4 ♣ Meet Him

301 36 11
                                    

        "Ini soal apaan sih, susah banget."

        Sore ini, Kiara sedang berada di taman belakang sekolah. Sebenarnya, acara penampilan setiap ekstrakurikuler sudah selesai dari dua jam yang lalu. Namun, ia sangat malas pulang ke rumah karena kedua kakaknya akan pulang malam; Rean tugas kelompok dan Tom nge-date bareng pacar ke-sekian-nya. Yang pastinya bisa membuat Kiara sendirian di rumah sampai pukul dua belas malam.

        Untuk pertama kalinya dalam hidup, Kiara belajar matematika dan fisika sendirian di taman sambil menatap jauh ke arah murid-murid yang sedang berlatih futsal. C'mon, sebagai mantan anak yang bandel, pastinya menyentuh buku dan belajar itu merupakan kata asing dan sangat membosankan. Namun, ini jalan satu-satunya agar saat tes besok ia tidak remedial.

        Tidak satu-satunya sih, karena palingan juga nyontek. Astagfirullah, Kiara, batin dirinya sendiri dalam hati. Jika ia menyontek, maka habislah image dirinya sebagai murid yang 'kalem', 'rajin', dan pastinya 'pintar'.

        Ia kembali mencoba mengerjakan soal. Sialnya, tidak satu pun soal yang dapat ia jawab. Kenapa, sih, pelajarannya gak nempel-nempel di otak gue?! batin Kiara kesal.

        "Lo cowok, 'kan? Enak ya ngerebut pacar orang," samar-samar, Kiara mendengar suara seseorang. Ia menoleh, mencari asal suara.

        "Udah, hajar ajalah. Kalo dia cowok, pasti bales ngehajar!" kali ini, Kiara menangkap suara tersebut yang ternyata berasal dari belakang kantin. Setahu dia, belakang kantin memang sering dijadikan tempat 'penghabisan' oleh para penindas.

        Kiara segera membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia beranjak bangkit dari kursi taman dan mengendap secara perlahan-lahan mendekati belakang kantin. Satu sisi dalam dirinya sangat penasaran, namun sisi lainnya berkata untuk tidak ikut campur.

        Ketika ia melirik sekumpulan cowok, mereka sedang menghajar seorang cowok lain yang memiliki tampang baik-baik dan alim, mungkin menurut para berandalan itu cowok tersebut nerd? Oh, God, gue paling males sama cerita tentang nerd-popular, mainstream, ucapnya dalam hati.

        Bukan, bukan saatnya mengingat cerita dalam kisah menye yang dibaca Kiara. Lalu, Kiara menyipitkan matanya dan mendapati Rendhi, Gema, Xera, dan yang lainnya. Mereka benar-benar membully seorang cowok. Itu cowok apa cowok sih, mainnya keroyokan, batin Kiara lagi.

        "Lo ngeliatin apa?"

        Suara berat khas cowok tersebut membuat Kiara menoleh ke belakangnya. Itu Alva. Rasanya, lutut Kiara kini berubah menjadi jeli dan tubuhnya seketika lemas. Ia berkeringat dingin, mukanya kini pucat pasi. Melihat Alva yang tinggi dan tegap, bisa saja cowok itu membunuhnya! Oh tidak, batin Kiara, bahkan sekarang ia bisa saja menangis secara alami. Sifat cewek berandalannya sudah hilang, ternyata.

        Bahkan untuk bernapas pun Kiara sudah setengah mati.

        "Jangan pingsan di sini," bisik Alva ketika melihat wajah Kiara yang sangat pucat. "Buset, gue bukan setan, gak bakalan bunuh atau makan lo juga,"

        Kini mata Kiara berkaca-kaca, anjir kenapa gue pengen nangis, rutuk Kiara dalam hati. Ini bukan novel di cerita klise menye-menye yang gue baca!

        "Sssh, kayak anak kecil banget, dikira gue ngapa-ngapain lo nanti," ucap Alva dengan nada yang terkesan datar, namun sebenarnya tanpa Kiara ketahui terselip rasa cemas. "Lo takut sama gue?"

        Kiara mengedipkan matanya berkali-kali dengan cepat untuk mencegah air mata begonya turun. "Mmm, temen-temen lo tuh cowok apa bukan sih, ngeroyok satu cowok sendirian?" justru itulah yang terlontar dari mulut Kiara, dengan pelan.

[UN]TouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang