Distance

316 19 0
                                    

[ Author POV ]

Malam harinya Anna dan Tamma dikejutkan oleh perkataan Riska yang membuat Anna semakin sakit.

Mereka sedang dinner bertiga. Anna sebenarnya tidak mau. Tetapi Riska memaksanya. Jadi Anna mau tak mau ya harus mau.

"Apa Cha? Emang lo udah sembuh?" ucap Anna tak percaya.

Riska mengangguk. "Iya gue bakalan sekolah normal di sekolah kalian. Kenapa?"

"Bukannya kamu masih sakit?" Tamma pun ikut tak percaya.

"Aku udah sembuh kok.. Kalian kenapa sih? Gaksuka aku sekolah bareng kalian?" Riska menunduk sedih.

"Enggak Cha.. Kita seneng kok. Cuma gue takut lo drop aja." Anna menyemangati Riska.

"Ya kan ada kalian yang bakal jaga gue? Intinya besok gue udah sekolah." Riska tersenyum senang.

Anna memasangkan fake smile nya. Sungguh sakit mendengarnya. Kenapa? Karena ia tidak akan pernah bisa dekat dengan Tamma bila bukan pada saat sekolah.

Ditambah lagi Riska yang akan satu sekolah dengannya. Makin jauhlah jarak mereka.

Tamma menggenggam tangan Anna dari bawah meja. Tamma tersenyum menenangkan Anna.

Anna hanya membalas senyumnya dengan senyum paksaan.

(Ps : jadi mereka duduknya Riska depan Anna. Dan Tamma diantara mereka gitu.)

Tamma pun merasakan hal yang sama. Sungguh ia tak tega melihat Anna yang berpura pura kuat didepan Riska. Padahal hatinya benar benar rapuh.

Tamma ingin sekali mendekap Anna agar Anna bisa menangis sepuasnya dipundaknya. Namun apa daya. Berita ini membuat jarak diantara mereka semakin jauh.

"Cha masih lama gak? Gue ngantuk nih" ucap Anna berbohong.

"Yuk deh balik.." Riska langsung bangkit dan menggandeng Tamma.

Anna hanya mengikuti mereka dari belakang. Pedih hatinya melihat pemandangan itu. Namun ia menahan tangisnya.

Tamma sengaja memulangkan Riska terlebih dahulu karena ia ingin lebih leluasa berbicara dengan Anna.

"Oke makasih untuk malam ini.. Hati hati ya Tam.. Ann.." Riska keluar dari mobil Tamma.

Tamma mengklakson mobilnya dan menjalankannya. Namun belum lama berjalan. Ia memberhentikan mobilnya.

"Kenapa berenti Tam?" tanya Anna bingung.

"Gue bukan supir loh" Tamma mengkode Anna.

"Ya emang bukan." jawab Anna polos.

"Ish lo ngapain disitu?" kode Tamma lagi.

"Ya duduk lah.." Anna masih belum menangkap kata kata Tamma.

Hingga Tamma pun menyerah. "Gue barasa supir kalo lo dibelakang."

Anna pun memamerkan deretan gigi rapihnya lalu pindah ke depan.

"Gak peka dasar" ucap Tamma sambil menurunkan rem tangan.

"Lagian ngomong gitu aja pake kode kode segala. Gue bukan anak pramuka yang ngerti kode lo. Anak pramuka pun gak akan ngerti juga deh kayaknya." balas Anna sambil memakai seatbelt nya.

"Gimana perasaan lo pas denger kata Riska tadi?" Tamma mengalihkan pembicaraan.

"Sakit. Tapi ya mau gimana. Gue juga gak bisa nahan dia. Nanti dia curiga bisa bahaya. Gue gak mau penyakitnya kambuh." Anna memandang lurus ke depan.

"Gue salut sama lo Na.. Lo relain sakit hati lo cuma buat Riska bahagia." Tamma melihat Anna sesekali.

"Sakit hati gue gak sebanding sama sakit yanh Icha rasain Tam.. Selama dia bahagia, gue pun ikut bahagia walaupun hal itu membuat gue sakit." Anna tersenyum dan memandangi Tamma.

Dan Tamma memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Anna.

"Gue mohon sama lo. Tolong jagain Icha ya.. Jangan pernah sakitin dia. Gue tau lo sayang sama gue. Tapi lo harus mencoba untuk sayang sama Icha. Gue gak mau dia sedih."

"Tapi Na--"

"Buat gue Tam.. Ini gue yang minta. Mungkin besok kita gak akan pernah sedeket dulu." Anna menjatuhkan air mata yang ia coba bendung sejak tadi.

"Sebelum kita jauh.Izinin gue buat meluk lo untuk yang terakhir kalinya." Tamma langsung mendekap Anna saat itu juga.

Anna menangis sejadi jadinya di pelukan Tamma. Mengingat esok hari tidak akan menjadi hari yang membuat pipinya memerah lagi.

Tamma pun mengusap kepala Anna dan menenangkan Anna.

Gue percaya kalo jodoh gue itu lo. Gue tau tuhan itu adil.

Dan mereka pun larut dalam kehangatan yang mereka buat.

Mungkin kehangatan dan kenyamanan ini akan berakhir malam ini. Dan esok akan menjadi hari dimana mereka seperti belum pernah mengenal satu sama lain.

Make sure to keep my distance.
Say "i love you" and when you're not listening.
How long can we keep this up?

Christina Perri ft Jason Mraz - Distance

For HerWhere stories live. Discover now