[ Author POV ]
Malam harinya adalah pesta ulang tahun Riska yang ke 18. Semua orang yang diundang pun datang.
Saat Riska sedang menunggu para hadirin semua datang sebelum ia meniupkan lilinya dan bertunangan bersama Tamma.
Tamma gelisah karena ia tidak mau. Sedangkan Anna mencoba mengikhlaskan.
Tiba tiba Tamma menarik Anna ke halaman depan rumah Riska. Karena pesta diadakan di taman belakang rumah Riska.
"Ada apa Tam lo narik gue?" Anna bertanya.
"Gue mau ngomong sama lo." Tamma menatap Anna dalam.
"Mau ngomong apa Tam? Kenapa gak didalem aja? Kalo Riska liat gimana?" Anna mulai gelisah.
"Na.. Gue gak bisa kayak gini terus." Tamma menggenggam tangan Anna.
"Ma--maksud lo?" Anna masih belum mencerna kata kata Tamma.
"Na gue sayang nya sama lo. Gue udah coba buat sayang sama Riska. Tapi gak bisa. Hati gue udah mentok di lo. Gue gak bisa nikah sama orang yang gak gue cinta." Tamma mendekap tubuh Anna.
Anna bingung harus apa. Jujur ia sangat tak ingin kehilangan Tamma. Tapi ia juga tidak ingin kehilangan Riska.
Anna pun menangis dipelukan Tamma.
"Ja--jadi bener kan dugaan gue kalo Tamma cuma kasian sama gue. Dan gak akan pernah cinta sama gue"
Tamma dan Anna melepaskan pelukannya dan mencari sumber suara.
Betapa terkejut nya mereka ketika tahu orang itu adalah Riska.
"Lo jahat Ann.. Gue pikir lo sepupu terbaik gue. Tapi nyatanya? Lo nusuk gue dari belakang!" Riska menangis sejadi jadinya.
"Cha.. Gue gak bermaksud.." Anna mencoba mendekati Riska.
"Gak usah deket deket gue!!! Pergi lo!! Pergi!!" Riska mendorong Anna hingga Anna terjerembab ke tembok.
Setelah itu Riska memegangi kepalanya dan meringis kesakitan.
Anna langsung mendekat kearah Riska yang sedang berteriak teriak kesakitan.
Padahal kepala Anna pun sedang dilanda sakit yang luar biasa.
Hingga akhirnya Riska pingsan dan tak sadarkan diri.
Semua orang membantu membawa Riska dan membawanya ke Rumah Sakit.
Di IGD. Riska sedang ditangani para dokter.
Anna tak bisa berhenti menangisi Riska.
"Kenapa lo harus kambuh saat gue ada problem sama lo" Anna terus menangis.
Tamma pun memberikan bahunya untuk Anna. "Na lo harus sabar.."
"Ini semua gara gara lo. Kalo lo gak meluk gue tadi, mungkin sekarang kita udah seneng seneng." Anna tak bisa berontak karena ia terlalu lemah sekarang.
Tamma mengusap perlahan rambut Anna. "Kita berdo'a aja semoga Riska gapapa"
Anna pun hanya bisa pasrah dalam pelukan Tamma.
Tiba tiba dokter keluar ruangan dengan wajah lelahnya.
Setelah itu dokter menyuruh Anna dan Tamma untuk masuk.
YOU ARE READING
For Her
Teen FictionMengapa pilihan begitu sulit? Cinta itu tidak bisa dipaksa Jika dipaksa pasti bukan tulus yang diterima. Tetapi pilihan yang membuatku harus memaksa. Sehingga seseorang merelakan sakit hatinya untuk dia. copyright ©2015 by Skyegirlx