Satu minggu di SMA barunya, rasanya kepala Kiara sudah mau meledak. Dalam satu minggu, berbagai kejadian di sekolah terjadi. Mulai dari ngeliat adu jotos secara live, terlebih harus sebangku dengan salah satu murid berandalan. Kepalanya pening, ia memijat pelipisnya. Masih banyak tugas dan ulangan yang menumpuk, lagi!
"Lama-lama gue bisa gila..." keluh Kiara, duduk dan menyandarkan kepalanya di bantal sofa yang empuk.
"Baru aja satu minggu lo gila, terus gimana gue, Ra?!" terdengar balasan dari kakaknya, Rean. Rean mengacak rambut adiknya lalu ikut duduk bersebelahan. "Eh, denger-denger lo deket sama komplotan Alva, Arsyad, gitu-gitu ya?"
"Gitu-gitu gimana, sih," ucap Kiara. "Bukan gue yang deketin pula, padahal udah jadi anak baik-baik," Kiara mendengus, pikirannya kembali ke kejadian di sekolah tadi.
"Masa ya, gue kan jadi anak rajin selalu ngerjain peer. Eh si Alva seenak udel langsung ngambil peer gue, pas dibalikin udah lecek! Terus, pasti setiap hari juga alat tulis gue ada yang raib secara tiba-tiba. Mulai dari penghapus, pulpen, sampe buku tulis! Gak ngerti lagi deh, gue," curhat Kiara ke kakaknya.
"Baguslah, jadinya lo tau rasanya barang raib secara misterius,"
"Ih, lo mah gak ngebantu sama sekali, ya!" ia manyun, lalu mendapati Tom datang-datang langsung terkapar di lantai. "Eh, Kak Tom, lo kan OSIS, katanya sebentar lagi penampilan setiap ekstrakurikuler ya?" tanyanya, ingat akan gossip terbaru dari Naya.
Tom melirik adiknya itu. "Lusa,"
"Asik gue gak jadi ulangan kimia!" Rean bersorak bahagia. Kiara ikut bersorak senang.
Saat ia berjingkrak-jingkrak, ponsel yang ada di tangannya tiba-tiba berbunyi. Mendandakan satu pesan LINE masuk.
Alva M. : Besok temuin gua di halaman belakang pulsek. Penting.
Kiara mengernyitkan dahinya. Darimana cowok itu dapat contact LINE-nya Kiara? Rean yang jahil ikut-ikutan mengintip isi layar HP adiknya.
Matanya membelalak, "Wah, demi apa si Alva beneran pdkt ke adek gua? Besok gua hajar, deh,"
Sementara, Kiara hanya memutar bola matanya malas dan mengetikkan balasan ke Alva. Awalnya ia sudah mengetik "Darimana lo dapet contact gue?" tapi berganti menjadi "Males ah" lalu menghapusnya kembali "Oke" dan pada akhirnya memutuskan untuk tidak menjawab alias cuman nge-read.
Alva M. : Jawab cepet.
Ternyata Alva mengirimkan pesan lagi. Kiara bingung mau balas apa, sedangkan Rean masih asyik bergantian memandang Kiara, lalu layar ponselnya. Tom hanya menaikkan satu alis, bingung dengan tingkah kedua bocah tersebut.
Alkiara : Lo maunya gue jawab apa?
Lalu Rean menoyor kepala Kiara. Kiara langsung protes, "Kok kepala gue ditoyor?!"
"Lo tuh anak baek-baek, jawabnya juga yang kalem dong! Harusnya, lo jadi semacam penggemar rahasianya dia, jadi balesnya yang bener dan tunjukkin malu-malunya lo. Aduh, adek gue sableng sih," omel Rean panjang. "Apalagi dia ngajakin ketemuan, harusnya seneng!"
"Tadi lo bilang mau ngehajar Alva gara-gara deketin gue, terus sekarang nyuruh gue deketin dia! Anjir, Kak, lo mau nyium dinding lagi?" ucap Kiara frustrasi sambil menatap intens Rean. Rean sendiri baru menyadari ucapan adiknya benar lalu nyengir.
Alva M. : Harusnya lo jawab, "OK SaYanKk, loOve you :* {}"
Seketika mata Kiara dan Rean terbakar dan hampir copot di waktu yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[UN]Touchable
Teen FictionKisah tentang Alkiara Putri. Berawal dari perjanjiannya dengan kedua kakaknya, di mana mereka bertiga harus saling menutupi identitas asli satu sama lain. Kiara yang merupakan artis, harus berpura-pura menjadi cewek pemalu dengan kehidupan yang bias...