Part 13

506 42 1
                                    

Sesampai di Kuburan Kapines, yang kita lihat pertama kali bukanlah setan itu, bukan teman-temannya, bahkan, bukan suasananya yang angker. Tapi, kita melihat 4 kuburan, pas di depan kita. Kuburan-kuburan itu dihiasi bunga yang amat cantik, dan warnanya beda untuk setiap kubur.

Ada bunga merah, kuning, biru, dan ungu. Semuanya dirangkai sedemikian indah. Aku melihat nama-nama kuburan itu.

Chayton Rowick, Alan Rowick, Andrian Rowick, dan Peyt Rowick.

Aku langsung menyadari siapa orang-orang yang ada di dalam kuburan indah itu, mereka adalah keluarga Jonas! Dan yang aku sadari juga, adalah kalau selain Peyt, tanggal kematian anak-anaknya, sama semua.

4 Desember 1978. 4 Desember? Itukan hari ulang tahunku!! Aku lalu menengok ke yang lain, anehnya, mereka gak ada di belakangku. Aku melihat ke sekeliling, aku gak melihat mereka dimana-mana. "Guys? Kalian di mana?" tanyaku sambil terus melihat sekeliling.

"Apa maksudmu...mereka?" aku mendengar suara yang udah gak asing lagi. Jonas!! Aku melihat ke depan, dan disitulah dia. Di bawahnya, ada Xander, Rai, dan Reyna, yang udah gak bernyawa lagi. Mereka semua digorok di bagian lehernya.

Aku terkejut setengah mati. Dengan tangan gemetaran, aku membaca surat Al-Qur'an, Yasin. "Kamu kira aku masih lemah dengan itu? Lagian, dulu aku dikurung dengan kekuatan 9 orang sekaligus membaca surat itu. Apa yang bisa kamu lakukan sendirian?" kata Jonas dengan muka yang sombong.

Benar kata dia. Dulu mama dan teman-temannya pun hanya berhasil mengurung dia, bahkan dengan kekuatan 9 orang sekaligus. Apa yang bisa kulakukan?

Tapi lalu aku ingat dengan rencanaku. Melihat kuburan-kuburan keluarganya, aku bertanya kepada Jonas, "Bagaimana mereka meninggal?" dan mukanya berubah dari sombong menjadi serius, "Aku yakin kamu udah tau dari Rai, gimana Peyt meninggal," jawabnya.

Aku mengangguk, "Lalu, bagaimana dengan anak-anakmu? kenapa mereka meninggal bersamaan?" tanyaku lagi. Wajahnya berubah lagi, sekarang menjadi amarah yang besar, "Mereka...dibunuh!!" katanya dengan suara yang bergetar.

"Di...dibunuh? Sama siapa? Kenapa?" "Aku...seharusnya gak ngasih tau ini, tapi biarlah. Ini terakhir kalinya aku bakalan kayak gini," 'terakhir kali?' adalah yang pertama kupikirkan, tapi gak kulontarkan pertanyaannya ke dia.

"Mereka dibunuh saat sedang dalam perjalanan ke sekolah... waktu itu pagi, mereka kelihatan senang sekali... aku melihat mereka, karena jalan mereka ke sekolah searah dengan kantorku. Mereka juga menyadariku, dan ketiganya menyebrang untuk mendatangiku... mereka juga melambai-lambai ke aku..."

Dia terhenti sebentar, saat suaranya menjadi agak terisak.

"La...lalu, tiba-tiba ada mobil hitam yang datang dan...menabrak mereka... dan mereka gak berhenti untuk mengecheck mereka, mereka kabur...kabur!! Itu anak-anakku!!" katanya. Aku hanya melihat ke dia saat air mata mengalir di pipinya.

"Akhirnya, ditangkaplah orang itu. Ternyata dia mabuk saat menabrak mereka, tapi dia bakalan bebas. Kenapa? Karena dia menyuap hakimnya. A...aku gak sadar. Aku hanya melihat dia keluar dan... bang." katanya sambil mengimitasi pistol dengan jarinya.

Aku gak sadar, bahwa sebenarnya dia hanyalah pria yang sedang berkabung, dan gak tau harus ngapain. Istrinya meninggal, lalu anaknya ditabrak lari hingga mereka harus membayar nyawa mereka, tapi pelakunya bisa dengan mudah kabur.

"Ma..maafkanlah aku..." ucapku halus. Lalu, aku mendengar dia tertawa.

"Haha...hahaha...AHAHAHAHAH! KAMU MEMPERCAYAI AKU? KAMU NAIF JUGA YA!!!" katanya sambil memegangku dan melemparku ke samping dengan keras, 'Ja..jadi tadi bohongan? ....aku gak percaya. Air matanya itu asli!!' pikirku.

Tapi, sebelum aku bisa berdiri, Jonas sudah berada di depanku dan berhasil memegang kakiku.

Sekarang, bagaimana caranya aku bisa membuatnya tidur dengan tenang?


Disastrous Birthday (School at Night 2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang