Part 8

800 51 1
                                    

Bingung kita mau ngapain, akhirnya aku dan mamaku pertama mencari satu sekolah itu dulu. Hasilnya nihil, di semua tempat! Lalu, kita berdua keluar dari sekolahnya dan mencoba menelpon orangtuanya. Pasti, mama punya nomornya.

"Halo? Rai? Kalian... dimana?" tanya mamaku saat telponnya sudah terhubung, "Halo? Aaah, Rana! Apa kabar? Udah lama gak ketemu ya! Kapan-kapan kita janjian yok! Berdua aja, hehee,"  balas om Rai dari HPnya. Aku bisa mendengar ada suara tante Nira marah-marah karena ajakan kencannya om Rai.

"Jangan pedulikan itu, sekarang! Kalau mereka sedang bosan, biasanya anak-anakmu bakalan pergi kemana?" tanya mama, "Ah, mereka ada di kamu? Ya, mereka biasanya klo gak ke sekolah ke taman deket rumah kita, oh! Mereka suka banget ke toko permen Toriyu, taukan?" jawab tante Nira. Lalu aku mengingat-ingat kembali toko itu.

Aku ingat! Agak jauh dari sekolah ini sih, tapi minimal searah sama taman yang dimaksud tadi. Kita berdua lalu langsung berangkat pertama, menuju ke taman itu. Kita melewati beberapa rumah di perjalanan, dan pastinya, lampunya mati semua. Tapi, ada satu rumah yang lampunya menyala semua.

Aku hanya sekilas melihatnya, tapi aku melihat orang yang ada di dalam rumah itu. Cewek, sepertinya pelajar, karena di dindingnya ada tulisan "Sukses masuk univ!!" dengan banyak hati. Dia sedang memakai baju pink, kamarnya berwarna merah. Cakep sekali!

Ah, pastinya ya.... warna merah di dindingnya, ternyata bukan warna cat, tapi warna darah. Aku lalu berhenti sesaat untuk melihat lebih jelas, hanya menyadari bahwa leher cewek itu udah dipotong sedikit, tapi cukup untuk membunuhnya. Aku tau, karena aku sangat mendalami ilmu Biologi, dan tau bahwa potongannya itu udah mengenai semua nadi-nadinya hingga darahnya memancar semua.

Aku merasa sedih melihatnya, dan langsung memalingkan wajah dan melanjutkan berjalan dengan mama. "Mah, apa dulu dia seganas ini?" tanyaku, "Gak sama sekali, sayang. Dulu dia bahkan gak berani menyentuh kita tanpa perintah Cinta. Seperitnya tanpa siapapun untuk mengekangnya, jiwa psikopatnya keluar," jelasnya.

Aku menyiapkan diri untuk yang terburuk. Kita lalu sampai di tamannya yang dikatakan. Karena capek udah berjalan sejauh itu, duduk di ayunannya. Kebetulan yang tersedia ada 2. Saat beristirahat, aku melihat sekeliling.

Aku melihat pepohonan yang mengitari belakang kita, dengan kegelapan yang mengikutinya. Aku melihat pas di atasnya ada bulan purnama yang bersinar dengan lembut. Kalau saja hal ini gak terjadi, aku pasti akan menikmati malam ini dengan papa dan mama.

Lalu, aku mengeluarkan makanan yang tersimpan di tasku. Aku membagikannya dengan mama, tapi mama menolak. "Mah, daritadi mama gak makan apa-apa. Makan nih, dikit!" kataku. Mama akhirnya makan, walau sedikit.

Kenyang, kita lalu melanjutkan jalan. Kita mencari ke semua seluk-beluk tamannya, dan gak ada tanda keberadaan mereka sama sekali. Kita lalu melanjutkan jalan ke toko permen Toriyu. Ah, aku ingat pas aku masih kecil. Suka banget ngerengek minta ke toko itu. Memang itu toko favoritku dulu. 

Tapi, sekarang permen udah terlalu manis buat aku. Jadi aku jarang bertemu dengan kakek penjaga toko itu lagi. Tapi dulu, dia adalah sahabatku. Dalam perjalanan, mama tiba-tiba jatuh. "MAH!!" teriakku sambil menghampirinya.

Mana mungkin!! Mama batuk darah! "Mama kenapa?!" "Tadi, pas di sekolah... anak kecil itu, memasukkan sesuatu ke tubuh mama. Mama gak tau kapan atau gimana, tiba-tiba aja mama udah tau kalau mama sakit. Dikiranya, bakalan tahan sampai ketemu Reyna Rai lagi...tenyata enggak. Nak, lanjutin perjalanan ini!

Bawa al-Qur'an mama, buat jimat. Ambil semua yang ada di tas mama. Karena, mama gak bakal bisa bertahan hidup dengan racun apapun yang dimasukkan itu. Tolong...lah nak! ARGH!" aku mendengar desahan mama yang... menyakitkan... untukku, dan untuk mama.

"Udah mah, mama diem aja disini. Aku gak bakal ngambil apapun dari tas mama, karena itu memang jatah mama. Percayalah, mah... mama bakalan bertahan!!" kataku berusaha menyemangati sambil berkaca-kaca.

"Nak...mama...sayang kamu....ingatlah itu..." dan itulah kata-kata terakhir mama sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. "GAK!!GAK!! MAMA!! MAMA HARUS NEMENIN AKU, MAH!! MAMA!!!!!"

Tapi aku sadar, bahwa panggilanku sia-sia. Mama udah gak bisa mendengar lagi. Mama udah gak bisa tersenyum lagi, masakin buat aku lagi, bangunin aku lagi, kenapa... kenapa semua yang aku sayang berakhir dengan kematian yang kejam?!

Aku udah gak kuat lagi...mama... hiks...


Disastrous Birthday (School at Night 2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang