2 ♣ Dia dan Bakso

367 41 17
                                    

"Ra, lo duduknya di sebelah gue ya? Plis, gue gak kuat kalo ngadepin si Alva sendirian! Bacot banget, di kelas. Dia bikin ulah mulu, sebel gue!" pinta Ressa, yang Kiara hanya balas anggukan. "YES, LO BAAIIKK BA–"

        "Iya, oke, gue masih sayang telinga gue," Kiara menghentikan ocehan Ressa yang tidak henti-hentinya. Ressa sendiri hanya nyengir, lalu mengajak Kiara masuk ke kelas mereka yang laknat tersebut, X-4, kelas yang menjadi sumber anak bandel dan berandalan.

        Kiara bersyukur dirinya yang murid baru ini langsung mendapatkan teman. Jika tidak, bisa-bisa ia tercemar oleh para anak berandalan tersebut. Dan, paling parah kalau ia jadinya kayak dahulu lagi. Ah, gak baik ngungkit kisah lama. Biarkan berlalu mengikuti angin.

        Membuka pintu kelas, beberapa murid langsung menatap Kiara. Ia menjadi pusat perhatian dadakan, karena seseorang berteriak. "CUY! ITU MURID BARUNYA!"

        Seketika, suasana kelas menjadi semakin ricuh. Mengalahkan kebisingan di pasar. Kiara sebenarnya cukup kaget, namun ekspresi mukanya sangat santai. Harusnya gue masang ekspresi kaget ala anak baru yang alim, duh, keluh Kiara dalam hati. Ressa hanya mengajaknya duduk di sebelahnya, lagi.

        Ressa berbisik pelan. "Itu ada Arsyad, tepat dua bangku di belakang kita. Ganteng, tapi sedeng, terus hobinya modusin cewek," ia mendeskripsikan seseorang seperti sudah biasa. Kiara hanya mengangguk lagi dan lagi.

        Tepat saat Kiara duduk dengan tenang---sebenarnya, berusaha tenang--- murid yang tepat berada di belakangnya bersiul-siul.

        "Mancay bro, murid barunya geulis euy! Abang jadi berbunga-bunga," godanya. Kiara yang mantan anak berandalan waktu dulu--- oke, ini harusnya tidak dibahas lagi --- tampak biasa saja.

        Eh, gue harus nahan malu tau, batin Kiara. Lalu ia segera mengganti ekspresi itu dengan wajah menahan malu. Akting gue harus lebih bagus.

        "Eh, jam pelajaran pertama apa ya, Res? Gue belom dapet buku, nih," tanya Kiara. Ressa menepuk jidatnya. Ia pun tampak keringat dingin. "Lo kenapa?" tanya Kiara lagi.

        "Mampus, buku gue dipinjem Alva buat nyontek PR! Mana biologi, mati gue," kali ini, Kiara melihat tubuh Ressa yang nyawanya seperti melayang begitu saja. "Aduh, gue harus minta tolong ke siapa, nih?"

        Kiara mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Kenapa gak ke cewek yang di bagian situ aja, Res?"

        "Ya kali! Lo harus tau, gue musuhan sama dia dari SMP. Namanya Fania, dia itu masuknya ke kalangan anak populer. Demennya ngebully, terus sering gonta-ganti pacar. Dia bahkan pernah ngejambak gue pas lagi olahraga, nyebelin banget pokoknya," cerocos Ressa nonstop. "Temen-temennya, itu yang ada di sampingnya Aurel, sama Claudy. Cabe semua, liat aja ke sekolah pake make up, dikira ke mall keles,"

        Murid di belakangnya menepuk pundak Ressa. "Lo ngomongin pacar gue, nih?" yang langsung disambut oleh Ressa dengan ngeri.

        Sebagai teman yang baik, Kiara berusaha membantu Ressa. "Emang pacar lo yang mana? Claudy ya? Iya, lagi ngomongin, gue kan ga kenal lo-lo pada," sok ramah, batin Kiara.

        "KIARA, ADA YANG MAU NEMBAK LO, TUH!" teriak dari belakang.

        Ressa langsung berbisik, "Gak usah dengerin mereka, Ra. Cuman ngetes kesabaran dan ketabahan lo," yang disambut gelak tawa Kiara.

        "I love youu! I need youu! I want youu!" seorang laki-laki yang memakai kacamata, tampak joget-joget heboh di depan Kiara, membuat ia dan Ressa sekarang tertawa terbahak-bahak. Sepertinya, cowok bernasib malang tersebut dipaksa untuk joget sambil nyanyi gak jelas oleh temannya, karena yang lain banyak yang menyorakinya.

[UN]TouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang