Alva menghela napas kasar. Mata elangnya menatap tajam ke arah orang di depannya yang kini menyeringai lebar.
"Buat apa ngajak gue ketemuan?" tanya cowok itu dengan santai, lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
"Lo munafik, Di." semprot Alva, tanpa basa basi. Dion yang mendengarnya hanya tertawa hambar.
"Gue kasian sama lo, Va," balas Dion, memberi jeda. "Oke, gue munafik. Tapi kenapa gue harus nolak tawaran yang bagus?
Dion tidak pernah benar-benar berteman dengan Alva. Baginya, ikatan darah tidak lagi berarti penting jika seseorang telah menghancurkannya. Ia tidak juga benar-benar berteman dengan Sandy ataupun Zane. Baginya, ini semua hanyalah permainan tak berujung.
Alva menyandarkan tubuhnya di tembok. Ia tidak habis pikir dengan Dion. Dion tahu segalanya, dan dia paling berperan dalam permainan ini. Bersekutu dengannya memberikan peluang untuk menang lebih besar.
Dion menyalakan rokoknya. "Lo tau masalah lo sendiri kan, Va?"
Entah, hanya saja Alva berspekulasi bahwa masalah ini terletak pada ibunya. Ia tahu, ibunya pernah berselingkuh secara diam-diam tapi ia tidak tahu dengan siapa
Jika Dion bertanya seperti itu, maka Alva tidak dapat menjawab apa-apa.
Mengetahui Alva masih bingung, Dion hanya melanjutkan ucapannya. "Ibu lo yang hina selingkuh dengan ayahnya Sandy, lalu ngehancurin keluarganya gitu aja."
Ia mematung.
"Selamat, karena sebenernya lo itu anak haram."
Alva bergeming. Ia masih mencerna seluruh ucapan Dion. Pertama, ia anak haram. Baik, Alva dapat menerima kenyataan bahwa ia bersaudara dengan Sandy. Ini karena Alva lebih mempermasalahkan ucapan Dion yang sebelumnya.
Ibu lo yang hina.
"Zane bisa aja nyebarin ke satu sekolahan lo anak pelacur atau hasil zina." perkataan tajam tersebut disusul dengan asap rokok yang menyesakkan aroma penciuman.
Ia menggertak. "Thanks buat faktanya. Tapi, lo gak berhak seenaknya bilang ibu gue hina," Alva tidak terima. Ia tidak sudi ibunya dianggap hina.
Sontak Dion tertawa hingga ia tersedak. Alva menyumpahi cowok itu mati tersedak saja.
"Lo aja gak tau ibu lo siapa."
Cukup sebuah balasan yang telak.
♣♣♣
"Hai, San!" sapa Kiara dengan ceria. Gadis itu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri cowok yang sedang nongkrong di parkiran itu.
Sandy menoleh, mendapati sahabatnya yang paling cantik itu mengingat ia memang tidak pernah punya sahabat perempuan. Kiara memang yang pertama, pertama merebut hatinya pula. Sandy tersenyum melihat Kiara yang tadi tersandung kerikil kecil, untung tidak jatuh.
"Hai, Ki. Jalan sekarang, yuk?" yang dibalas anggukan dengan semangat dari Kiara.
Setelah mereka berdua meninggalkan pekarangan sekolah, Sandy menyalakan radio dan terdengar lantunan lagu dari A Rocket To The Moon, judulnya Like We Used To.
KAMU SEDANG MEMBACA
[UN]Touchable
Genç KurguKisah tentang Alkiara Putri. Berawal dari perjanjiannya dengan kedua kakaknya, di mana mereka bertiga harus saling menutupi identitas asli satu sama lain. Kiara yang merupakan artis, harus berpura-pura menjadi cewek pemalu dengan kehidupan yang bias...