[ Anna POV ]
Aku berjalan melewati koridor sekolah yang masih sepi.
Saat aku memasuki ruang kelas ku. Sahabat sahabatku sudah berada disana.
"Na.. Cerita lah klo ada problem lagi." Chaca memelukku.
"Kalian tau?" tanyaku bingung.
"Keliatan dari muka lo yang kusut itu Na.. Kita udah lumayan lama sahabatan. Jadi kita tau satu sama lain. Kita harus saling bantu." Aryo tersenyum padaku.
Lalu aku menceritakan semuanya pada mereka. Chaca mengusap punggungku. "Kita bakalan bantuin lo kok Na.. Tenang aja.."
"Berat banget cobaan kalian ya.. Lagi lo kenapa pake segala relain Tamma coba? Kalian kan saling sayang?" Marcell terlihat greget.
"Riska lebih dulu sayang sama Tamma. Dan ternyata mereka dulu satu smp. Trus ternyata Riska punya penyakit kanker otak. Dan itu membuat gue relain apapun demi kebahagiaannya termasuk Tamma." ucapku lirih.
"Sabar ya Na.. Gue yakin tuhan lagi siapin rencana indah buat kalian kedepannya. Gue yakin lo pasti bahagia. Semoga lo kuat ya ngejalanin ini." Aryo merangkulku.
Begitu juga yang lain. Mereka ikut memelukku.
Aku bersyukur bisa pindah ke Indonesia. Dan bertemu mereka semua. Walaupun kami belum lama bersahabat, rasanya seperti sudah bersahabat bertahun tahun.
Kami melepaskan pelukan dan tertawa hingga seseorang datang. "Ketawa gak ngajak ngajak ih.."
"Siapa suruh dateng telat!" ucap Marcell sebal.
"Abis lo pada gak bilang gue kalo pagi ini mau peluk pelukan." Tamma mengkerucutkan bibirnya.
"Muka lo udah jelek gausah dijelekin lagi lah Tam.." celetuk Aryo.
Semua pun tertawa.
Saat pelajaran Tamma menulis surat untuk Anna. Padahal Anna disampingnya. Ckck.
"Na.. Gue gak bisa sayang sama Riska. Gue sayangnya sama elo. Gue gak mau lo broken heart karena gue. Gue juga gak bisa jauh sama lo."
Dan kertas itu digeser oleh Tamma. Dan Anna membacanya lalu membalasnya.
"Tam.. I will always stay here with the same feeling like first time i meet you. I promise to keep my heart for you. But.. Now we must keep the distance for her." tulis Anna sambil tersenyum tulus pada Tamma.
Tamma membalas senyum Anna dan membalasnya. "Janji jangan nangis ya.. Gue gak seneng liat lo nangis."
Anna menganggukkan kepalanya dan mengacungkan kelingkingnya. Dan Tamma juga mengacungkan kelingkingnya dan menautkannya pada kelingking Anna.
YOU ARE READING
For Her
Teen FictionMengapa pilihan begitu sulit? Cinta itu tidak bisa dipaksa Jika dipaksa pasti bukan tulus yang diterima. Tetapi pilihan yang membuatku harus memaksa. Sehingga seseorang merelakan sakit hatinya untuk dia. copyright ©2015 by Skyegirlx