Icha.

"Hati hati yaa.." ia tersenyum padaku.

Aku pun pulang sendirian.

Jujur aku masih gak kuat liat Tamma sama Icha. Tapi apa boleh buat? Kuat gak kuat ya harus kuat.

Aku pun menusuri koridor rumah sakit yang lumayan sepi ini.

Dingin.

Itu yang aku rasakan.

Semerbak wangi obat obatan pun menemaniku.

Hingga saat sedang merinding merindingnya. Seseorang menepuk bahuku.

Aku membalikkan badanku dengan takut takut. Dan saat aku mencoba melihatnya ternyata...

For HerWhere stories live. Discover now